Enam Belas

7.3K 771 7
                                    

Matahari terlihat malu-malu di balik mega yang bertebaran di angkasa, menyembunyikan diri dari netra yang dengan beraninya menatap takjub sinarnya.

Jasmine mendesah, rasa bosan mulai menyerang dirinya. Di depannya Claire dan Lucius berjalan pelan, seperti biasa Mirabella memimpin jalan.

"Apa kau lelah?" tanya seseorang di sampingnya.

Jasmine menoleh sekilas, lalu menggeleng. "Hanya bosan."

Ethan mengangguk pelan, pemuda itu menatap sekeliling. Rasanya tempat itu terlalu sunyi untuk sebuah hutan, atau hanya pikiran Ethan saja?

"Hei! Kenapa melamun?" Jasmine memandangi Ethan.

"Hah? Tidak ada."

Jasmine menyipitkan mata, curiga akan gelagat Ethan yang tidak biasa. Harusnya Ethan tahu apa yang dia pikirkan, tapi kenapa pemuda itu tidak bereaksi. 

Aku semakin curiga dengan kemampuannya, batin Jasmine.

Risi dipandang begitu intens oleh Jasmine, Ethan membuang muka. Sedikit malu karena Jasmine secara terang-terangan menatap dirinya.

"Ethan," panggil Jasmine. "Apa kau bisa membaca pikiran semua orang?"

Ethan menoleh cepat, netra ambernya fokus menebak jalan pikiran gadis di depannya. Kenapa tiba-tiba dia bertanya begitu?

"Tentu saja bisa, memang kenapa?"

Gadis bersurai pirang itu mengangkat bahunya. "Entah, hanya ingin," jawabnya cuek.

Matanya masih mengamati Jasmine, tidak begitu percaya akan jawaban yang Jasmine lontarkan. Seperti masih ada sesuatu yang dirahasiakan gadis itu.

"Ethan, jangan ganggu Jasmine ... apa kau mau dimarahi Paman Jacob?"

Ethan mendelik kesal ke arah sumber suara, dilihatnya punggung pemuda yang berjalan di depannya. Ingin sekali dirinya menghajar wajah tampan itu, namun niat tinggallah niat. Mana berani dirinya dengan Lucius? Bisa-bisa dia berubah menjadi katak.

"Nah, dengarkan apa kata Lucius. Aku, sih, tidak keberatan jika kau dimarahi, justru aku senang karena mendapat tontonan gratis," kata Jasmine diakhiri kekehan.

Sial, awas kau Lucius, batin Ethan menggerutu.

Matahari condong ke barat saat mereka melewati anak sungai. Mirabella melewatinya dengan mudah, disusul Lucius yang membantu Claire untuk bisa sampai ke seberang. Kini tinggal Ethan dan Jasmine yang tertinggal, gadis itu menggaruk kepalanya.

"Tidak bisa melompat?" tanya Ethan yang dibalas anggukan Jasmine.

Ethan mengembuskan napas, kemudian tanpa berkata membopong tubuh Jasmine dan membuat gadis itu memekik.

"Ethan! Apa yang kau lakukan?"

"Diamlah, kita sudah tertinggal," jawab Ethan.

Jasmine memberengut. Saat Ethan akan melompat, dia spontan mengalungkan lengannya pada leher pemuda itu agar tidak terjatuh.

Kedua kaki Ethan sukses mendarat di tanah, meleset sedikit saja dia dan Jasmine akan tercebur ke sungai. Jasmine bahkan memejamkan matanya, masih tidak sadar mereka telah menyeberang.

"Bisa turun? Kita ditinggal mereka," bisik Ethan.

Diliputi rasa malu, Jasmine melompat turun dan menjaga jarak dari pemuda itu. Jantungnya berdebar kencang, antara ingin berlari menjauh atau menutupi wajahnya yang memerah.

Kekehan Ethan berhasil mengembalikan kewarasannya, dia cemberut.

"Sudah, jangan cemberut, kau jelek kalau merajuk," kata Ethan. "Ayo kita lanjut lagi."

Pepohonan rimbun tak menghalangi langkah kelimanya untuk menyusuri daerah hutan, saling menjaga dan waspada akan bahaya yang mengintai.

Bulan yang menggantikan matahari sudah menampakkan keindahannya, ditambah dengan nyanyian serangga malam yang saling bersahutan.

"Siapa di antara kalian yang memiliki kekuatan api?" tanya Mirabella memecah keheningan.

Kedua alis Lucius menukik tajam mendengar pertanyaan Mirabella. "Ada apa?"

Gadis werewolf itu menoleh ke belakang. "Tentu saja untuk berjaga-jaga, firasatku tidak baik," jawabnya.

Ethan dan Jasmine bahkan sudah saling lempar pertanyaan akan apa maksud Mirabella, dan bodohnya mereka lupa akan kekuatan pemuda pirang itu.

"Bodoh, kenapa tidak kau gunakan kekuatanmu?" kata Jasmine gemas.

Ethan membatu, betul juga. Dia baru ingat akan kekuatan yang satu itu, karena terlalu lama bersama Jasmine membuat dia lupa memilikinya. Karna aku tidak bisa membaca pikirannya, batin Ethan.

"Aku baru ingat," ucap Ethan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kalau begitu, ayo kita maju biar aku mudah membacanya."

Jasmine mengangguk dan menarik tangan Ethan, keduanya menerobos Lucius dan Claire yang berjalan di depan mereka. Tatapan bingung Claire membuat Lucius ikut melihat tingkah keduanya yang aneh.

"Apa kau merasa ada yang aneh, Lucius?" tanya Claire yang dihadiahi anggukan samar Lucius.

"Apa yang mereka rencanakan?"

Setelah itu, hanya gelengan yang Claire dapat sebagai jawaban. Mata coklatnya masih menatap awas pergerakan Ethan dan Jasmine yang mencurigakan.

"Wow, ramai sekali," ucap Ethan dengan suara lirih.

"Apa?" tanya Jasmine sambil berbisik.

"Dia sedang berdebat, wolf-nya mengamuk. Tunggu sebentar, mereka membicarakan soal ... vampir."

Jasmine membekap mulutnya, terkejut akan perkataan Ethan. Dia spontan merapatkan tubuhnya pada Ethan, merasa takut dengan kegelapan hutan saat ini.

"Bentuk formasi melingkar!" perintah Mirabella mengejutkan semua orang.

Dengan segera mereka merapat, membentuk formasi melingkar seperti yang sudah mereka susun. Mirabella sendiri berdiri di sampai keempat penyihir itu, matanya berwarna kuning keemasan.

"Kak Ryn," gumam Claire begitu sadar sosok di sampingnya.

"Diam, Claire, kita sedang menanti musuh."

Tiba-tiba berhembus angin kencang, sekelebat bayangan muncul dari balik pohon besar. Tidak hanya itu, bayangan yang lain juga mulai berdatangan mengepung kelompok mereka.

"Lucius, kau jaga Claire, kita akan membutuhkan kekuatannya nanti," kata Ryn––wolf Mirabella.

Lucius patuh dan segera memegang tangan gadis di sampingnya, sedangkan Ethan semakin merapatkan dirinya dengan Jasmine.

Dari kegelapan, sepasang mata merah mengintai mereka ... berjalan mendekat dan semakin dekat.

-oOo-

28 Februari 2019

A/N:

Siapa yang menunggu cerita ini up? Mau lihat dong berapa banyak 😅
Kalo nggak ada aku mau fokus ujian, kalo misal ada yang nunggu bakal aku usahakan up.

Bye...

Come Back [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang