Kuntilanak Pohon Besar

3K 104 8
                                    

Kiki mundur menjauhi Bayu ketika dia melihat di sekeliling Bayu muncul banyak penampakan. Di sebelah kanan Bayu ada teteh pemilik warung pisang goreng, di sebelah kiri Bayu ada akang pendaki di mata air. Belum lagi di belakang Bayu ada harimau yang menggeram dan siap menerkam mangsanya.

Dan yang paling membuat bulu kuduk Kiki merinding ketika udara dingin berhembus kencang dan terdengar suara hi hi hi hi hi suara tertawa khas kuntilanak dari atas pohon besar rupanya kuntilanak berwajah menyeramkan sedang mengayun-ayunkan kakinya di udara.

Kiki sangat ketakutan. Semakin dingin udara di sekitarnya. Kiki mendengar suara yang mirip desisan dan bisikan yang semakin lama semakin nyaring di telinganya, tapi Kiki tidak bisa mendengar apa bunyi bisikan itu. Dan tidak ada siapapun di situ hanya ada dirinya, Bayu dan "mereka" yang sedang mengamatinya.

“Bay, ayo Bay kita cari Kang Daud dan yang lain.”

Kiki masih berusaha menyadarkan Bayu di tengah kesurupannya itu.
Dengan mata melotot Bayu menggeram ke arah Kiki, "Nggak mungkin ada manusia! Di sini yang ada cuma orang mati!" Bayu kembali tertawa menyeramkan.

Tanpa pikir panjang Kiki mengarahkan cahaya senter dari ponselnya ke arah depan dan mulai berlari meninggalkan Bayu yang tengah kerasukan itu.

Kiki terus berlari menyeret kakinya. Dia berlari semakin menembus ke dalam hutan. Namun di tengah pelariannya, senter di ponsel Kiki mati secara tiba-tiba.

Dan  keadaan di sekelilingnya gelap seketika. Kiki berusaha keras untuk menghidupkan senter tapi ponselnya tidak kunjung menyala. Di tengah kegelapan Kiki meraba jalan menjauhi “mereka” yang semakin mendekat.

Malam terlampau pekat untuk dapat melihat. Dingin udara terus menusuk kulit. Ranting-ranting dan daun-daun di kerimbunan pohon berayun tertiup angin, menimbulkan suara gesekan yang menambah kengerian hutan yang senyap.

Gelap!!!  Tidak ada sedikitpun cahaya didekatnya. Belum pernah ia merasa setakut ini.

Laki-laki itu terus berusaha mencari cahaya terang yang kadang-kadang dipikir dilihatnya. Tetapi saat ia mendekat, cahaya itu semakin pudar.

Di tengah kegelapan, ilusi adalah musuh terbesarnya.

Tolong!!! Siapapun di sana!!! Mengapa tidak ada suara yang keluar???
Sekuat tenaga ia berteriak tapi tidak ada satu kata pun yang meluncur dari mulutnya, seolah dia adalah seorang bisu yang berusaha bicara lantang.

Semakin berteriak, semakin tenggorokannya terasa tercekik, terhimpit dalam gelap.
Terdengar desau angin. Dia menengok ke belakang. Tidak ada siapapun di sana.

Hanya ada suara yang terus-terusan mengejarnya. Suara aneh yang tidak mungkin berasal dari makhluk biasa. Bukan hewan, jelas bukan manusia. Perpaduan antara desisan dan bisikan. Suara halus yang pelan tapi terasa nyaring di telinga. Sekuat tenaga ia menggerakan kaki untuk pergi, menarik kaki yang terseret-seret.

Tidak!!! Suara itu semakin mendekat.
Dia terus berusaha menjauhi suara yang semakin jelas mengejar di belakang.  Suara yang semakin jelas membentuk satu kata yang pantang diucap pendaki........ Mati!!![]










PULANG DALAM DEKAPAN GUNUNG SALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang