"Lo udah tau belum?"
Sandra menatap Icha penasaran, sahabatnya itu baru saja kembali sehabis memesan makanan dan sudah memulai aktivitas gosip mereka. Memang hari ini, mereka sengaja istirahat bareng. Sandra karena dia sedang musuhan dengan Jendra dan Icha yang muak dengan anak kelasnya yang isinya orang pacaran semua.
"Tadi Kak Dias, ngobrol berdua sama Jendra. Serius."
Sandra tersedak air minumnya. Matanya membulat mendengar ucapan Icha. Gadis itu tertawa hambar, tak mempercayai informasi tersebut. "Bercanda lo ah..."
"Ih gue serius..." Icha menggembungkan pipinya lucu. "Orang tadi jadi bahan tontonan anak kelas gue."
Sandra memasang wajah jeleknya, tanda dia tak mau mendengarkan ucapan Icha lebih lanjut. Ia lebih memilih fokus pada ponselnya sembari melahap somaynya. "Lagian apa gunanya sih mereka ngobrol? Kenalan sebagai calon iparan gitu? Yakali."
"Mungkin si Jendra suka sama lo San, jadinya dia ngobrol sama Kak Dias buat jauhin lo." Terka Icha asal, namun tak lama kemudian gadis itu tertawa terbahak-bahak akan ucapannya sendiri. "Haduh, jadi drama banget dong kayak sinetron."
"Lo tuh stress di Ipa atau kebanyakan drakor sih? Makin gila aja kayaknya." Sungut Sandra menoyor pelan kening sahabatnya karibnya sejak SMP itu.
Icha diam sejenak, meletakkan mangkuk sambalnya sebelum mengerucutkan bibirnya seolah berpikir keras. "Karena gue temenan sama orang gila seperti lo kayaknya."
"Heh!"
Sandra mendengus, kembali fokus pada ponselnya. Gadis itu sedang menyimak grup keluarganya yang tumben-tumbenan ramai. Gimana tidak ramai, kalau ayah mereka akhirnya muncul di grup dan menanyakan ingin di bawa apa. Sebagai anak seorang pilot tentunya, hal-hal seperti ini yang dinantikan para saudaranya. Walaupun tidak keliling dunia, mereka punya segudang oleh-oleh dari negara lain. Enak kan?
"Lo mau nitip gak?" Sandra menolehkan kepalanya ke arah Icha yang terlalu fokus melahap makanannya. " Ayah gue lagi di Korea nih, lusa pulang ke Indonesia."
"YA MAU ATUH..."Pekik Icha heboh, sudah merebut ponsel milik Sandra. Gadis itu terkekeh pelan, memang Icha ini sudah dekat dengan keluarganya persis seperti Jendra. Bahkan sudah menjadi hal biasa, kalau gadis ini ikut meminta oleh-oleh ketika Ayah Sandra pulang dari dinasnya.
Dan lucunya Ayah Sandra mengiyakan saja. Apalagi kalau Sandra ataupun Icha yang meminta, mau sebanyak apapun dia pasti membelikannya. Mungkin karena dia hanya memiliki anak perempuan satu, sehingga dia benar-benar memanjakan anak perempuan dan sahabatnya itu.
"Kalau minta beliin album, atau segala macemnya fotoin dulu terus kasih Ayah. Dia kan gak ngerti yang kayak gitu..."Ucap Sandra mengingatkan, entah apakah Icha mendengarnya atau tidak karena gadis itu sudah fokus mengirimi pesan.
Sandra melirik ponsel Icha yang sedari tadi berkedip, dengan notif Line yang terlihat jelas di layarnya. Sepertinya ada seseorang yang mengirimi pesan begitu banyak, tak henti-henti. "Cha, ada yang nge-Line" Tegurnya menendang pelan kaki Icha dari bawah meja.
"Balesin dulu San, ini ayah lu lagi deket SUM Market gue lagi list in kado nih."Balas Icha, kini memegang ponsel milik Sandra seutuhnya.
Sandra mendengus, dia meraih ponsel milik Icha dan memasukkan digit angka yang sudah ia hapal. Gadis itu sedikit menyipitkan matanya, karena Icha memasang kecerahan ponselnya terlalu rendah. Dia bahkan hampir tak bisa melihat apa-apa.
Setelah mencerahkannya, gadis itu membuka aplikasi Line. Dia mengernyit melihat nama akun'Anak Ansos' yang sedari tadi mengirimi pesan. Sepertinya Icha sengaja menamainya dengan hal aneh, karena tidak mungkin seseorang menamai nama akun sosial medianya seaneh itu bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Krunch
FanfictionSandra pikir, masa putih abu-abunya akan datar saja. Tidak ada hal-hal yang akan membuatnya berdebar seperti cinta. Walau kata orang, masa putih abu abu adalah masa dimana kamu jatuh cinta. Hingga tanpa sadar, Sandra membuat 3 pemuda jatuh hati...