Surat Dari Aiman

848 20 0
                                    


Aku terlalu lama mendiamkan cintamu

Hingga angin membawamu pergi

Jika saja aku menahan

Mungkinkah kau kembali?

Hadir lagi membawa cinta untukku

Hingga aku tak harus mencari lagi

Jalan lain untuk ke surga


Seminggu setelah lamaran itu, aku tak jua menentukan hati. Malaikat mimpi belum menitipkan petunjuknya padaku. Kuteguk segelas air yang di sodorkan Aira di bawah terik matahari yang semakin murka.

"Kak Aiman menitipkan sesuatu padaku," kata Aira memulai pembicaraan.

Aku tak berkomentar, hanya mengulurkan tangan menyambut surat terbungkus amplop putih bersih yang disodorkannya.

Assalamu Alaikum wr.wb

Salamku untukmu wahai wanita yang dirindukan surge, dan yang selalu kurindukan. Maaf jika kehadiran surat ini mengganggumu, Dik, maaf juga jika kau terpaksa harus membaca suratku ini. Aku tak tahu harus memulai dari mana bersua lewat tulisan denganmu.

Dik Fadillah...

Kudengar dari Aira, saat ini hatimu terbalut kabut tebal, sebab kalut memikirkan tiga lelaki yang datang melamarmu, termasuk juga kekalutanmu karenaku. Tuhan telah menitipkan keindahan hati dan fisik padamu. Kukira dulu hanya aku yang menyadari itu semua, tetapi, kusadari kini, kau adalah muslimah yang dirindukan banyak hati.

Saat ini, aku pun sama dilemanya denganmu. Seorang wanita memintaku untuk menikahinya, Sakinah namaya. Beberapa malam yang lalu, ayahnya menemuiku dan meminta untuk menikahi anaknya. Namun, entah mengapa hatiku tak bisa untuk menolaknya, aku hanya berkata bahwa saat ini aku sedang menunggu hati, hati seorang wanita yang dirindukan surga, seorang bidadari yang menjelma ke dunia. Aku tak memaksamu memilih secepat yang kuharapkan. Namun, aku juga tak ingin membuat Sakinah menunggu jawabanku begitu lama. Jujur saja Dik, ada setitik cinta dalam onggokan namamu di hatiku untuknya. Sakinah adalah gadis yang kupuja saat di pondok dulu. Dia adalah anak pak kiyai, yang sebelum bertemu denganmu selalu datang dalam mimpi-mimpiku.

Kuharap kau menemukan ketetapan hatimu segera, agar aku tahu jawaban penantianku, karena hingga saat ini aku masih menatimu, Dik. Menanti wanita yang dirindukan surga untuk menyelami telaga cinta bersama.

Salamku, Aiman

Kulipat kembali surat Aiman, setitik air mata tergenang di pelupuk mataku.

"Apa kata kak Aiman?" tanya Aira saat melihatku tertunduk lemas.

"Kau tahu tentang Sakinah, Ra?" kataku, membuat Aira terperanjat kaget.

"Kak Aiman menceritakannya padamu?" aku Hanya mengangguk mendengar pertanyaan Aira. Selanjutnya Airalah yang banyak bercerita tentang Sakinah. Gadis ayu yang dikenalnya saat Aiman mondok dulu.

Sakinah adalah anak pak kiyai yang umi Aira menitipkan Aiman padanya. Tak banyak yang tahu jika Aiman dulu pernah menyukai dan menyisakan tempat yang lapang di hatinya untuk Sakinah. Namun, menurutnya Sakinah tak sedikit pun menyukainya, hingga perlahan perasaan itu terkikis seiring berjalannya waktu, terlebih saat kehadiranku. Namun tak lama ini, ayah Sakinah mampir ke rumahnya dan melamarkan Aiman untuk Sakinah. Sejak saat itulah dilema tak kalah menyerang Aiman.

"Apa yang harus kulakukan?" tanyaku, di tengah lema yang menyerang.

"Apa yang bisa kau lakukan?" tanya Aira kembali, tanpa mengindahkan pertanyaanku.

AKHIR PENANTIAN- COMPLITEWhere stories live. Discover now