Hari Bahagia
Langitku kini semakin berwarna
Cerita raja dan ratu kian sempurrna
Sejak saat hati itu bertaut pada sebuah janji
Ikrar suci sunah Nabi
Nyanyian burung mulai menyambut pagi, matahari tak lagi malu menampakkan wajahnya, hingga tiba di peraduan.
"Selamat menempu hidup yang baru."
"Terima kasih, kamu juga selamat. Mendapat imam terbaik dari penantianmu," kata Aira membuatku tertunduk malu.
Aira nampak cantik dengan balutan pakaian pengantin berwarna biru langit. Di sebelahnya berdiri Arghad. Lelaki yang selama ini dicintainya meski dalam diam, dan kini Allah menghadiahkan penantian itu seperti yang diharapkannya. Begitu pun aku, Tuhan menitipkan cintaku pada seorang imam yang selalu melabuhkan cintanya atas nama Allah.
Aku merapatkan lingkaran tanganku yang senantiasa digandeng Faiz—suamiku tercinta—meski puluhan pasang mata memperhatikan dengan senyum beribu arti.
####
Semilir angin malam mulai bertiup pelan. Di sebuah sofa panjang, aku tertidur di atas pangkuannya, Faiz membelai kepalaku hingga aku terjaga.
"Apakah kau bahagia menjadi bidadari di istana ini, Dik?" bisik Faiz.
Aku mengiyakannya.
"Sebelumnya, Arghad selalu hadir dalam mimpi-mimpiku, hingga aku jatuh cinta padanya. Namun, saat aku hendak memilihnya, ada kegelisahan yang kurasakan. Aku selalu memikirkanmu, Kak. Mungkin itulah cara Tuhan mempertemukan kita."
"Abah pernah cerita. Katanya, kau pernah memimpikannya dan menangis tersedu-sedu."
Aku jadi malu sendiri saat Faiz mengatakan hal itu. Tapi tak ada salahnya jika aku harus menceritakan kepadanya.
"Yah ..., saat itu Arghad berkata akan pergi, dan aku menangis. Hingga kau datang dan memberiku sapu tangan cantik untuk menghapus air mataku. Kakak meminjamkan pundak untukku bersandar."
Faiz memintaku untuk memperbaiki posisi duduk di sebelahnya. Dia menggenggam erat tanganku.
"Mulai saat ini, jangan menangis lagi, karena aku akan selalu membahagiakanmu. Jika suatu saat nanti kau butuh tempat untuk bersandar, jangan ragu untuk berlari ke pundakku, sebab pundak ini hanya untuk seorang wanita yang atas nama Allah, menjadi pelipur laraku." Faiz tersenyum.
"Dan mulai saat ini, jangan ada lara lagi dalam hidupmu, Kak. Semoga Allah selalu memberi kita waktu bersama, agar kau tak sendiri lagi mengarungi hidup. Semoga selamanya, genggaman tangan ini tak akan pernah lepas," balasku, menatapnya penuh cinta.
Faiz membenamkanku dalam pelukannya. Seuntai kata terngiang di telingaku.
"Ya Rabb ... terima kasih atas anugerah terindah yang Engkau titipkan kepadaku. Seorang wanita yang melabuhkan cintanya UntukMu. Seorang wanita yang selalu mendorongku untuk mengucap syukur kepadaMu. Seorang wanita yang akan menjadi salah satu di antara rombongan bidadari surga. Wanita pemilik senyum yang menenangkan. Mata yang indah memancar, dan hati sebersih kapas. Ya Rabb ... Engkaulah sang pemilik hati dan penentu takdir. Terima kasih Engkau telah jadikan tulang rusukku yang hilang, menjadi makhluk terindah, istriku tercinta, Fadillah Nur Sa'diyah."
##SELESAI##
YOU ARE READING
AKHIR PENANTIAN- COMPLITE
Romanceaku mengerti, menanti adalah hal yang sangat membosankan, menggilakan, menggalaukan. namun, setiap penantian akan selalu menemukan akhir