Dua Puluh: Ketika Langkah Mendekat

1.4K 202 5
                                    

"Heh, lo abis pake pelet ya?"

Sandra yang awalnya masih belum terbangun sepenuhnya, langsung melotot ke arah Pian yang duduk dihadapannya. "Apaan sih lo?! Masih pagi udah ngajak berantem!" Desis Sandra tak suka, jadi mengigit rotinya beringas.

"Mbak belum liat ke depan?" Tanya Gio mengerjap-ngerjap, menghentikan gerakannya menyendok sereal. "Mas Dias sama Kak Jendra, nungguin lo di depan rumah."

"SUMPAH?!" Pekik Sandra panik, buru-buru mendekati jendela yang menghadap langsung ke teras. Dan benar saja, dia bisa melihat kedua pemuda itu duduk di teras dengan jarak agak berjauhan. Dias sibuk dengan ponselnya, dan Jendra nampak memejamkan matanya.

"Wah, laku lo ternyata..."

Ucapan sinis Fakhri sukses membuat gue kelabakan. Gila ya, kapan sih saudara-saudaranya ini berhenti ngagetin dia? Gak sadar apa, kalau kehadiran mereka mendadak itu buat Sandra jantungan rasanya. Fakhri hanya tertawa puas, sudah mengejek adiknya itu dan memilih kembali ke ruang makan.

"Kak, lo anterin gue sekolah ya?" Pinta Sandra, sudah memeluk lengan sang Kakak yang menatapnya malas. "Dih apaan lo?! Gak ya, hari ini gue libur..." Tolaknya mentah-mentah, mencoba melepaskan Sandra yang menempelinya erat. "San, lepas ah!"

"Ayolah Kak, hari ini aja..."Pinta Sandra lagi, sudah pasrah saat kakaknya itu jadi menyeret-nyeretnya ke dalam ruang makan. Dia sudah tak peduli lagi kalau tindakannya ini akan jadi bahan ejek saudara gilanya itu.

"Mas,itu adeknya jangan digituin..." Ucap Ayah memperingatkan, ketika mendapati putra ketiganya muncul sembari menyeret putri satu-satunya yang memeluk erat kaki sang kakak. "Sandra kamu ngapain sih?"

"Tau nih Yah, dia udah dijemput cowok 2. Tinggal milih mau berangkat sama siapa, tapi malah minta aku anterin..." Sungut Fakhri, capek juga menyeret Sandra dari pintu depan menuju ruang makan. "Gue gak mau nganterin lo. Titik."

Dan Sandra cuman bisa pasrah, ketika Gio sudah mengamit lengannya setelah memberikan almamater dan tas milik kakaknya itu. Dia sudah pasrah, apa yang akan dia hadapi pagi ini. Ternyata, disukai oleh lebih dari satu orang tuh bikin pusing ya.

****

Sandra menatap Jendra yang duduk di baris kedua dekat dinding lamat-lamat. Cowok itu nampak fokus mengajari Afif materi ulangan mereka hari ini. Ia sedikit merutuk, jadi memukul pelan kepalanya karena jadi tak fokus untuk belajar padahal ulangan akan dimulai sebentar lagi. Ujian akhir pula.

"SAN!"

Suara kencang, Afif membuat Sandra merutuk. Cowok itu sudah melambaikan tangannya dari kursi, membuat Jendra juga menoleh ke belakang. Ck, Jendra tuh mukanya minta ditabok tapi kenapa ini jantung gue deg-deg an. Rutuk Sandra dalam hati.

Sandra mencoba tak peduli, jadi sibuk merunduk dan fokus dengan soal matematika yang sudah ia selesaikan sedari tadi. Suara kursi yang ditarik mendekat, membuat Sandra jadi melirik melalui sela-sela rambutnya yang menghalangi pandangannya. Dia jelas tau siapa yang mendekatinya.

TUK

"Aw!" Pekik Sandra pelan, jadi meringis seraya mengusap kepalanya yang disentil keras. Dia jadi merengut, menatap Jendra yang memasang tampang tanpa dosanya. Pemuda itu memeletkan lidahnya melirik soal yang di kerjakan Sandra.

"Jangan dilihat..." Larang Sandra, merentangkan badannya ke atas meja menutupi lembar-lembar kertas coret-coretan yang berantakan di mejanya. "Nanti lo malah ngatain gue..."

"Kagak. Sini gue cek lo ngitungnya bener gak." Ujar Jendra, menarik kertas yang tak tertindih di ujung meja. Menahan Sandra yang sudah mau memberontak dengan memegang kepalanya. "Lo kan kebiasaan yang harusnya dikali malah ditam-"

Ucapan Jendra terhenti, ketika dia melihat sebuah tulisan kecil di ujung kertas itu. Sebuah tulisan yang membuat Jendra jadi tertawa kecil, jadi mengacak-acak rambut Sandra. Tindakan kecil, yang sukses membuat teman sekelasnya menatapnya kaget. Sejak kapan, dua sahabat itu jadi duduk anteng dan kayak orang pacaran gitu? Biasanya juga penuh umpatan dan teriakan ketika mereka berdua bersama.

"Lo merasa bersalah, karena tadi berangkatnya sama Dias?" Tanya Jendra, menunjukkan tulisan kecil yang berisi kata 'Jendra maaf' yang ditulis berulang-ulang di ujung kertas. "Santai aja, gue gak permasalahin kok."

"Ih, apaan sih?" Rengek Sandra, merebut lagi kertas tersebut. "Mending ajarin gue MTK, kok lo jagonya..." Ucapnya cepat, menyembunyikan wajahnya yang jadi memerah.

Tak jauh dari sana, Afif jadi berjalan menghampiri meja Rani. Tempat dimana timses Jendra-Sandra berkumpul. Diam-diam mereka bertos riang,senang karena berhasil bikin Sandra untuk pertama kalinya salting gara-gara Jendra.

****

Kelas 12 Ips 2 seketika riuh, saat pengawas ulangan mulai menghitung mundur. Bel selesai ulangan sudah berbunyi sejak semenit yang lalu, dan pengawas tentunya tak ingin mengulur waktu lebih lama. Sontak saja, hitungan mundur itu membuat murid 12 Ips 2 panik.

"Gila, itu soal macam apa ya allah!" Bayu yang duduk di depan Dias sudah mengacak rambutnya frustasi. Dia menatap Dias yang tak kalah terlihat stress pula seperti dirinya. "Sumpah ya, kalau sekarang aja gue gak bisa gimana pas SBMPTN nanti..."

"Berisik lo ah!"Dengus Dias capek sendiri mendengarnya. "Ambilin tas gue sekalian Bay!" Pinta Dias ketika sahabatnya sudah beranjak mengambil tas mereka yang dikumpul di depan.

Bayu mendengus, melemparkan tas abu-abu milik Dias yang ditangkap spontan oleh sang pemilik. "Lo mau bareng gue gak ke tempat les?" Tanya Dias seraya mengeluarkan ponselnya. Bayu tentunya mengangguk semangat, kebetulan dia memang tidak membawa kendaraan hari ini.

"Emang lo gak balik sama Sandra?"

Dias terdiam, sebelum akhirnya menggeleng. "Dia balik sama Jendra..." Ucapnya, jadi teringat kata-kata Sandra tadi pagi. Ucapan Bayu berikutnya, sukses membuat Dias menghentikan gerakan jemarinya pada ponsel. Menipiskan bibir, dan menatap Bayu tajam.

"Lo sebenernya gak suka banget sama Sandra kan?"

*****

a/n: Hiya... Arena pertandingan semakin panas...

Love KrunchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang