2. The Second Time

1K 156 26
                                    

If she's amazing,
she will be hard to get
.
.
.
•Serendipity•

Matahari pukul sepuluh pagi yang mulai naik dari tempat keluarnya, sudah mulai mengeluarkan teriknya yang cukup menyilaukan. Seorang gadis, yang masih menyembuhkan rasa kantuknya di balik selimut hanya bisa menghela napasnya kasar, karena merasa terganggu oleh sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. Terlebih, suara alarm dari ponselnya yang telah berbunyi sejak sejam yang lalu menambah pengganggu tidur nyenyaknya.

Gadis itu, Kim Jennie, hanya bisa pasrah. Ia sangat dengan terpaksa harus bangun, melawan rasa kantuknya untuk mematikan alarm sialan, serta menutup tirai jendela yang menganggu tidur nyenyaknya.

"Ah, pengingat ternyata. Siapa yang menyetel pengingat di pon--?" rutuknya dengan tiba-tiba terputus saat membaca apa yang tertulis di pengingat ponselnya.

"Ah, iya aku hampir saja lupa jika harus ke suatu tempat," gumamnya dengan nada pelan sembari mengucek-ngucek matanya dengan satu tangannya yang menganggur.

Jennie terlihat masih mengantuk. Terbukti dengan dirinya yang masih sesekali menguap, dan juga matanya yang mengerjap secara lamban.

"Hoammm." Gadis itu menguap sekali lagi, hingga matanya terlihat sedikit berair.

Pandangannya masih tertuju pada ponselnya yang ia otak-atik. Matanya yang semula terlihat tak terbuka, tiba-tiba terbelalak sempurna tepat saat dirinya membaca sebuah pesan yang sudah dari beberapa jam yang lalu terkirim padanya. Ia lagi-lagi mengucek matanya, namun kali ini untuk memastikan apakah yang ia baca saat ini adalah benar.

Deg. Benar. Apa yang ia lihat benar.

Dengan tenaga pagi hari yang baru saja ia kumpulkan, ia segera menekan tombol telepon kepada pengirim yang tadi mengiriminya pesan.

"Hm, halo Jennie? Ah, kau sudah bangun?" sapa seseorang yang baru saja ditelepon oleh Jennie.

"Ya! Apa maksud isi pesanmu? Apa kau serius? Bisa-bisanya kau meninggalkanku, hah? Apa kau gila, Rose?"

Rose. Gadis itu meninggalkan Jennie di hotel sendirian dan bepergian bersama Jiyeon yang merupakan penata rias di perusahaan mereka, dan juga Jisoo. Hanya karena Jennie yang terlambat bangun dari tidurnya.

"Cih dasar gadis kasar, coba lihat siapa yang gila sekarang. Sebelumnya, aku mau bertanya. Siapa yang tidurnya sangat nyenyak sampai-sampai tak mendengar ketukan di pintunya, dan dering diteleponnya, hah? Itu dirimu, Jennie, itu kau. Aku bahkan menelponmu hingga puluhan kali," cibir Rose diseberang telepon sana.

Jennie meremas rambutnya karena kesal setengah mati, "iya itu aku. Lalu? Apa kau harus setega ini meninggalkanku sendirian? Bukankah kau sudah berjanji akan menemaniku ke suatu tempat? Aku benar-benar tak percaya kau setega ini padaku, Rose."

Bukannya jawaban, Jennie malah mendengar tawa dari seberang sana. Rose, Jisoo, dan Jiyeon unnie menertawainya.

"Ya! Apa kalian sekarang tengah menertawaiku? Wah, kalian benar-benar." ujarnya dengan nada yang sudah lumayan tinggi. Sepertinya Jennie sudah mulai panas.

"Hahaha, tenang, tenang. Kami tak akan lama, paling, besok malam baru pulang, hahahah. Aku akan menemanimu ke tempat yang kau maksud itu saat kami kembali, J."

Lagi, Jennie mendengar tawa Rose, Jisoo, dan Jiyeon unnie lagi.

"Ya! Aku harus pergi hari ini! Bukan besok, atau lusa Rose!"

"Mau bagaimana lagi? Aku tak bisa, J. Nanti saja saat aku kembali. Kalau kau terpaksa harus pergi, pergilah sendiri. Kau 'kan sudah besar."

"Ah, by the way, apa kau mau tau? Hari ini kita akan ke Marseille. Kau pasti pernah mendengarnya kan? Kota di pinggir laut Perancis. Kalau di Korea, ibaratnya Marseille itu, Busannya Korea. Ah, aku lupa. Tentu kau pernah mendengarnya, bukannya itu salah satu kota yang ingin kau kunjungi jika kau berada di Perancis, ya? Hahahahahha" goda Rose di seberang sana diselingi dengan tawanya.

Serendipity ft. JenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang