"Kenapa Kak Kenzie tidak bilang kalau di sini ada werewolf?!" Jasmine menjerit putus asa.
Dari pekatnya malam muncul berpasang-pasang mata berwarna kuning keemasan, mereka menyebar mengitari Lucius dan kawan-kawan.
Desir angin tak mengusik keempatnya untuk melarikan diri dari sana, sudah jelas terlihat bahwa mereka terkepung. Mengambil langkah ke mana pun mereka tak akan berhasil lolos, jadi mereka memutuskan untuk bertarung sekali lagi. Semakin cepat mereka lolos, semakin cepat pula mereka pulang ke rumah.
"Lucius, apa mungkin mereka pasukan dari pack Kak Kenzie?" tanya Ethan, dia merapatkan diri ke Jasmine beserta Claire. "Kalian hati-hati."
Pemuda yang ditanya Ethan malah terdiam, dia hanya mengamati sekitarnya. Di sini tidak ada air, jadi kekuatannya tidak terlalu berguna. Lalu, element tanah bisa membantu walau tak banyak. Yang pasti Claire harus lolos terlebih dahulu, baru mereka akan maju menyerang.
Netra cokelat Lucius memandang Ethan, dia mengatakan sesuatu hingga Ethan mengangguk paham.
"Mereka mendekat," bisik Ethan seringan kapas, sadar bahwa suara sekecil apa pun dapat mereka dengar. "Jasmine, kau bantu aku, bisa?"
Jasmine mengangguk. "Baik, Ethan, kau tinggal memberi aba-aba," jawab Jasmine mantap.
Suara geraman lolos dari seluruh penjuru hutan, mengalun pelan, tapi berbahaya. Di sekitar mereka berempat, patahan ranting terdengar nyaring. Bahkan dedauan saling berbisik dengan beraninya dalam gelap hutan, menyadarkan mereka akan musuh yang semakin mendekat.
Sebelum mereka siap dengan strategi baru, gerombolan serigala berbulu hitam telah mengepung. Netranya bercahaya terang karena di sekitarnya gelap, dan hal itu semakin membuat keadaan terasa mengerikan.
"Jadi mereka ...."
Sebuah suara berat terdengar, dari sekitar sepuluh werewolf--jika Lucius tidak salah menghitung--ia memandang kosong. Entah apa yang Lucius pikiran, tapi teman-temannya menunggu instruksi darinya.
"Lucius," panggil Ethan berbisik.
"Jadi kita ditugaskan untuk mengurus bocah?" tanya suara yang lain.
Claire memperhatikan semuanya dari belakang tubuh Lucius, ia tahu suara itu berasal dari kawanan werewolf itu. Namun, ia memilih menunggu, ini saatnya ia patuh pada perintah Lucius.
"Sebentar, Ethan ...."
"Dasar penyihir keparat, hanya menangani bocah saja tidak berani."
Claire masih berpikir keras, aura mereka tidak sekuat Mirabella atau Kenzie. Jadi bisa ia simpulkan tingkatan mereka ada di bawah keduanya. Beranikah ia melawan mereka sekarang?
"Claire, tunggu sebentar," ucap Lucius ketika matanya menangkap gerak-gerik Claire yang mencurigakan. "Kau dan Jasmine lawan empat werewolf di belakang, sedangkan aku dan Ethan mengurus sisanya."
Kedua gadis itu mengangguk bersamaan, sepakat dengan pembagian tugas kali ini. Pemuda pirang itu mulai merapalkan mantra sesuai arahan Lucius, dan hal yang sama juga dilakukan oleh Jasmine.
"Serang mereka!" perintah werewolf yang paling depan, yang disimpulkan oleh Claire dan kawan-kawan sebagai pemimpin kelompok.
Keenam werewolf di depan Lucius dan Ethan berpencar, mereka mencari celah untuk memisahkan keempatnya. Lucius dengan cekatan mengambil pedangnya dan mulai menggerakan senjata itu untuk melumpuhkan musuh.
Ethan mulai fokus dengan mantranya saat Lucius membiarkan dirinya menjadi tameng untuknya. Tak ingin lama-lama, getaran tanah di bawah mereka memecah fokus para werewolf.
Dari tanah yang terbelah, muncullah dua sosok golem tanah. Ya, itu makhluk yang diciptakan Ethan dan Jasmine untuk melindungi diri. Mereka segera mengendalikan golem itu dan menyerah para werewolf yang berlari menghindar.
Claire memilih menggunakan kekuatannya dengan memanggil penghuni hutan, sulur-sulur bermunculan tanpa diketahui asalnya. Melesat, mencengkeram, hingga melilit tubuh berbulu itu tanpa ampun.
Sesekali peluh membanjiri wajah Claire, dia juga harus ingat satu hal, energinya masih dibutuhkan nanti.
"Claire, berhenti." Jasmine mengingatkan, tahu jika gadis itu mulai kelelahan.
Claire tambah kuat memerintahkan sulurnya melilit seekor werewolf, tak dia hiraukan perkataan Jasmine. "Tidak, Jasmine, ini belum puncaknya," jawab Claire tanpa menoleh ke arah Jasmine.
Jasmine mencuri pandang ke Claire, sahabatnya itu terlalu keras kepala saat keadaan seperti ini. Bagaimana cara yang harus dia tempuh agar Claire menurut sekali ini saja?
Gedebuk!
Claire membanting seekor werewolf ke tanah, samar terdengar suara patahan yang berasal dari werewolf itu. Gadis itu mengembuskan napas panjang, tangannya terangkat mencari mangsa baru.
Tak jauh beda dengan Claire, pedang Lucius sudah menari-nari di atas kulit salah satu werewolf, gerakannya seringan kapas, tapi mampu menciptakan goresan penuh warna merah.
"Ethan, cepat!" perintah Lucius.
Golem Ethan bergerak menggila, makhluk itu menangkap dua werewolf yang ada di dekatnya lalu memutarnya di udara. Tangan Ethan bergerak seolah melempar sesuatu, ternyata golem miliknya juga melakukan hal yang sama. Kedua werewolf itu terlempar jauh.
Saat tengah sibuk dengan pertarungan di depan mata, Lucius terkejut saat sulur yang tidak dia ketahui asalnya melilit di pinggang, kemudian menariknya kuat.
***
18 Mei 2019
A/N:
Holaa, kembali lagi daku huhu
Lama ngilang ya 😅
Oh iya, semoga suka sama chapter ini. Aku seneng banget hari ini, karna hari adalah.....
TEPAT 1 TAHUN CASTILIA ACADEMY LAHIR DI WATTPAD
Huhu aku terhura banget sama respon kalian 😢
Rasanya dulu aku hanya seonggok debu yang tak berarti 😔Tapi sekarang, seneng banget bisa menghibur kalian. Ya walaupun nggak bagus amat ceritanya 😅
Niatnya sih mau dobel up, tapi aku juga ngurusin colab di Ranseteam baca ya kawan-kawan, judulnya "Satria Bukan Kesatria" sama "Tsundere Couple"
Aku ikut dua colab sekaligus, jadi di lapak ini agak telat 😪
Maafkan, janji deh besok-besok up cepet 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back [TAMAT]
FantasyPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! INGAT ADA AZAB ••• Sequel Castilia Academy Diharapkan membaca Castilia Academy untuk kenyamanan dalam membaca ••• Ketika semua orang mengira, peperangan singkat itu adalah akhir dari segalanya. Semua dugaan itu ternyata...