[1]

185 30 21
                                    

     Fabulously Sweet
.
.
.

      Kanaya Intan, wanita bertubuh mungil itu menggigiti jari kelingkingnya sambil berjalan mondar-mandir. Apa yang harus dia lakukan? Dia tengah bingung dengan situasi kacau ini. Pasalnya, sekitar satu jam yang lalu dia mendapati seorang pria pingsan di depan kamar apartemennya. Sungguh aneh! Dia bahkan tidak tahu tentang identitas pria tersebut.

     Kanaya bimbang, apa yang harus dia lakukan? Membawa pria asing itu ke apartemennya atau membiarkannya di depan pintu? Kalau ia memasukan pria asing itu ke dalam apartemennya, maka akan menimbulkan desas-desus buruk tentangnya. Tapi apabila membiarkan pria itu tertidur di pintu, itu jauh lebih buruk. Maka dengan amat terpaksa, dia membopong tubuh pria itu masuk ke dalam.

    "Berat sekali pria ini,"

     "Lebih baik aku taruh dia ke kamarku. Sepertinya dia demam," gumam Kanaya.

     Kanya meletakan tubuh pria itu ke kasurnya. Dia berjalan ke dapur untuk mengambil air dan kompres.

     "Sebenarnya kau siapa, Tuan?" ucap Kanaya sambil mengompres kening pria itu dengan telaten.

     "Apakah kau penjahat atau bandar narkoba? Tapi wajahmu itu tidak cocok dengan pekerjaan itu,"

     "Ah sudah selesai. Aku akan membuat makan malam," ucap Kanaya kemudian berlalu pergi ke dapur.

.
.
.

     Aroma masakan menusuk di indra penciuman pria itu. Dia menatap sekeliling ruangan yang ia singgahi. Asing, begitulah pemikirannya. Dia mencoba untuk mengingat apa yang terjadi namun kepalanya merasakan pusing.

     "Akh! Dimana aku? Dan ini apa, kompres? Apa aku sakit?" gumam pria itu.

     Kriet...

    "Oh rupanya kau sudah sadar, Tuan?" tanya seorang wanita yang tidak lain adalah Kanaya. Dia kembali dari kegiatan memasaknya untuk memastikan keadaan pria asing itu. Namun, rupanya dia sudah sadar.

     "Siapa kau? Dimana aku?" tanya pria itu.

     "Tenanglah Tuan. Sebaiknya kau beristirahat. Kondisi tubuhmu belum normal kembali, "

     "Jawab pertanyaanku! Apa kau menculiku?" tuduh pria itu dengan tatapan mengintimidasi.

     Kanaya yang mendengar itu membulatkan matanya, "What?!!!!!"

     "Kau pikir aku orang seperti itu, Tuan?" tanya Kanaya sinis setelah mendengar tuduhan dari pria asing itu.

     "Bisa saja. Pasti kau menculikku untuk meminta tebusan. Hahaha penculik sepertimu itu mudah ditebak," ucap pria itu songong.

     "Hei dengar, Tuan tidak tahu diri! Seharusnya aku yang menuduhmu. Apa kau penjahat? Maling? Tiba-tiba saja kau tergeletak pingsan di depan apartemenku. Sudah sudi aku membawamu masuk. Jika kau masih di depan pintu, aku tidak tahu lagi apa yang terjadi denganmu di cuaca dingin ini," ucap Kanaya sambil mengepalkan tangannya.

     "Hah? Bagaimana mungkin? Tidak! Pasti kau berbohong," bantah pria asing itu.

     "Hei! Jadi kau meragukanku? Jika begitu, cepat keluar dari apartemenku!" ucap Kanaya sambil menarik tangan pria itu kasar.

     Pria itu memberontak dan mencoba melepaskan cekalan Kanaya. Tidak di duga tenaga wanita itu cukup kuat.

     "Hentikan! Aku bisa berjalan sendiri," ucap pria itu walaupun masih sempoyongan karena pusing.

     "Baiklah! Cepat pergi dari sini!"

     "Tidak usah teriak Nona! Tanpa kau suruh aku akan pergi," ucap pria itu sambil memegang tembok mencari keseimbangan.

     Bruk...

     "Astaga!!!!! Ck! Pria ini sungguh menyusahkanku," teriak Kanaya frustasi. Karena, pria asing itu malah pingsan lagi.

     "Untung aku masih punya sifat kemanusiaan, Tuan. Jika tidak, aku akan membuangmu ke got,"

     Sekali lagi, Kanaya membopong pria itu ke sofa. Dia tak sudi lagi mengotori tempat tidurnya dengan pria semacam dia. Sudah lelah pulang dari kerja part time nya, tapi sekarang dia malah dihadapkan dengan situasi semacam ini.

     "Oh God! Apa yang engkau lakukan padaku?" ucap Kanaya frustasi.

     "Sudahlah. Lebih baik aku mengisi perutku yang meronta-ronta minta makan,"

.
.
.

     Hawa dingin menusuk kulit seorang pria yang tengah tidur di sofa. Ini tengah malam, udara semakin dingin di musim ini. Dia membuka matanya pelan dan mengingat apa yang telah terjadi. Dia ingat! Kemarin malam, dia berdebat dengan wanita aneh dan tiba-tiba dia pingsan.

     "Jadi aku masih disini? Tapi kenapa aku tidur di sofa?" ucapnya pelan.

     Saat ini dia membutuhkan sebuah selimut untuk menghangatkan tubuhnya. Dia mencari di sekeliling namun nihil. Dia tak mendapatkan selimut. Seingatnya, kemarin malam ada selimut di kamar. Ya, kamar wanita itu.

     "Apa aku harus kesana? Aku harus kesana atau akan mati kedinginan," ucapnya lalu berjalan ke kamar Kanaya dengan perlahan.

     Kriet...

     Pria itu melihat Kanaya tengah tertidur pulas. Wajahnya begitu cantik dan polos layaknya seorang bayi. Pria itu menggelengkan kepalanya mengetahui apa yang ia pikirkan.

     "Walaupun begitu dia wanita galak, lihatlah wajahnya saat marah. Mengerikan," gumam pria asing itu.

     Mengetahui maksud kemari, pria itu segera mengambil selimut yang dipakai Kanaya. Namun, Kanaya malah menarik tangan pria itu layaknya sebuah guling. Pria itu gelagapan apa yang telah dilakukan oleh Kanaya. Jantungnya berdebar-debar, dia tidak tahu apa yang terjadi padanya saat ini.

     "Setelah aku dinyatakan amnesia, apa aku juga akan dinyatakan mempunyai penyakit jantung?" ucap pria itu. Ya, sebenarnya dia dinyatakan oleh dokter amnesia sementara. Saat itu, dia kabur dari Rumah Sakit karena tak tahu apa yang terjadi.

.
.
.

Fabulously Sweet

Next? Please Vote and Comment 💗

Fabulously SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang