8

1K 210 2
                                    

Bulan Desember. Dimana awalnya musim dingin. (Name) duduk di kursi dekat dengan jendela, kini dia sudah tahu bahwa orang-orang yang menyerangnya dulu sudah tertangkap dan dipenjara.

Seharusnya (Name) ada di pengadilan itu tetapi Kuroko bilang ada saksi mata yang melihatnya dengan jelas.

"Aku ingin berterima kasih padanya," gumam (Name).

Terdengar suara pintu kamarnya terbuka, (Name) melirik ke belakang. "Ini aku (Name)-chan."

"Kuroko-kun ada apa malam-malam kemari?"

"Ada yang ingin aku sampaikan. (Name)-chan sendiri kenapa belum tidur?"

"Eum, aku dengar dari okaa-san kalau sekarang salju turun aku ingin melihatnya, tapi tak bisa," lirih (Name).

(Name) bisa merasakan Kuroko mendekatinya lalu memegang tangannya, hingga suara itu terdengar.

"Kenapa kau tidak buka saja perban itu?"

"A-Akashi-kun?" (Name) menarik kembali tangannya.

"Sudah kuduga, apa kau masih membenciku?"

(Name) menggigit bibir bawahnya dan entah kenapa ia menangis, padahal ia sudah lupa dengan Akashi. Kenapa... Kenapa ia harus bertemu lagi dengannya?

"Aku membencimu."

Akashi mengangguk, ia sudah tahu (Name) pasti akan menjawabnya seperti itu. Akashi mengambil tangan (Name) lalu ia menyematkan cincin cantik di jari manis (Name).

"Apa ini?"

"Walaupun kau membenciku, aku tidak bisa membencimu juga. Aku selalu mencintaimu. Apapun yang terjadi. Sekali lagi maaf aku pernah berbuat salah kepadamu. Hubungan kita yang sudah kita jalani hampir empat tahun itu sangat sulit untuk dilupakan. Malam itu aku berniat melamarmu, tetapi.."

(Name) merasakan tangannya basah. Apa ini air mata?

"Kau akan tetap menjadi gadis yang aku cintai (Name)."

Akashi menempelkan dahinya dengan dahi (Name). Lalu mengecup dahinya perlahan. (Name) merasa hatinya kembali menghangat.

"Jaga kesehatanmu baik-baik (Name), jadilah gadis periang seperti dulu lagi."

Akashi bangkit dari duduknya lalu meninggalkan (Name) di kamarnya sendirian.

(Name) meraba jarinya, ia memegang cincin pemberian Akashi tadi. (Name) memukul-mukul dada kirinya, kenapa ia begitu bodoh saat itu. Keegoisannya mengambil alih pikirannya malam itu.

Di salju pertama turun, (Name) menangis dalam keheningan malam.

𝐒𝐚𝐜𝐫𝐢𝐟𝐢𝐜𝐞 | A. SEIJUUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang