Chapter 12

156K 13.2K 610
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ujianku. Semuanya sudah beres. Tugas-tugas sudah kukumpulkan. Tak ada lagi beban jadi hingga persiapan semester baru akan kugunakan makan-tidur-main-tidur-makan-bantu eyang-main-tidur.

Aku lihat para mahasiswa baru yang baru menyelesaikan UAS mereka. Ada wajah sumringah ada juga yang cemberut. Maklum mungkin mereka belum terbiasa sama jenis so'al analisa terlalu terbiasa dengan so'al-so'al menghafal atau jenis pilihan ganda.

Aku menunggu Sri. Ia masih di dalam kelas, kebiasaan Sri adalah dia nggak akan mengangkat kepalanya dari lembar jawaban sebelum waktu ujian benar-benar habis. Aku tahu dia sudah selesai mengerjakan lembar jawabannya sedari tadi tapi dia tidak akan mengumpulkannya. Ia akan mengoreksinya berulang-ulang sampai pasti bahwa dia akan mendapatkan nilai A.

Kalau aku cukup dua kali koreksi ulang dan kumpulkan. Aku sesantai itu menghadapi ujian.

Ponselku bergetar dan kulihat grup wassap asdos.

Pejuang hati Pak Gemi Gemay Gemash

Mas Rio: p
P
P
P
P
Ciyee yang pada kelar ujiannya....
P
P
P

Juan: p = atheis

Prima: anjay wkwkwk, ada apa mas?

Mas Rio: Pak Gemi ngajakin kalian makan nih, tapi kali ini di rumahnya....

Aku membelalakkan mataku, membaca kalimat Mas Rio dengan pelan-pelan. Dengan semangat empat-lima aku membalas.

Me: Eh serius mas? Kapan?

Mas Rio: Nanti malam kalian kosong tidak?

Prima: Gue kosong

Juan: Gue udah janji tapi bisa gue batalin demi traktiran.

Aku tak menjawab sebelum Sri keluar kelas. Dia adalah temanku ketika nanti mereka mengobrol hal-hal yang tidak aku mengeryi seperti first gathering dulu.

Duh, aku penasaran setengah mati bagaimana bentuk rumah tempat tinggal Pak Gemintang. Apa dia tinggal sendirian atau tinggal bersama orang tuanya? Punya hewan peliharan nggak ya? Kucing atau anjing ya?

"DOOR!!"

"EH Anjing!"

"Ayas mulutnya ya kebiasaan." aku menutup mulutku karena kelepasan. Semua orang melihatku dan beberapa pengawas ujian yang baru keluar dari kelas pun terlihat terkejut akan mulutku.

Aku menarik Sri menjauh karena malu.

"Ngelamunin apa sih Yas sampe kelepasan gitu?" matanya yang sipit semakin menyipit ketika ia sedang menahan tawa. Aku mencubitnya kesal dan Sri akhirnya melepaskan tawanya sambil mengelak dari cubitanku.

"Kita nanti diundang lagi sama Pak Gemintang makan malam."

"Oh ya? Dimana? Dalam rangka apa nih?" Mata Sri berbinar dengan semangat sudah dipastikan ia akan mengiyakan ajakan tersebut.

"Dalam rangka selesai UAS, kan tugas kita bisa dibilang sudah selesai."

"Semisal lo ditawarin Pak Gemintang jadi asdosnya lagi bakal lo terima nggak, Sri?"

"Gue? Iya bakal gue terima lagi meskipun kita dipekerjakan layaknya budak tapi banyak banget ilmu yang gue dapat. Lo nggak?"

"Enggak tahu, lihat nanti ajalah."

"Dandan yang cantik ya, bikin bapaknya kesemsem sama lo."

Aku memutar mataku jengah, "Apaan banget sih ...."

Bagaimana, Pak? (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang