Rumah Singgah [End]

5.1K 694 287
                                    

Sejak kejadian tempo hari di rumah Jisung, Chenle menghindari pemuda berambut biru itu akhir-akhir ini.

Pemuda Zhong itu akan otomatis salah tingkah ketika tanpa sengaja bersinggungan langsung dengan Jisung. Atau ketika mereka berdua tanpa sengaja bertatapan.

Jisung yang mengerti kalau Chenle terkejut dengan pengakuan dan perlakuannya beberapa hari lalu, hanya memaklumi. Dan memilih berpura-pura tidak tahu kalau Chenle menghindarinya.

Sejatinya Jisung paham, dirinya dan Chenle tidak banyak berinteraksi meskipun mereka selalu berada di kelas yang sama. Pemuda Zhong itu pasti terkejut dengan pernyataan tiba-tiba yang ia lontarkan.

Setelah tugas Pak Sooman selesai di kumpulkan, interaksi keduanya kembali seperti dulu. Kaku, canggung, dan sekedarnya saja.

Namun, hari ini, Chenle tidak bisa menghindar lagi. Tidak saat Deeva meneleponnya dan mengatakan bahwa Haruna demam tinggi dan di larikan ke Rumah Sakit. Dan Chenle tidak bisa lebih panik lagi, ketika mendengar bahwa Minerva juga mengalami gejala yang sama.

Chenle tidak mengerti konsep anak kembar itu bagaimana. Entah ikatan batin keduanya yang terlalu kuat, atau memang sudah takdirnya seperti itu, tapi kejadiannya selalu seperti ini. Ketika Haruna sakit, maka Minerva juga akan merasakan hal yang sama. Begitupun sebaliknya. Itu yang Deeva katakan ketika di telepon tadi.

Chenle menggigit ujung kuku jemari tangannya gugup, pemuda berambut ungu itu nampak berjalan kesana-kemari sambil sesekali berdecak pelan.

"Jisung ayo kerumah sa--- aish apa-apaan itu. Tidak-tidak, sok akrab sekali memanggil nama ayam pylox itu!"

"Pwark, ku dengar Haruna sa---- aigoo! Aneh sekali!"

"Pwark, tadi Deeva menelepon ku--- AISH MOLLAAAA!!!"

Chenle mengacak surai ungunya frustasi. Sedari tadi, dirinya memikirkan kalimat yang tepat untuk bertanya keadaan si kembar dan ingin mengajak Jisung untuk menjenguk dua bocah menggemaskan itu di rumah sakit. Namun sampai detik ini, Chenle masih belum menemukan kalimat ajakan yang tepat atau lebih spesifik nya, Chenle terlalu gugup dan malu untuk menghampiri Jisung, mengingat terakhir kali mereka terlibat interaksi adalah ketika......

Ya! Kenapa pelukan itu terbayang terus! Aish jinjja Zhong Chenle!!

.......Jisung memeluknya dari belakang dan menyatakan perasaannya.

Entah kenapa, dengan mengingatnya saja sudah membuat kedua pipi gembil Chenle memerah. Pemuda itu masih mengingat tone suara Jisung yang terdengar serak dan dalam.

Ugh, jebal! Fokus Chenle, fokus!!

Klek

Chenle menelan ludah gugup saat pintu ruang dance terbuka dan menampilkan wajah Jisung yang berkeringat. Ia jadi teringat tujuannya mendatangi ruang dance adalah untuk bertemu pemuda ayam itu. Namun baru beberapa detik bertemu, Jisung sudah membuat Chenle salah fokus.

Ugh ya Tuhan, cobaan apa lagi, ini?

"Zhong?"

"...." Chenle masih belum berhenti menatap wajah rupawan Jisung yang seratus kali lebih tampan ketika sedang berkeringat seperti sekarang. Jisung yang mendapat tatapan intens dari pemuda di hadapannya itu hanya mengerutkan alis bingung.

"Kau mendengarku?" Jisung menepuk pelan pipi gembil Chenle membuat sang empunya terkesiap. "E-eh? W-wae?" Jisung menaikkan sebelah alisnya bingung mendengar pertanyaan Chenle. Seharusnya 'kan dirinya yang bertanya kenapa?

"Kau yang kenapa, Zhong. Kenapa menatapku seperti itu?"

Blush

W-what the... Fokus Chenle, Ya Tuhan jebaaal!!

ᴏᴜʀ ᴘᴀɢᴇ : ᶜʰᵉⁿˢᵘⁿᵍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang