Gulana mulai menyerang
Dalam detak jantungku
Namamu selalu terpanggil lembut
Namun ....
Saat lisan hendak memilih
Aku ragu pada ketetapan cinta yang aku pegang
Akankah bersamamu?
Apakah ini jalanku?
Mimpi-mimpi itu datang lagi. Mimpi yang selalu menghadirkan Faiz sebagai penolong kegalauanku. Selalu ada saat aku membutuhkan teman. Namun, cinta yang kumiliki untuk Arghad juga terasa semakin mmekarkan bunga-bunga hati. Sedikit pun perasaan itu tak berkurang dari hatiku, aku tetap saja memujinya dalam detak jantungku. Hingga takut-takut perasaan itu merobohkon cintaku pada Allah. Ketika sedikit demi sedikit perasaan itu menyeruak, buru-buru kutekan sedalam mungkin hingga hilang di benakku.
"Aira ...," panggil umi.
"Ada apa, Umi?" tanyaku.
"Ada Nak Sakinah mencarimu," kata Umi, membuatku bertanya-tanya, ada apa kak Sakinah mencariku?
Setelah umi berlalu, aku melangkah menemui Sakinah.
"Ada apa, Kak? Tumben main ke rumah," tanyaku begitu duduk di sampingnya.
"Aku hanya mampir Dik. Oh ya, bagaimana soal lamaranmu, kau telah menentukan sikap?""Entahlah, Kak. Saat ini aku begitu pusing. Sisi hatiku selalu mengharapkan Arghad, namun di sisi yang lain Faiz selalu hadir membawa kedamaian."
"Menurutku Faiz orang yang baik. Dia juga sangat mapan. Mengapa tak berusaha membuka hati untuknya?" kata Sakinah.
Karena takut pembicaraan ini terlalu jauh, aku berusaha mengalihkannya. Bukan tak ingin membahas, tapi tak tepat rasanya jika membicarakan hal ini.
####
Panas matahari memaksaku tetap berdiam diri di dalam rumah. Abah hari ini tak masuk kantor, tekanan darahnya tiba-tiba saja menurun.
"Bagaiman hasil istikharahmu, Nak?" tanya abah saat aku memijat tangannya.
"Aku belum mendapatkan jawaban yang tepat, Abah," jawabku. Aku terdiam beberapa saat. "Bagaimana menurut, Abah?" tanyaku.
"Kau meminta pendapat Abah?" tanya Abah yang langsung kuiyakan. Abah terdiam beberapa saat. "Seorang Abah, ingin selalu memberi yang terbaik untuk putrinya, bagaimanapun keadaannya. Karena dalam hati ini ada cinta yang besar untukmu. Jika diminta memilih, jujur, abah lebih memilih nak Faiz. Bukan karena nak Arghad tak baik, tetapi ada ketenangan tersendiri saat abah membayangkanmu dengan nak Faiz. Dia lelaki mapan, giat bekerja, namun tak pernah lupa kodratnya sebagai hamba," ujar abah.
"Apakah Abah begitu menyukai Faiz?"
"Entahkah ini rasa suka atau karena keyakinan abah, jika nak Faiz mampu membahagiakanmu, maka itulah kebahagiaan Abah," ucap abah, menghadirkan haru di pelupuk mataku. Mendengar cintanya yang begitu besar, membuatku berdiri pada suatu titik, yang menjawab segalah kegelisahanku. Mungkin inilah alasan, segala risau yang kurasakan saat hendak memilih Arghad.
Setelah selesai memijat abah, aku kembali ke dalam kamar. Kubenamkan diriku pada sebuah bantal. Hatiku menjerit-jerit, apa yang harus kulakukan?, Abah begitu menyukai Faiz, sementara hatiku memanggil-manggil nama Arghad. Haruskah aku berdiri pada egoku, atau akankah lebih baik jika aku memilih Faiz? Toh dia juga sangat baik, dia mencintaiku, dan mapan secara finansial. Lalu, bagaimana dengan Arghad? Bagaimana dengan hatiku?
Aku kacau, pergulatan batin itu amat menyiksaku. Hatiku bagai berperang.
####
"Jika kau menyukai Arghad, kenapa kau tak memilihnya saja," saran Aira.
"Aku sendiri ingin memilihnya, namun aku tak yakin dengan pilihanku," tanggapku, menjelaskan.
"Bukankah kamu menyukainya?"
"Aku memang menyukainya, tetapi aku lebih suka melihat abah dan umi bahagia."
"Fadillah, ini hidupmu. Abah dan umi mungkin hanya memberi saran, keputusan ada padamu."
"Aku tak ingin menyakiti keduannya"
"Lalu, kau Harus mengorbankan hatimu?"
"Aku tak ingin mengorbankannya. Aku hanya perlu belajar mencintai Faiz, sama seperti saat aku belajar mencintai Arghad karena mimpi-mimpiku," ujarku, memantapkan diri.
"Pikirkanlah sekali lagi Fadillah. Jangansampai ada air mata sesal dari mata indahmu," saran Aira.
YOU ARE READING
AKHIR PENANTIAN- COMPLITE
Romansaaku mengerti, menanti adalah hal yang sangat membosankan, menggilakan, menggalaukan. namun, setiap penantian akan selalu menemukan akhir