[3]

91 25 17
                                    

Fabulously Sweet
.
.
.

      Seorang wanita tampak lesu dan mengantuk. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Namun, pemandangan yang kini ia lihat membuatnya membelalakkan matanya. Dihadapannya seorang pria tengah memasak dengan kondisi shirtless. Ia hanya memakai handuk tanpa memakai baju.

     "Hei! Apa yang kau lakukan di dapurku?!" ucap wanita itu, Kanaya.

     "Aku sedang membuat spageti untuk kita sarapan, Nona," jawab pria itu tanpa rasa bersalah.

     Kanaya yang melihat dada bidang itu pun memerah wajahnya. Namun sebisa mungkin ia menutupi semua itu.

     "Tapi apa yang kau lakukan dengan shirtless mu itu, hah?!"

     "Apa salahnya, Nona. Aku tidak memiliki pakaian untuk ku pakai. Lagi pula, pakaianku kemarin kotor," ucapnya.

    "Huft! Kau harus terima resikonya, Kanaya. Kau juga telah menbiarkannya tinggal di sini," gumam Kanaya.

     Sebenarnya kemarin, Kanaya tak bisa tidur karena pria asing itu selalu mengganggunya. Bahkan, disaat malam hari, pria itu selalu menggedor-gedor pintu kamar Kanaya dan memintanya untuk mengizinkan dia tinggal. Kanaya yang lelah pun akhirnya melakukan kesepakatan dengan pria itu. Pria itu boleh tinggal asalkan harus membayar sewa. Entah bagaimana caranya, pria itu harus menuruti syarat itu.

     "Aku akan berangkat kuliah dan nanti aku langsung kerja shift malam. Aku harap kau menjaga baik-baik apartemen ini. Kau mengerti?!" ucap Kanaya tajam.

    "Mengerti Nona dan terimakasih telah mengizinkan ku tinggal," ucap pria itu hampir saja memeluk Kanaya jika Kanaya tidak menghindarinya.

     "Panggil aku Kanaya. Dan siapa namamu?" tanya Kanaya.

     Sepertinya Kanaya lupa terhadap sesuatu, "Aku tidak tahu."

    "Ah iya! Ck! Yasudah aku mau mandi dulu,"

    Pria itu tersenyum melihat tingkah sang pemilik apartemen. Dia tak menyangka jika wanita galak itu sangat lucu.

.
.
.

     Kanaya berkali-kali melamun. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Namun, yang pastinya ia melamun setelah ia melihat dada bidang milik pria asing itu. Mengingatnya membuat pipinya bersemu merah. Padahal, Jio sang kekasihnya tidak pernah menampakannya pada Kanaya. Jadi itu yang pertama kali untuk Kanaya.

     "Aku mikir apa sih! Hah,"lesu Kanaya.

     "Owh! Ini udah jam makan siang, berarti kuliah sudah selesai," ucapnya sembari melihat jam di tangannya.

     Kanaya melangkahkan kaki nya untuk pergi ke cafe dekat universitas nya. Karena terburu-buru, Kanaya tidak sengaja bertubrukan dengan seseorang.

     "Aduh maaf aku tidak sengaja, Nona," ucap seseorang.

     "Ah iya, tak apa, Tuan. Aku yang kurang fokus," ucap Kanaya.

     "Eh, sepertinya aku pernah melihatmu, Nona,"

    "Benarkah?" tanya Kanaya penasaran. Siapa dia?

     "Bukankah kau pekerja di Butik tengah kota itu?"

     "Ah iya benar. Anda siapa ya?"

     "Lebih baik kita bicara di dalam cafe itu, Nona," ajak orang itu.

     Setelah mereka melakukan basa-basi, orang itu membuka pembicaraannya, " Sebelumnya perkenalkan nama saya Lucas. Jadi, apa benar anda Nona Kanaya?"

     Kanaya yang sedang menyeruput jus nya tersedak.

     "Eh hati-hati, Nona," ucap pria itu memberikan sapu tangan dan mengelap ke mulut Kanaya. Kanaya melototkan matanya kemudian mengambil sapu tangan itu.

    "Terimakasih Tuan untuk sapu tangannya. Dan bagaimana anda bisa tahu nama saya?" tanya Kanaya penasaran.

    "Aku bertanya kepada pemilik butik itu. Katanya, kau juga membantu pembuatan desain baju mereka, Nona?"

    "Hmm, iya benar,"

     "Jadi, disini saya akan menyampaikan maksud saya, Nona. Apa Nona mau bekerja sama dengan kami?" ucapnya membuat pikiran Kanaya blank saking terkejutnya.

     "Nona?"

     "Ah iya. T-tapi, apa benar Tuan Lucas?" Kanaya benar-benar tidak menyangka bahwa Tuan Lucas akan memberikan tawaran yang besar untuknya. Bahkan dia sampai lupa bahwa Tuan Lucas itu pemilik brand fashion terkenal yaitu D'Fashion.

     "Tentu saja, Nona Kanaya. Saya juga sangat yakin dengan desain yang anda buat. Karena, saya telah melihat hasil karya anda. Nona, sekarang saatlah anda untuk menunjukan bakat anda dan menunjukan hasil karya anda pada khalayak,"

.


.
.

     Ucapan Lucas terngiang di kepala Kanaya. Lucas memberikan Kanaya kesempatan untuk berpikir. Dia juga memberikan kartu nama kepada Kanaya. Saking tidak fokus berjalan, Kanaya sekali lagi menubruk seseorang.

     "Hati-hati, Nona,"

     "Hah? Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kanaya pada seseorang.

     "Aku? Aku baru saja pulang kerja,"

     "Hei kau pria asing! Bagaimana dengan apartemenku hah? Jika kau tinggal, ya Tuhan," ucap Kanaya sambil menatap tajam pria yang menyewa apartemennya.

     "Aku sudah menguncinya. Maafkan aku karena tidak bilang untuk pergi. Tapi aku juga membutuhkan pekerjaan, untuk membayar sewa," ucap pria itu sambil menatap Kanaya.
 

    "Iya juga. Lalu kerja apa kau?"

     "Pelayan Cafe,"

     Kanaya mengernyitkan dahinya bingung. Cepat sekali diterima kerja dia, begitulah pemikirannya.

     "Lalu, bagaimana dengan kondisimu itu? Apa tidak apa-apa?"

     "Kau mengkhawatirkanku?" ucap pria itu sambil menatap Kanaya jahil. Kanaya yang ditatap melototkan matanya, "Tidak-tidak! Sudah lupakan"

     Akhirnya mereka berdua pulang ke apartemen dengan jalan kaki.

.
.
.

Fabulously Sweet

    

  

    
    

  

Fabulously SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang