Fabulously Sweet
.
.
.Rasanya Jio tak ingin melakukan hal ini. Melakukan hal yang melukai hati seseorang. Karena peristiwa bodoh itu akhirnya dia terkena imbasnya. Seandainya, seandainya waktu bisa diulang dan seandainya dia tak memikirkan nafsu. Ini semua tak akan terjadi.
Maaf, batin Jio.
"Dari siapa?" tanya seorang wanita yang berada disebelahnya. Tangannya tak pernah lepas dari lengan Jio.
"Lepaskan," ucap Jio datar.
"Apaan sih. Kamu kok gitu. Aku tanya, dari siapa telepon itu?" gerutu kesal wanita itu.
Jio yang mendengarnya menghela napas kecil, ia menatap mata wanita itu dalam, "Ini urusan pribadiku. Kau tak perlu tahu. Mengerti?"
"Ish. Dari kekasihmu? Iya? Kenapa kau masih menghubunginya, hah?!"
Jio menggeram marah mendengar teriakan wanitanya. Dia menggenggam erat tangan wanita itu hingga meringis kesakitan.
"Ssshhh s-sakit J-jio. K-kenapa kau kasar sekali?" ringisnya.
"Diam kau, Soraya! Hentikan dramamu itu! Lebih baik kau pergi dari hidupku!" bentak Jio menimbulkan semua orang menatap mereka berdua.
"Drama?! Kau pikir ini drama, iya? KAU PIKIR ANAK INI DRAMA? kita sudah membuktikannya tadi, Jio!" teriak Soraya dengan mata berkaca-kaca.
"Pembohong!!! Tidak mungkin aku melakukannya!" bantah Jio dengan amarah yang meletup-letup.
"MALAM ITU KIT—"
"AYO PULANG!" Jio menarik tangan Soraya kasar.
Tanpa tahu kalau sedari tadi seseorang mengawasinya. Air matanya tak tertahankan. Mengucur tanpa seizinnya. Perih. Hatinya perih bagaikan tertusuk beribu jarum.
"Brengsek!" makinya dengan tangan mengepal begitu erat. Buku-buku kukunya memutih hingga menusuk kulit tangannya,"mempermainkan ku ya?"
.
.
.
"Kenapa kau lama se—eh kau menangis, Kanaya?" Ano yang semula ingin memprotes akan Kanaya yang terlalu lama itu terkejut melihat mata sembab Kanaya."Ah tidak. Hanya kelilipan saja," elak Kanaya. Ia berjalan menuju kursi di ruangan tersebut. Tepat di samping kasur Ano.
Ano menghela napas kecil, ia menatap Kanaya dan berkata, "Kelilipan? Sini aku tiup matamu agar tak sakit lagi."
Dengan perlahan Ano mendekati wajah muram Kanaya. Ia memegang kepala Kanaya dan mulai meniup mata wanita itu.
"Kelilipan tidak akan sampai membengkak matamu. Sepertinya itu digigit semut ya?" ucap Ano mengerling jahil pada Kanaya membuat wanita itu tampak gugup.
"A-ah iy-ya. Aku pergi dulu. Aku harus bekerja,"
"Baiklah, Kanaya. Hati-hati," ucap Ano dibalas anggukan oleh Kanaya.
.
.
.Kanaya berbohong. Dia melangkahkan kakinya menuju kedai kecil dekat rumah sakit. Memang kedainya tidak terlalu besar, tapi cukup ramai pengunjung.
Mata sayunya melihat ramainya jalanan. Orang-orang yang berlalu-lalang untuk menjalankan aktivitasnya. Netra matanya menangkap sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Mata cantik itu melengos, berusaha mengalihkan tatapannya.
Wanita itu tak paham, kenapa sosok laki-laki yang amat dicintainya itu melakukan hal yang begitu menyakitkan? Rasanya Kanaya tidak percaya akan hal itu. Sudah bertahun-tahun ia menaruh hatinya pada lelaki yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Ia merasa nyaman bila di dekat Jio. Ia menganggap Jio sebagai penyembuh dari luka-lukanya. Namun, penyembuh itu sendiri berhasil melukai hatinya. Padahal, dalam hubungannya dengan Jio selama ini tidak ada masalah. Meski pernah berbeda negara alis LDRan, mereka mampu menjaga cinta mereka. Bahkan Kanaya sangat yakin, jika Jio adalah pasangan terakhir dalam hidupnya. Dan mereka akan membina rumah tangga bersama anak-anak mereka. Namun, mimpi itu seakan hilang bagai debu yang tersapu oleh angin.
.
.
.
Fabulously SweetHi! Sorry sedikit 😥
Next nggak?????
KAMU SEDANG MEMBACA
Fabulously Sweet
Romance[ Please, Don't Copy My Story! :) ] •Fabulously Sweet• Sungguh luar biasa manisnya kehidupan Kanaya Intan setelah menemukan seorang pria tergeletak di depan pintu apartemennya. Dia juga menemukan fakta bahwa, pria asing itu amnesia. Lantas, apa yang...