Chapter III

121 9 0
                                    


Once Upon A Dream

Rated:

M (18+)

(Gay stuff. Alternative Universe. Slash of Love. Violence and Mature 18+)

Summary:

Dia tak pernah percaya pada hal-hal berbau mitos ataupun takhayul. Tak pernah sekalipun. Daniel hanya percaya pada hal-hal yang logis. Karena itu adalah sikap dasar menjadi seorang pemimpin kelak. Hingga, saat ia berlayar pulang menuju Britania, kapalnya di rompak oleh bajak laut dan terkena amukan hebat dari monster laut yang tak pernah ia percayai adanya. Lalu bagaimana nasib sang calon Raja ini nantinya? Apa dia selamat dari maut di depan matanya, atau mati di tengah-tengah lautan? (18+) (Pardon me, I wrote gay stuff)

Genre's:

Drama. Tragedy. Fantasy. Hurt/Comfort. Dark Romance.

A/N:

Terima kasih atas minat membaca cerita ini. Terima kasih juga untuk menggunakan imajinasi dalam pencitraan yang saya ketik. Semua orang memiliki imajinasi liarnya tersendiri, dan biarkan saya berekspresi melalui hal sederhana ini. Selamat membaca.

.

.

III

Rembulan dengan cahaya lembut kebiruan menjadi titik cahaya di lautan. Dalam sepoi dan ramainya suara ombak malam di lautan, layaknya orkestra merdu dalam altar. Sang Shirene berenang dengan siripnya yang mengayun lembut, membuatnya tampak berenang dengan indah. Jernih air laut menyatu pada jiwanya, ia menikmati dinginnya air asin itu. Dan sudah setubuh pada tubuh sang duyung.

Daniel membuka kancing kemejanya, lalu melemparnya dekat dengan batu besar agar tak basah nantinya. Memperlihatkan tubuh maskulin dengan otot-otot menonjol hasil dari latihan keras sebagaimana prajurit. Ia mengangkat kepalanya, merilekskan otot dan sarafnya. Nafas yang ia tarik panjang dan di hembuskan membuatnya merasa tenang. Di tariknya lagi nafas yang dalam lalu ia menyelam ke lautan.

Tubuhnya dapat beradaptasi dengan cepat di air laut yang lumayan dingin. Walau dingin tak menyusutkan niatnya untuk berenang. Ia melihat sang Shirene berenang dengan anggun. Daniel menatapnya fokus, fokus mata hijaunya yang terkena sinar rembulan kala itu. Sang Shirene mendekatinya, mengajaknya berenang lebih jauh dari karang-karang. Daniel mengikutinya, dengan perlahan. Sang Shirene memutari tubuhnya, lalu menatapnya dengan jarak dekat. Daniel masih memperhatikan gerak-geriknya. Gerakan tubuhnya seolah-olah berkata, 'kemari dan berenanglah bersamaku'.

Daniel ke permukaan untuk mengambil nafas sejenak dan kembali menyelam. Ia mendekatinya dengan perlahan, tak mau membuat sang duyung merasa takut. Mereka berputar dengan gerakan pelan. Berputar, berenang ke bawah dan ke atas. Menikmati waktu malam yang menyenangkan bersama. Si duyung mendekatinya, mengarahkan telapak tangannya di depan wajah Daniel. Dengan perlahan dan lembut Daniel menyentuh telapak tangannya. Tangan yang halus dengan jari-jari panjang kayaknya wanita.

Ukuran tangannya yang lebih kecil itu di genggam Daniel perlahan. Mereka bertatapan, dari raut wajah sang duyung ia seperti bertanya dan merasa tak percaya. Apa benar ia menyentuh manusia? Namun di dalam hatinya ia tak merasa takut sekalipun. Begitu pun Daniel. Mereka bertatapan, sangat dalam dan lekat. Seolah-olah tatapan mereka berbicara dan sangat hipnotis. Jarak mereka semakin mendekat, dengan gelembung-gelembung air yang di ciptakan dari gerakan sirip si duyung. Sangat dekat, bahkan jaraknya hanya beberapa senti.

Once Upon A DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang