~ 5 : What U Do? ~

14 9 1
                                    

Vinny mencebik. Dialihkannya pandangannya dari wanita paruh baya yang sedang menunggu penjelasan darinya.

"Jadi bagaimana menurut kamu Vinny?"

"Ntah"

Dengan berani Vinny menjawab kepala sekolah yang sedang menyidangnya ini tanpa rasa takut sedikit pun. Tentu saja menyidangnya karena berbuatannya yang kemarin. Adik kelas yang ia hantam kemarin keduanya sampai tidak berani datang kesekolah dan mengadukannya pada kepala sekolah.

"Kamu seharusnya tidak membully adik kelasmu"

"Gak tau kejadian yang sebenarnya kan? Jadi harusnya Ibu belum bisa menyimpulkan bahwa ini kesalahan saya sepenuhnya" vinny dengan berani melihat kepala sekolahnya dengan sorot mata tajam dan dengan terang-terangan memutar bola matanya pertanda bahwa ia tidak suka melihat orang yang sedang menjadi lawan bicaranya.

Wanita itu menghembuskan nafasnya panjang. Ia mencoba bersabar mengahadapi perilaku Vinny.

"Saya sudah tahu. Banyak anak-anak yang sudah memberitahu saya perihal ini. Dan lagi ada saksi yang melihat kamu menyiksa mereka secara brutal"

Vinny masih diam memandang ke arah lain. Ia merasa jijik untuk memandang wanita di depannya ini.

"Kalau orang sedang berbicara perhatikan. Kamu ini tidak tahu sopan santun?!"

Vinny tidak takut sama sekali akan suara Bu Banjar yang mulai emosi karenanya. Ia sudah biasa mengahadapi orang-orang dengan suara besar yang memekakkan telinga.

"Saya harap kamu dapat mempertanggung jawabkan perbuatan kamu terhadap adik kelasmu yang kamu bully"

"Sebentar lagi orang tua dari dua orang murid yang kamu bully kemarin akan datang menemui kamu. Siapkan penjelasanmu terhadap apa yang sudah kamu lakukan karena saya tidak akan mau membela murid yang tidak tahu sopan santun seperti kamu! Hadapi sendiri masalahmu!"

"Tau! Aku gak butuh bantuan Ibu" Vinny membalas sarkas dengan sedikit menaikkan dagunya memandang Bu Banjar angkuh.

"Kamu ini benar-benar membuat saya emosi! Apa susahnya sekolah disini hingga tamat dengan menjadi murid yang baik tanpa membuat keributan? Oh, apa mungkin karena kamu sudah terbiasa melakukan hal seperti ini makanya kamu bisa tetap tenang? Jangan-jangan di rumah lebih parah? Apa seperti ini hasil didikan kedua orang tuamu?!"

Bu Banjar berbicara panjang dengan penuh penekanan disetiap perkataannya. Vinny makin jijik melihat Bu Banjar. Ingin ia jambaki kepala wanita didepannya ini hingga botak. Masalahnya Vinny sangat membenci orang yang menyangkut-pautkan apa yang ia perbuat dengan orang tuanya. Vinny tahu bahwa ia bukanlah murid yang baik. Tapi seseorang yang mengahakiminya tanpa tahu kebenaran yang terjadi lebih buruk dari perbuatan Vinny. Sumpah Vinny benar-benar benci orang yang menyinggung kedua orang tuanya atas kenakalan yang ia perbuat.

"Apa?! Jangan jelek-jelekkan kedua orang tua saya! Jelas ayah dan ibu saya jauh lebih perpendidikan. Bahkan orang tua saya jauh lebih berpendidikan dari pada Anda yang main hakim sendiri tanpa tahu kebenaran yang terjadi! Orang tua saya juga jauh lebih baik dari pada Anda yang selalu menerima uang kotor dari murid-murid yang membayar mahal agar nilainya tinggi!"

Keluar sudah sumpah-serapah yang selama ini hanya Vinny ucapkan dibelakang Bu Banjar. Vinny tidak takut selagi ia benar. Lagi pula memang benar kepala sekolahnya ini sering menerima uang suap dari anak-anak yang hampir tinggal kelas. Mereka membayar agar nilai raport mereka dibersihkan. Vinny tak tahu pasti bagaimana prosedur melakukan hal itu. Tapi yang Vinny tahu itu memang benar terjadi karena teman sekelas Vinny ada yang melakukan hal seperti itu agar ia tidak jadi tinggal kelas. Padahal absennya banyak, sering bolos, tidak menuntaskan tugas, dan lebih parahnya tidak ikut ujian. Bagaimana bisa murid yang seperti itu naik kelas dengan nilai sempurna?

"Berani sekali kamu! Ini sudah keterlaluan! Saya akan panggil orang tuamu kesekolah!"

Bu Banjar mukanya merah padam menahan emosi ia bahkan sampai bangkit dari tempat duduknya dan mencoba menghubungi kedua orang tua Vinny setelah mengecek biodata Vinny.

BMW hitam mulai memasuki kawasan sekolah. Perempuan jangkung dengan setelan Trench coat dan sweater putih dan Leather skirt selutut berjalan menyusuri koridor sekolah. Langkah kakinya yang nyaring akibat hentakan classic platform heels terdengar di koridor yang sepi. Heels yang ia pakai menambah kesan jangkung yang ia miliki. Rambut kuning pucat yang telah di tata dengan curling iron menambahkan kesan wanita western yang sangat ketara.

Pintu ruangan yang ia buka menampilkan seseorang yang ia sayangi sedang duduk behadapan dengan wanita paruh baya yang memandangnya emosi.

"Permisi Bu. Selamat pagi"

"Pagi Bu, ada yang bisa saya bantu? Ada keperluan apa Bu?"

"Saya Jane Lavoisier, Ibu dari Vinny ingin menemui Bu Banjar"

*****

Jane-Ibunya sangat anggun dan pendiam. Ibunya sering menunjukkan rasa kasih sayangnya lewat perbuatan bukan perkataan. Vinny juga sangat disayangi Jane karena ia putri satu-satunya yang ia dan Eugene Viscount miliki.

Salahnya juga yang terlalu sibuk bekerja hingga melupakan buah hatinya. Mungkin Vinny merasa kesepian dan menjadi nakal. Tapi sebenarnya selama ini dari penglihatan Jane dan Eugene putrinya itu sangat baik dan manis.

Selesai dari sekolah putrinya Jane langsung mempermisikan Vinny agar tidak masuk sekolah karena ia ingin berbicara mengenai masalah ini dengan Vinny. Kepala sekolahnya tentu saja menyetujui hal itu. Bu Banjar sama sekali tidak menunjukkan ekspresi marahnya lagi pada Vinny saat Jane datang.

Awalnya Bu Banjar mengira bahwa Jane Lavoisier itu hanyalah sebuah nama yang kebetulan sama dengan nama pengusaha kaya yang sangat terkenal itu. Namun tidak disangka-sangka ternyata Ibu Vinny adalah Jane Lavoisier yang banyak dipuji orang-orang. Ibunya adalah Jane Lavoisier sebenarnya. Hal ini membuat Bu Banjar langsung tersenyum hangat kepada Vinny walaupun Vinny malah buang muka dan memutar bola matanya muak melihat orang yang memiliki sifat seperti ini.

Jane,  pengusaha prancis yang cantik dengan gaya yang elegan dan anggun bagai seorang ratu. Mulai dari butik, hingga beberapa perusahaan di bidang sandang dan pangan serta perusahaan yang memproduksi minyak juga toko parfum prancis ternama yang sudah banyak dikenal orang-orang dan memiliki cabang dimana-mana.

"Vin?"

Vinny melirik Ibunya dan berdehem sebagai jawaban.

"Kamu kenapa?"

"Nothing, i'm okay"

"Jadi kenapa kamu mukulin mereka kayak gitu?"

"Kan uda Vinny bilang mereka duluan yang gangguin Vinny"

Jane menghembuskan nafasnya di pandangnya Vinny lekat-lekat. Beruntung hari ini tempat meeting tidak terlalu jauh. Karena nanti pukul 17:00 WIB Jane harus berangkat ke Singapura dan mengikuti rapat esoknya. Jadi sekarang ia masih bisa bertemu putrinya.

"Jangan kamu jahatin kayak gitu lagi okay? Kasihan tahu mereka luka-luka gitu"

"Aku gak kasihan"

Jane terbelalak langsung mengalihkan pandangannya dari kemudi mobil menatap Vinny nanar.

"Sayang kalau ada masalah bilang aja ke Mama. Mama pasti bantu kamu" ucap Jane lembut memandang Vinny teduh.

"Ok. I will try it"

*****

GreenhornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang