Sudah lebih dari lima jam kelimanya berjalan. Matahari sudah tergelincir di ufuk barat, langit jingga dengan burung-burung beterbangan kembali ke peraduannya. Udara sore menjelang malam semakin dingin dan lembab. Jarak pandang mereka semakin memendek karena sinar matahari telah hilang dan kabut tipis menyelimuti hutan.
Sepanjang perjalanan yang mereka lalui tidak ada kejadian atau sesuatu yang membahayakan nyawa mereka. Alam begitu damai seakan-akan menerima kehadiran mereka di wilayahnya.
Jalan penuh bebatuan, lumpur, dan semak-semak yang mereka lalui, tapi pikiran Claire tidak fokus. Kepala cantiknya tidak memikirkan tentang sosok Argus atau Ertogrul yang tidak dia ketahui, namun lebih kepada senyapnya suasana di hutan ini.
Entahlah, perasaannya tidak enak sejak mereka meneruskan perjalanan mereka. Seperti ada sesuatu yang membuat tanah yang dipijaknya memiliki aura yang berbeda.
"Hei, kalian, apa kalian tidak merasa aneh?" tanya Claire pada teman-temannya.
"Aneh bagaimana?" tanya Ethan mewakili pertanyaan di benak yang lainnya.
"Ya aneh, selama kita masuk ke hutan ini kita tidak bertemu mara bahaya sekecil semut. Apa kalian tidak heran? Mana ada hutan tanpa penghuninya yang buas," tutur Claire membuat semua perhatian mengarah padanya, bahkan Mirabella menghentikan langkahnya demi mendengarkan perkataan Claire.
"Benar apa yang dikatakan Claire, tempat ini memiliki aura yang berbeda dari tempat kita berhenti tadi. Jadi kita harus cepat-cepat keluar dari sini dan mencari tempat untuk bermalam," putus Mirabella.
Langkah kaki mereka bersentuhan dengan bebatuan licin dan lumut di setiap petak tanah. Jasmine merangkul Claire takut terjatuh, kedua gadis itu tidak berbicara namun mata keduanya mengawasi sekitar takut akan serangan hewan buas.
Di belakang para gadis, Ethan dan Lucius meneliti sekitar mereka lebih teliti. Mereka tidak boleh lengah karena ini hutan dan mereka tidak dapat menebak apa yang akan menyerang mereka.
"Lucius," panggil Ethan. Pemuda yang dipanggil itu menoleh ke arah Ethan. "Tolong dijaga itu pikiran, aku jadi tidak konsen memantau keadaan."
Lucius menaikkan sebelah alisnya. "Salah sendiri membaca pikiran orang," sinisnya.
Ethan hanya mampu menghela napas panjang, bukan salahnya juga jika dia mendengar pikiran Lucius. Kenapa juga pemuda bersurai cokelat itu tidak menutup pikirannya? Atau dia memang sengaja melakukannya?
"Apa itu sebagai kode agar aku mundur? Lucius ... kau tahu dia sahabat kita sejak kecil, jadi wajar saja dia bisa dekat denganku," ucap Ethan dengan tatapan sedikit menyombongkan diri.
"Ck, diamlah!"
Oke, Ethan akan tutup mulut sekarang juga sebelum membangunkan setan dalam tubuh Lucius. Jujur, Lucius saat marah adalah kombinasi hari yang buruk untuk dirinya.
"Jika kau memilih dia, aku akan mengklaim gadis cerewet itu," bisik Ethan.
Lucius menoleh cepat, apa dia tidak salah dengar? Ethan, dengan gadis itu? Rasanya dia ingin tertawa namun tawa itu tak terwujud di wajahnya.
"Stop! Jangan tertawa, harusnya kau tahu pilihanku sejak dulu, Lucius." Biarkan saja Lucius tahu, dia tidak ingin Lucius mengamuk dan salah paham melihatnya dekat dengan gadis itu.
"Hei, kalian! Sedang apa sampai ribut begitu," tanya Claire menoleh ke arah Lucius dan Ethan berdiri.
"Benar, sejak tadi kudengar kalian sibuk bisik-bisik. Apa yang kalian bahas?" Jasmine menambah pertanyaan kepada dua pemuda seumuran itu.
Keduanya hanya mengangkat bahunya tidak ingin menjawab, melihat itu membuat raut wajah kesal terlukis di wajah Jasmine dan Claire hanya mampu mendengus pelan.
Dasar lelaki, batin keduanya.
"Biarkan saja Jasmine, nanti kita adukan pada Mom dan Dad," ucap Claire, dia menengok ke belakang dan melemparkan seringai andalannya.
Ethan menelan ludah, bisa mati dia jika Jasmine mengadu pada Paman Jacob. Daripada digorok oleh lelaki itu, dia memilih terjun bebas ke dasar jurang. Itu lebih baik, pikirnya.
"Hei! Kenapa kalian suka sekali mengadu? Kalian tidak kasihan denganku?" Ethan memasang wajah memelas biasanya yang dia gunakan untuk membujuk Jasmine atau Claire.
"Tidak!" jawab kedua gadis itu bersamaan.
Mirabella geleng-geleng kepala melihat tingkah kekanak-kanakan ketiga remaja itu, mungkin hanya Lucius yang cukup dewasa di sini dan bisa dia andalkan. Dia berhenti ketika langkahnya membawa dia di area hutan dengan banyak pohon pinus, dia memutuskan untuk bermalam di sana.
"Kita istirahat di sini saja, ini sudah terlalu gelap untuk melanjutkan perjalanan," putus Mirabella.
"Huh, akhirnya aku bisa mengistirahatkan kaki mungilku," kata Jasmine lalu duduk di bawah pohon sambil menyandarkan diri.
Claire mengikuti gadis bersurai pirang itu dan membuat api melalui tangannya sebagai penerangan sesaat. Keadaan di sekitar mereka sedikit terang akibat api yang Claire ciptakan, Ethan dan Lucius mencari kayu bakar tanpa diminta. Hanya Mirabella seorang yang tidak sibuk untuk saat ini, dia memindai area itu melalui penciumannya yang tajam. Nihil, tidak ada apa-apa yang menandakan tempat itu aman untuk ditinggali barang semalam.
Demi teratai emas! Dia menciumnya! Ini ... ini yang dia cari! Aroma ini ... dia sudah lama melintas. Sebuah suara meraung-raung di dalam kepalanya, dia menggeram berusaha menahan sesuatu untuk keluar.
Suara geraman itu berhasil menarik perhatian keempat remaja yang kini menatap Mirabella waspada. Di benak mereka, terngiang sederet kalimat untuk pergi menjauh. Mereka tahu Mirabella adalah seorang werewolf terlebih dia akan memimpin pack ayahnya, wajib bagi mereka untuk berhati-hati saat Mirabella seakan tengah bertarung dengan sesuatu di dalam tubuhnya.
"Bagaimana ini," bisik Jasmine takut-takut.
"Tenanglah Jasmine." Ethan mendekati gadis itu lalu merangkulnya.
"Lucius, kita harus bagaimana?" Claire berjalan mendekat ke arah api unggun dan berjongkok di samping pemuda itu.
"Kita tunggu saja, kalau dia berubah kau ajak Jasmine pergi dari sini. Aku dan Ethan yang akan menyadarkannya."
Claire mengangguk setuju, dia mempercayakan semuanya pada Lucius. Dia ketua tim kedua setelah Mirabella jika terjadi sesuatu pada gadis werewolf itu.
"Diam!"
Spontan mereka menoleh dan terlonjak kaget akan apa yang mereka lihat.
-oOo-
12 Desember 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back [TAMAT]
FantasyPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! INGAT ADA AZAB ••• Sequel Castilia Academy Diharapkan membaca Castilia Academy untuk kenyamanan dalam membaca ••• Ketika semua orang mengira, peperangan singkat itu adalah akhir dari segalanya. Semua dugaan itu ternyata...