16. Salju Berdarah

327 28 0
                                    

Banyak typo harap maklum.

"Naruto, kau yakin melakukan ini??"

"En, aku sudah sangat yakin Saki. Aku jadi harus minta maaf karena merepotkanmu"

"Tidak apa apa, kau adalah sahabatku, sudah sepatutnya aku melakukan ini" Naruto dan Sakura sedang asyik mengobrol dikamarnya, menceritakan ini itu hingga malam tiba.

"Ah, sudah malam, aku harus segera pulang" Sakura turun dari tempat tidur Naruto dan melangkah menuju pintu, sebelum tangannya menyentuh handle pintu itu, Naruto menghentikan Sakura untuk segera keluar.

"Saki??"

"Ya"

"Aku sangat beruntung mempunyai sahabat sepertimu, kita sekarang sudah dewasa, kau juga harus mulai mencari kebahagianmu sekarang, jangan terlalu fokus pada kuliahmu, setidaknya ingatlah untuk selalu meluangkan waktumu walau hanya sekedar berkencan dengan pria yang kau suka"

Sakura tidak mengerti kenapa Naruto berkata yang begitu aneh menurutnya, berbicara seolah dia akan pergi jauh dan tak akan pernah kembali padahal Naruto kan hanya pergi ke L. A dan itu pun mereka masih bisa melakukan video call.

"Oh iya dan aku menitipkan sesuatu untuk Shikamaru, tolong berikan ini padanya saat kau dan yang lainnya pergi menghadiri acara pertunangannya besok ok" Sakura tetap diam menatap datar kotak biru tua berukuran sedang yang sekarang sudah berpindah tangan padanya. Sendu hadir diiris emerald hijaunya saat kembali mengingat keputusan Naruto.

"Kau yakin tidak ingin bertemu dengannya dulu"

"Tidak, jika aku melakukannya aku takut aku akan mengubah pemikiranku untuk tidak pergi menjauh dari kehidupannya dan akan menjadi lebih egois lagi dari saat ini, jadi kurasa lebih baik jika aku tak pernah muncul lagi dihadapannya"

Sakura memeluk tubuh Naruto yang terasa dingin untuknya, dan entah kenapa ia kembali mengingat mimpi buruknya tentang Naruto, lalu ia segera melepaskan pelukannya dengan mata penuh permohohan Sakura berkata.

"Jangan pergi, jangan pergi besok"

"Hei.. Saki ada apa denganmu?? Kenapa tiba tiba seperti ini??" Naruto jelas bingung akan perubahan sikap Sakura yang tiba tiba.

"Aku bermimpi buruk, mimpi buruk tentangmu"

"Saki itu hanya mimpi"

"Tidak, itu bukan hanya sekedar mimpi, terlihat seperti nyata bagiku" Sakura bersikeras mengubah keputusan Naruto saat hatinya mulai kembali tak tenang karena teringat mimpi buruk.

"Hei, dengarkan aku, tidak akan terjadi apa apa apa kau tidak mempercayaiku??" Naruto mencoba menenangkan Sakura yang masih terlihat khawatir hanya karena sebuah mimpi buruk tentang dirinya.

"Ta_tapi__"

"Sudah aku tak ingin membahas ini lagi, jika kau tetap bersikeras aku akan marah padamu. Ahh.. Aku akan meminta kakak mengantarmu pulang, tidak baik jika kau pulang sendiri" Sakura enggan, enggan mengakui kekalahannya dalam berdebat bersama Naruto dan ia juga tidak mau jika sahabat pirangnya itu marah padanya, karena Sakura tahu sekalinya Naruto marah dia akan mendiamkannya sampai satu bulan penuh. Dengan berat hati dan rasa tidak nyaman yang belum sepenuhnya hilang Sakura menganggukan kepalanya kaku.

.

.

.

Naruto menatap pantulan dirinya dicermin besar itu, melihat kaca jendela kamarnya yang berembun dan banyak butiran kristal putih berjatuhan diluar sana nampak mempesona dimatanya. Naruto tidak tahu kapan tepatnya salju telah turun yang ia tahu setelah ia terbangun dipagi hari salju sudah memenuhi pekarangan rumahnya.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang