Titik Temu (1)

10 2 0
                                    


Hujan selalu memaksa siapapun mendengar keriuhan miliknya sendiri tanpa sebab dengan alih - alih sok berkuasa dari penciptanya, itu dia rasa ingin mengumpat dari mulutku si pembawa setumpukan buku nan terlindungi tubuh ceking berlarian mencari teduhan hangat yang karena aku menyumpah serapah kata bahwa "Buku lebih penting dari wanita, karena wanita susah dimengerti daripada sebuah frasa dalam kata" dan sangat jelas kebodohan sekali untuk menjabarkan wanita. Tapi aku sejenak memang sangat suka dengan suasana yang dingin, membantuku berfikir melewati dilematis dari lembaran - lembaran kalimat filsuf yang kubaca.

Tak kusadari bahwa waktu sudah kelewat senja tapi langit dan bumi masih beradu argumen sehingga langit masih tetap cengeng. Membalas rasa bosanku, kubuka selembar demi selembar kertas dari buku filsafat yang kubawa dan seketika suara pijakan kaki menyentuh tanah yang bergenang air datang semakin kencang seolah menggangguku untuk membaca buku.

"Permisi mas" kalimat lembut dari seorang wanita, ternyata suara langkahnya yang menggangguku

"Iya silahkan" timpalku dengan datar

"Penggemar Karl Briton?" seketika sebuah kalimat tanya datang padaku

"Barusan baca kok, suka filsafat juga?"

"Gak terlalu sih, penghilang bosan jaman SMA"

Pada waktu yang terbilang sia – sia, entah apa yang terjadi untuk pertama kalinya aku mampu merasakan degupan jantung yang kencang sehingga aku sendiri kebingungan apakah aku mengalami sesak nafas setelah ini? Apakah karena wanita berambut gelombang yang dipeluk parka dan menggenggam sebuah tas selempang ini mengganggu kepalaku karena parasnya? Ah, fucking menurutku!.

"Kamu kuliah?" tanya wanita itu padaku

"Iya, di Brawijaya"

"Hah? Sumpah kau?!" dengan nada yang sedikit naik dan mengecilkan matanya padaku

"Aku juga di brawijaya loh, jurusan apa?" timbun kembali kata – kata sebelumnya dengan nada yang mulai santai

Aku berfikiran bahwa wanita ini memang cantik, tapi menurutku dia bukan wanita secara sifat dan tutur kata

"Aku di Ilmu politik, kamu sendiri?"

"Aku jurusan Managemen, omong – omong hujan-nya sudah reda"

"Ah benar juga, oke sampai ketemu di kampus kalau bertemu" kutinggalkan wanita itu dan aku mulai berjalan menuju bengkel karena motorku mogok tak kunjung hidup karena masuk dalam genangan air.

Aku gugup melawan diriku sembari berbincang dengan wanita itu tadi, banyak yang timbul dari kepala bodohku ini

"apakah dia baik? apakah namanya lucu? atau inikah yang banyak dibilang cinta? ah bodoh" sebutku bertanya dalam hati

Gerah masih menjadi tanya hingga tertidur dalam - dalam terakibat beberapa detik bersama wanita itu sejenak membuatku resah soal kepria-an. Lelah menuju mimpi, tapi seketika timbul dalam mimpi yang membangunkanku lalu kulihat jam diatas dinding, ah masih jam 1 malam dan aku masih ingin tidur lagi. Tapi tidak bisa! wajahnya menggangguku.

"Esok akan kutemui dia, akan kubalas dendamku karena dia mengganggu tidurku" umpatku dalam hati.



Yang bernafas menghargai kata

Realistis kemungkaran cinta

Cermin gelap membuta rasa

Akankah kembali bertatapan

Dengan hati bergabungan

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Antara RasaWhere stories live. Discover now