14. Gunawan Pancar Bratadinata

13.4K 1.2K 89
                                    

"Hoeeee, jadi anak motor sekarang!" Celetuk seorang lelaki bertubuh tambun.

"Apa ini? Harley?" Sahut lelaki satunya lagi yang ikut nimbrung di sekeliling moge milik Pancar.

"Iya." Tanggapnya.

"Dimodifikasi apa ini? Kok keren." Tanya mereka lebih lanjut.

"Apa ya namanya, Cafe Racer. Ini barangnya baru sampai langsung aku suruh garap terserah yang penting sip."

"Sip ini. Benar-benar sip." Salah satu anggota riding motor Ayahnya yang seorang influencer sekaligus pengusaha ini sibuk memindai motor Pancar yang baru dibeli satu bulan yang lalu.

Sebenarnya, hadir di perkumpulan semacam ini bukanlah gayanya. Tapi karena sang Ayah yang terus mendesaknya dengan alasan yang menurut Pancar kurang masuk akal. Dan karena Pancar tidak ingin mendebat orang tua, akhirnya Pancar lebih baik menurut.

"Papa yang maksa, Bang. Kalau aku aslinya sayang banget punya duit buat beli motor mahal begini."

"Hiburan, Bro! Acara kayak gini ini buat komunitas aja. Daripada di rumah aja."

"Silaturahim, silaturahim!" Yang lain menyahuti. Beberapa yang menyambut kedatangan Pancar sebagai anggota baru ikut mengerubungi motornya.

"Bang Jandro suka Harley juga?" tanya Pancar.

"Sebenernya dulu aku nggak suka Harley, Bro. Ada tuh dulu koleksiku Ducati sama BMW. Dari yang jadul sampai yang terbaru. Karena ini perut udah makin buncit, kupikir oke-an pakai yang agak ceper begini."

Pancar manggut-manggut. Yang di sekitarnya ketawa dengan kelakar salah seorang anggota tentang perut buncit.

"Jamune bojomu mantap yo, Ndro! Awak tambah seger."

"Ora popo, seng penting sehat."

Pancar beralih ke motor sebelahnya. "Kalau ini modifikasi apa, Bang?"

"Ini namanya Jap Style. Aku sebenernya suka yang tinggi."

"Oh, jadi yang nentuin orang bengkelnya?"

"Iya! Sama kayak kamu, aku juga nggak ngerti. Hahahaha."

"Naik lavel ini, Bang. Mahal ini, kan, daripada Ducati?"

"Iya lah."

"Berapa, Bang?"

"Adalah ... hampir 1M."

Pancar geleng-geleng. "Kalau hujan tetap aja kehujanan, kan? Ini nih yang bikin aku kadang nyesel sendiri."

"Loh, lha ngapain dipakai hujan-hujan. Motor kayak gini ini cuma dipakai kalau perlu aja. Keseringan ya cuma jadi pajangan. Koleksi, Bro. Buat bangga-banggaan aja lah. Buat dipandang-pandang kalau lagi santai. Buat keluar nyore sama pasangan. Ya ... buat self reward aja lah karena udah kerja keras dan biar tambah semangat lagi. Yang penting dapetnya nggak ngoyo. Gitu!"

Tidak ada yang bisa Pancar lakukan selain mengangguk.

"Cah nom biasane seneng BMW. Mantap iku!"

Satu Hati, Dua Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang