Matahari semakin mesra menatap di balik awan
Mengantarkan seorang arjuna pengantar hati
Mengharap jawaban cinta
Cinta indah dari seorang bidadari surga
Dalam jelmaan muslimah di balik kerudung,
Kesibukanku kian bertambah, semester akhir mulai melambai-lambai. Semakin giat aku bersahabat dengan laptop kesayanganku. Pertemuanku dengan Aira pun tak serutin dulu lagi. Dia juga harus mempersiapkan ujian skripsinya. Lain hal dengan Aiman, aku semakin sering berbagi pesan-pesan singkat dengannya, meminta bantuan akan kesulitan yang kurasakan. Tak jarang aku mampir ke rumah Aira hanya untuk meminta bimbingannya. Meski sebenarnya aku memiliki pembimbing khusus. Namun, padanya aku merasa jauh lebih bebas dan terbuka akan keinginanku. Hari ini pun sama, aku meminta bantuannya kembali.
[assalam ... Kakak ada waktu? Ada yang ingin Fadil tanyakan,] pesanku pada Aiman.
[wassalam d', selalu ada waktu luang untukmu J, aku juga ada keperluan denganmu.]
[baiklah Kak, entar Fadil ke rumah bareng Aira.]
[biar kakak saja yang ke rumah ad' dengan Aira.]
Membaca pesan Aiman, aku mengiyakan saja. Ini bukan kali pertama Aiman berkunjung ke rumah dengan Aira. Sudah berulang-ulang kali hingga tak terasa lagi ada yang istimewa. Meski aku tahu Aiman menyukaiku seperti yang selalu Aira sampaikan.
####
Salam terdengar dari arah pintu rumah. Dengan sedikit berlari, kutarik daun pintu yang telah kuyakini sosok yang akan kutemui.
"Ayo masuk!" ucapku kemudian.
Menit-menit pun berlalu meninggalkan setiap solusi untuk deretan masalahku, hingga semua mampu terselesaikan. Ragaku kini terangkul dalam kepuasan. Setelah berbincang sedikit, kupikir Aiman dan Aira akan meminta pulang. Namun, Aiman mengejutkanku dengan tanyanya.
"Orangtuamu ada, Dek?" tanya Aiman.
"Ada di dalam Kak, kenapa?" tanyaku kemudian.
"Boleh aku bertemu?"
Meski tak mengerti apa maksud Aiman, aku tetap mengajaknya bertemu Abah dan Umi.
Sementara mereka berbincang aku mengajak Aira ke kamar, bermaksud untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Namun, sayangnya untuk kali ini Aira tak tahu apa yang terjadi, dia hanya diajak untuk kerumahku. Seminggu terakhir ini kami tak pernah bersua sedikit pun secara langsung, makanya itu dia langsung setuju. Setelah lama mengurung diri bersama Aira, umi datang tiba-tiba.
"Abah memintamu keluar, Nak," tutur umi dengan lembut.
"Ada apa, Umi?" tanyaku tak bergeming dari tempatku bersandar.
"Keluarlah dulu! Nanti Abah yang jelaskan," perintah Umi.
Bersama Aira aku melangkah keluar kamar. Melihat Aiman dengan senyum manis menyambutku, Aira sontak berjalan ke sisi kakaknya. Sementara aku duduk di sebelah Abah.
"Ada apa, Abah?" tanyaku tak menunda waktu.
"Abah tak ingin melangkahi inginmu, abah juga tak ingin menjadi orangtua yang tak memberimu kebebasan, sehingga abah perlu mendengar apa yang anak abah inginkan. Hari ini Aiman datang melamarmu, dia datang hanya bersama Aira untuk mengetahu lebih dulu keinginanmu. Abah tak memaksa. Sekiranya kau juga menyukai Aiman, tak ada yang salah, bahkan abah bahagia karena kita akan menjalankan sunah Nabi. Bagaimana menurutmu, Nak?"
YOU ARE READING
AKHIR PENANTIAN- COMPLITE
Romansaku mengerti, menanti adalah hal yang sangat membosankan, menggilakan, menggalaukan. namun, setiap penantian akan selalu menemukan akhir