18. Rasa Pahit Dalam Hati

465 28 0
                                    

Dunia Shikamaru terasa hancur dalam sekejap mata saat ia melihat perempuan yang dicintainya terbaring lemah tak berdaya dengan darah yang masih menyelimuti tubuhnya. Tangan besarnya menempel pada kaca bening itu dan masih berharap bahwa semua yang ia lihat sekarang hanya ilusi atau sebuah mimpi buruk, matanya sudah memerah dan sudut ekor matanya pun hampir menumpahkan air asin itu hanya jika ia cukup mengedipkan matanya saja.

Kushina menangis tersedu dibalik dada bidang suami, menolak percaya apa yang sedang terjadi sekarang. Minato mencoba menenangkan istrinya yang hancur saat ini, saat mata biru itu masih tetap terfokus pada tubuh anaknya yang mulai ditempeli berbagai macam alat yang ia tidak tahu apa namanya. Kurama hanya tertunduk dibangku tunggu ruang ICU dengan pandangan kosong dan sulit percaya, ya.. Memang benar, semuanya bahkan sulit mempercayai berita yang baru beberapa menit lalu telah mereka dengar.

Sakura tanpa sadar sudah menangis dipelukan hangat Sasuke saat melihat keadaan Naruto yang menyedihkan, Sasuke juga tanpa sadar membantu memberi ketenangan pada sahabat dari gadis yang tengah ia tatap dengan pandangan sendu, mimpi buruknya ternyata menjadi sebuah kenyataan.

Semua sahabat Naruto yang berada disana termasuk keluarga Nara yang baru saja sampai sangat terpukul akan takdir yang menimpa seorang gadis yang begitu teramat berharga bagi mereka.

Tsunade yang merupakan kakak dari Kushina telah keluar dari ruang ICU tersebut dengan wajah lelah dan sedikit pucat, disana ia melihat bahwa semua keluarganya telah berkumpul termasuk sahabat sahabat Naruto yang peduli padanya.

"Nee-chan bagaimana??" Tanya Minato yang buru buru menanyakan putrinya pada kakak iparnya seraya masih membawa Kushina yang masih berada dipelukannya dan Kurama yang kini juga ikut menanti jawaban dari bibinya.

Uzumaki Mito dan Hashirama Senju sebenarnya memiliki dua putri, pada awalnya Hashirama ingin memberikan nama belakangnya pada kedua putri mereka tapi sang istri bersikeras bahwa salah satunya harus memiliki nama klannya, dan akhirnya mereka berdua setuju bahwa Senju akan diberikan kepada putri pertama mereka dan Uzumaki akan diberikan kepada putri kedua mereka. Namun Hasrima membuat sebuah permintaan di mana apabila putri pertama mereka telah menikah, ia tidak boleh berganti marga menjadi marga yang dimiliki suaminya kelak, dan sekarang Tsunade masih memegang marga Senju dibelakangnya walaupun ia sudah menikah, entah takdir atau apa Tsunade malah menikah dengan seorang pria yang tidak memiliki marga, dan menjadi pewaris dari rumah sakit terkenal di Tokyo yang bernama SH. Sedangkan Kushina mendapat kebebasan penuh ditelapak tangan kedua orang tuanya.

"Kita bicarakan ini diruanganku dan Naruko kau disini saja untuk memantau keadaan Naruto, untuk saat ini belum ada yang boleh untuk menemuinya, mengerti??" Ucap Tsunade kepada semua orang yang ada disana.

"Ya bibi, aku mengerti"

.

.

.

"Jadi Nee-chan bagaimana keadaan Naruto sekarang, apa luka yang dialaminya parah?" Sekarang Kushina yang sudah tidak sabar untuk mengetahui kabar keshatan putrinya.

"Aku belum tahu secara menyeluruh tentang kondisi Naruto saat ini, yang dapat kuketahu sampai sekarang hanya bahwa Naruto mengalami keretakan pada beberapa tulang rusuknya dan ada sedikit yang patah, lalu sepertinya kepala Naruto mengalami beberapa benturan yang cukup keras juga, sampai mengalami pendarahan yang hampir membuatnya kehilangan nyawa, untuk saat ini kita mungkin bisa sedikit tenang dengan kabar ini, tapi kita harus melakukan pemindaian lebih lanjut pada organ dalam yang mungkin juga akan mengalami beberapa luka. Kita hanya perlu menunggu kondisi Naruto lebih membaik dan setelah itu kita akan melakukan langkah berikutnya"

Tidak. Minato Kushina dan Kurama bahkan tak bisa tenang disaat saat seperti ini, bahkan jika orang yang sebenarnya adalah seorang dokter terkenal di Tokyo sekalipun mengatakan bahwa kalian bisa tenang pun, nyatanya perasaan takut masihlah menjalar melalui hati mereka.

.

.

.

Waktu berlalu begitu cepat, detik telah terlewati begitu mudah hingga bulan tak terasa sudah berganti tahun, semuanya masih setia menunggu, menunggu seseorang yang bahkan masih enggan untuk membuka kelopak yang telah tertidur lama. Harapan masih mereka ucapkan, dan Do'a masih mereka rapalkan dalam untaian kata yang tak pernah putus disetiap menitnya.

Menjalani kehidupan seperti biasanya itulah yang mereka lakukan , mencoba untuk tegar dan tetap tegar meski sang matahari masih belum mau terbit dikehidupan mereka. Asa seringkali menyerang hingga terkadang lelah akan membuat mereka menyerah, tapi sekali lagi mereka selalu diyakinkan bahwa keajaiban mungkin terjadi.

Saat ini, dibawah gelap yang tercipta banyak lampu lampu kehidupan telah menyala, membuatnya terlihat indah dan indah saat dipandang. Di sebuah ruangan bernuansa putih itu terdapat seorang pria yang setia menemani seorang perempuan yang masih tidur diranjang putih itu, memegang tangannya dengan lembut dan pelah seolah olah takut akan hancur jika kau menekannya terlalu kuat.

"Hei... Sudah satu tahun!! Aku sudah kuliah di universitas Tokyo.....kau tahu aku mengambil jalur akselerasi agar bisa cepat lulus dan bisa membangun usahaku sendiri, lalu.....lalu aku akan datang kerumahmu dan memintamu kepada seluruh keluargamu untuk menjadikanmu bagian dari hidupku, menjadi istri dari Nara Shikamaru"

Untuk kesekian kalinya pria bermarga Nara itu menangis dalam diam, hatinya sudah sudah hancur saat melihat kekasih pujaan hatinya tak sedikitpun merespon apa yang telah dia ucapkan. Tapi dia juga harus tetap percaya bahwa Narutonya akan bangun dan dia akan selalu menunggu sampai kapanpun itu.

Shikamaru tidak ingin terbangun dari mimpi jika apa yang baru saja didengarnya barusan adalah mimpinya, ya dia mendengar suara lenguhan yang sangat kecil pada bibir Naruto. Dan kemudian ia melihat pergerakan kecil dari jari jemari Naruto ditelapak tangannya, disusul keopak mata nya yang telah terpejam lama itu sedikit bergetar, seketika itu ia tahu bahwa semua ini bukanlah mimpi, tapi sebuah kenyataan yang selalu dinantikannya setiap hari.

Perlahan namun pasti iris biru dengan sejuta cahaya kemilau yang selalu dirindukan terbuka.

"Naru kau sudah sadar, akan ku panggilan dokter sebentar" Shikamaru terlampau bahagia karena mengetahu Narutonya sudah bangun dan berlari cepat untuk memanggil dokter Tsunade, meninggalkan Naruto yang masih menatap langit langit rumah sakit kosong dan sebuah kernyitan diantara dua alisnya.

Diambang pintu ruangan tersebut berdiri sosok pria berambut jingga kemerahan menatap perempuan diranjang dengan mata melebar. Ia segera melangkahkan kakinya sedikit cepat guna memastikan apa yang dilihatnya bukan ilusi semata.

"Naru...."

"Gelap" Belum sempat ucapan Kurama terselesaikan namun telah terpotong oleh suara Naruto yang masih terdengar lemah juga lirih, dan kembali lagi perasaan pahit dan cemas melanda hati sang kakak, pemikiran buruk sudah tertanam didalam otaknya namun segera ia tepis dan buang jauh jauh.























Tbc...

Satu chapter lagi dan JY resmi tamat.

Bagi yang lagi galau silahkan tinggalkan jejak kalian di kolom komentar.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang