"Embun... Embun," teriak Ayu dengan napas nya yang masih memburu karena berlari, membuat Embun mengangkat kepalanya yang semula berada di atas meja dengan malas.
"Itu siapa? Temen lo? Ganteng," ucap Ayu dengan wajahnya yang seolah membayangkan wajah Genta di hadapan nya.
"Bukan, siapa-siapa," jawab Embun singkat.
"Hah, dia kenal lo. Masa lo ga kenal dia sih. Hello Embun itu cowok lumayan kali, kalo nggak mau ya buat gue aja," omel Rahma panjang lebar membuat Embun memutar bola matanya malas.
"Udah deh, dia tuh cowok aneh yang pernah gue temuin, gue ga kenal dia. Main panggil-panggil nama gue aja," jawab Embun ketus.
"Hati-hati nanti suka loh," ejek Ayu kepada Embun yang hampir menghilang di balik pintu kelasnya.
Embun berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai. Sejak kejadian tadi, semua siswa perempuan di sekolahnya menatap tidak suka kepada Embun bahkan sesekali ia mendegar mereka membicarakan yang tidak-tidak tentang Embun.
"Gue jadi banyak haters," ucap embun dalam hatinya. Namun, ia memilih untuk terus berjalan ketimbang meladeni orang-orang yang hanya bisa sirik dengan dirinya.
---
Perpustakaan.
Embun memang senang mengunjungi perpustakaan. Untuk belajar atau hanya untuk membaca buku-buku novel yang ada di perpustakaan itu.
Karena tugas yang begitu menumpuk akhir-akhir ini, membuat Embun mau tidak mau harus mengerjakan semuanya. Dari semua tugas yang diberikan kepadanya, Embun lebih memilih untuk menyelesaikan tugas matematika yang ia terima kemarin.
Terkadang guru mungkin kurang refresing, jadi mereka melampiaskan nya dengan membrikan tugas-tugas ini kepada siswa, pikir Embun.
Di tengah keseriusan Embun mengerjakan tugasnya. Embun terkejut saat merasakan bangku di hadapan nya diduduki oleh seseorang. Embun berusaha tidak peduli, sampai akhirnya suara orang tersebut membuyarkan konsentrasi Embun dalam megerjakan tugas
"Ternyata lo pinter matematika," ujar seseorang tersebut
"Hmm," jawab embun tanpa melihat siapa yang ada didepannya saat ini.
"Gue mau jadi temen lo, boleh?" Tanya Genta yang berharap Embun menerima nya sebagai teman.
"Maaf saya sibuk," jawab embun sambil membereskan buku-bukunya
"Lo kenapa dingin banget sih?" Ucap Genta.
"Apa urusan nya dengan kamu? Kamu butuh teman? di sekolah ini banyak siswa laki-laki tidak harus dengan saya," Ucap Embun kepada Genta. "Permisi," lanjutnya.
"Tapi gue maunya sama lo, gimana?" Ucap Genta membuat langkah Embun berhenti sejenak, dan menatap ke arah Genta datar.
Tanpa berbicara apa-apa, Embun lagi-lagi pergi meninggalkan Genta yang kebingungan dengan sikap wanita yang baru ia kenal itu.Dingin.
---
Saat sampai dirumah, Embun langsung menuju kamar nya dan memilih untuk beristirahat. Lelah yang bertubi-tubi datang kepada dirinya membuatnya malas untuk melakukan apa-apa.
Tok tok tok
"Sayang," panggil mamanya dari balik pintu.
"Iya ma?" Jawab Embun.
"Boleh mama masuk, ada yang mau mama bicarakan,"
"Iya ma, nggak dikunci kok," jawab Embun. "ada apa ma?" Lanjutnya.
"Temen mama yang mama bilang kemarin, katanya dia nggak jadi dateng besok," Ucap mama membuat mata Embun berbinar.
"Yes, terus nggak jadi kan?," Teriak Embun.
"Iya nggak jadi besok, jadi nya nanti malam," ucap mama nya lagi yang membuat ekspreai Embun seketika berubah.
"HAH? Nanti malam? Ma, ini bukan perjodohan kan?Embun masih kelas 12 ma, masih SMA," protes Embun kepada mamanya.
"Baru tahap pengenalan," jawab mama nya singkat.
"Maksud mama baru tahap pengenalan?" Tanya Embun yang sangat kebingungan dengan keputusan mama nya.
"Yasudah, kamu siap-siap. Mereka datang setelah maghrib. Mama tinggal dulu ya," ujar mama Embun
"Hmm" jawab Embun singkat.
---
Sebentar lagi tamu yang mama maksud akan segera datang. Mama begitu semangat menyambut mereka, se-spesial itukah tamu itu?
"Embun, ayo turun sebentar lagi mereka datang," teriak mama dari dapur.
Aku langsung menghampiri mama di dapur. Namun tidak lama setelah itu
Ting tong
"Itu mereka datang," ucap mama tersenyum. "kamu yang bukain deh," lanjut nya.
"Hah aku?"
"Iya udah cepetan," ucap mama mendorong tubuh ku pelan.
Dengan langkah malas aku berjalan menuju pintu.
Ceklek
"Silahkan ma--"
Betapa terkejutnya aku saat melihat siapa yang berada di balik pintu.
"Jantungku kenapa?"
---
To Be Continue~
Jangan lupa vomment ya :)Bengkulu, 27 Desember 2018
-Nn-
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODBOSTER [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilSebuah Cafe bernuansa cokelat dan dipenuhi dengan semerbak aroma Cappuccino Freddo menjadi saksi bisu pertemuan Radella Embun Pandhita dengan seseorang yang memiliki kesukaan yang sama dengannya. Aneh. Kata pertama yang muncul dalam benak Embun saa...