PROLOG

3K 165 83
                                    


Aku sudah terbiasa dengan kebisingan yang terjadi di rumah ataupun kebisingan yang setiap hari menyapaku di sekolah. Mungkin, hanya di sini tempat yang cocok untukku merasakan keheningan dengan wangi cappuccino yang ada di mesin.

Aku salah satu perempuan pecinta cappuccino. Entah sejak kapan aku menyukai dan tergoda oleh wanginya bubuk kopi seperti yang aku rasakan saat ini. Oh iya, namaku Radella Embun Pandhita panggil saja Embun. Aku siswa kelas 12 di SMA Harapan Bangsa. Teman-teman? Ada,  tapi hanya beberapa yang sangat dekat dan menjadi sahabatku.

Teman-temanku, tak pernah suka jika aku ajak ke coffee shop ini. Mereka bilang bau kopi tidak seenak bau popcorn di bioskop.  Alhasil, mereka lebih sering ke Mall dari pada aku ajak kesini.

Hampir setiap minggu aku mengunjungi coffee shop ini. Coffee shop klasik yang memiliki design coklat di dinding nya, dan kaca besar yang menjadi batas antara bagian dalam dan halaman luar. Ditambah dengan pemandangan jalan dengan pepohonan rindang di depan nya. Cafe ini sebenarnya mempunyai dua lantai, tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk duduk di sana, sebab apa? Ya, di sana dipenuhi oleh orang-orang yang mayoritas sudah memiliki pasangan. Sedangkan aku, huft sudahlah. Karena itu aku lebih memilih duduk di tepi Cafe sambil melihat pemandangan lalu lalang mobil di luar sana.

Dan juga, aku lebih suka saat hujan. Kaca di dekatku menjadi basah terkena rintikan hujan dari luar, membuat rasa nyaman bertambah karena perpaduan suhu ruangan yang sejuk dan hangatnya Capuccino Freddo yang aku pesan.

---

Hari ini adalah hari minggu, di mana adalah hari yang sangat aku rindukan dibandingkan dengan tugas-tugas yang diberikan para guru di Sekolah. Itu sangat menyusahkan. 

Dan sekarang aku sudah berada di tempat kesukaanku, ya satu-satunya coffee shop yang menyediakan cappuccino favorite ku, Capuccino Freddo.

Aku menyukai jenis Cappuccino ini saat pamanku mengajak aku ke Roma, Italia. Waktu itu aku sedang libur semester, jadi aku menghabiskan liburanku di sana. Aku hampir tidak ingin kembali ke negaraku sendiri, karena takut tidak ada cappuccino yang seperti itu di Indonesia.

Namun pikiranku salah, beruntungnya di tempatku tinggal ada coffee shop yang menyediakan minuman yang sangat aku sukai. Coba saja jika tidak ada. Aku akan memilih kembali ke Roma demi bisa menikmati minuman ini. Ah sungguh aku sudah jatuh cinta dengan Cappuccino.

Sebuah tangan menyentuh bahuku, membuat lamunanku tentang kenikmatan Cappuccino Freddo itu terhenti. Dan ternyata hanya seorang pelayan yang bekerja di sini, dia Kak Joa.  Dia yang sering menemaniku jika aku di sini, dan dia juga yang memberitahuku tentang cappuccino freddo di tempat ini.

"Masih pagi udah bengong aja," ucap Kak Joa sambil membawakan satu gelas Cappuccino.

"Hehehe, lagi ngebayangin nikmatnya meminum minuman ini sambil melihat hujan diluar sana Kak," ujarku sambil menunjuk kearah minuman didepanku.

Mendengar ucapan ku kak Joa tertawa. Wajar saja Kak Joa tertawa, lihatlah cuaca diluar sangat terik, tidak ada tanda-tanda hujan disana. Astaga Embun bisa-bisanya bicara ngelantur.

Tawa kak Joa sangat manis, lesung pipi di kiri dan kanan pipi nya membuat aura kecantikan Kak Joa semakin terpancar. Ditambah lagi dengan rambut sebahunya yang dibiarkan terurai serta bandana hitam yang selalu ia pakai di kepalanya. Kalian pasti berpikir kenapa orang secantik Kak Joa memilih bekerja sebagai pelayan cafe. Kak Joa sendiri pernah bercerita bahwa dia tidak perlu terkenal dengan pekerjaan yang keren di kantor. Padahal keluarga Kak Joa adalah pengusaha besar di daerah tempatku tinggal, tapi Kak Joa tidak ingin terlalu mencolok di perusahaan keluarganya dan lebih milih untuk menyalurkan hobi di Cafe ini.

Salah satu alasan Kak Joa tidak ingin bekerja di perusahaan, adalah dia tidak ingin ditugaskan di wilayah yang jauh. Mengurusi ini mengurusi itu sendirian disana. Kalau aku lihat, Kak Joa termasuk perempuan yang manja, hehehe. Jadi, bisa saja dia akan mudah merindukan keluarganya di sini jika dia bekerja di luar kota atau diluar negeri.

"Hei, Embun. Lagi-lagi kamu melamun, risih tau kamu lihatin kakak seperti itu."

"Oh astaga kak, maafin Embun kak. Abisnya sih kakak cantik, hehehe," jawabku membuat kak Joa menautkan kedua alisnya.

"Ada-ada saja kamu, ya sudah selamat menikmati minumanmu. Kakak harus melayani pelanggan yang lain. Have a nice day ya," ucap Kak Joa sembari berdiri dan berjalan menuju dapur Cafe.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk sebagai balasan.

Sudah berapa jam aku duduk disini? Ya seperti biasa, tentunya berjam-jam.  Aku memilih untuk pulang, karena pasti di rumah mama sudah menungguku, lagi pula aku merindukan masakan mama.

Aku berdiri dari tempat duduk ku sambil menyandang tas kecil yang aku bawa. Saat aku berdiri aku hampir saja menabrak salah satu pelayan yang membawa segelas Cappuccino Freddo di tangan nya.

"Loh, mas. Saya nggak pesan minuman ini lagi," ucapku heran.

"Oh bukan mbak, ini pesanan mas yang duduk dibsebelah sana," ucap pelayan itu sambil menunjuk kearah laki-laki yang tengah duduk menatap jalanan seperti yang aku lakukan beberapa saat yang lalu.

Tentu saja aku malu, ternyata minuman itu bukan untukku. Wajar saja aku kebingungan, Kak Joa bilang hanya aku yang sering memesan Cappuccino Freddo di sini. Hmm, untuk apa aku memikirkan hal itu, biarkan saja. Itu hak dia,mungkin dia juga memiliki kesukaan yang sama dengan ku, Capuchino Freddo.

---

To be continue~
Jangan lupa vomment yaa :)

Bengkulu, 22 Desember 2018
-Nn-

MOODBOSTER [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang