Mars dan Minerva

5.9K 609 233
                                    

Karena Athena memang selalu punya dunia sendiri. Dan tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam dunia yang susah payah ia bangun.

Bahkan, Hefaistos gagal ketika ingin "menyentuh" Athena.

Bagi Athena, hidupnya hanya untuk menyusun strategi perang, menolong para pahlawan dan terjun langsung untuk berperang.

Athena hanya memiliki satu teman baik dalam hidupnya, Aphrodite. Dewi Cinta dan Kecantikan.

Berbanding terbalik dengan Athena, Aphrodite memiliki banyak penggemar. Para Dewa mengelilingi Aphrodite dan berbondong-bondong menarik perhatian Dewi cantik itu.

Sampai suatu ketika, Ares datang dan menghancurkan segalanya.

Berbeda dengan Athena yang menutup diri, Ares adalah simbol dari keramahan sesungguhnya. Dan Athena adalah satu-satunya Dewi yang menarik perhatian Ares. Bagi Ares, peperangan sesungguhnya adalah ketika dirinya harus berjuang untuk mendapatkan Athena.

Dapat kah sepasang Dewa dan Dewi simbol kekuatan dan peperangan bersatu dalam suatu ikatan bernama cinta?






.

.

.

.

.









"Chenle-ya!" Tepukan ringan pada pundak pemuda bersurai blonde itu membuat atensinya teralih. Netra sipit pemuda itu mengerjap pelan sebelum menatap sang sahabat dengan pandangan bertanya.

"Hn? Ada apa?" Chenle menyimpan novel fiksi yang sedang ia baca, kemudian memusatkan atensinya pada pemuda mungil di hadapannya itu.

"Aku lapar! Kajja, temani aku ke kantin." Renjun -sahabat Chenle- menarik pelan sebelah tangan sang pemuda blonde. Dan dengan terpaksa, Chenle mengikuti pergerakan pemuda mungil tersebut.

"Padahal kau bisa mengajak Jaemin, Jeno, Mark-sunbae, Xiaojun, Hendery, dan entah siapa lagi itu namanya aku lupa. Mereka pasti dengan senang hati akan menemanimu bahkan menyuapimu atau mungkin mencuci piring milikmu." Kata Chenle hiperbolis sembari mengabsen satu persatu pemuda berstatus dominant yang mengejar cinta Renjun.

Renjun memutar bola mata jengah. Sudah terlalu enggan mendengar nama-nama yang bahkan tidak ia hapal. Hanya Jeno dan Jaemin yang ia tahu, itu pun karena mereka ada di kelas yang sama.

"Membosankan." Gerutunya. Chenle terkekeh pelan sembari menggelengkan kepala.


Renjun itu....


Bagaimana ya Chenle menjelaskannya. Pemuda itu manis, menggemaskan, dan punya wajah nyaris sempurna. Membuat banyak pria dominant maupun gadis-gadis yang melihat wajahnya akan jatuh cinta dalam sekali lihat.

Hanya saja, perangainya yang terkenal dingin dan tidak mau peduli, membuatnya menjadi satu spesies dengan Chenle.




Jomblo classy.





"Eiyy, kau tidak boleh seperti itu. Kena karma tahu rasa."

"Aish, berkacalah Zhong! Kau pikir dirimu itu seperti apa? Seperti kau mau saja didekati banyak orang." Balas Renjun. Sedangkan Chenle hanya tertawa mendengar cibiran sahabatnya sejak TK itu.



Bruuukkk




Renjun mengaga menatap tubuh Chenle yang terjembab di lantai. Bola matanya membulat sempurna. "C-Chenle-ya..."

ᴏᴜʀ ᴘᴀɢᴇ : ᶜʰᵉⁿˢᵘⁿᵍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang