~ 8 : Bad ~

8 2 0
                                    

Vinny mengaduk-aduk jus jeruk pesanannya dan langsung meminum jus itu hingga tersisa setengahnya. Mereka sedang menunggu pesanan mereka datang.

Hansen sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Vinny dalam diam. Sedangkan yang diperhatikan malah sibuk dengan dunianya sendiri. Vinny mengeluarkan liptint dari saku seragamnya dan memolesnya pada bibir tipisnya. Kemudian remaja perempuan itu menyemprotkan parfum ke pakaiannya hingga empat semprotan.

Setelahnya ia melirik ke arah Hansen dan tersenyum manis. Hansen yang sedari tadi memperhatikan Vinny jadi gugup sendiri karena tiba-tiba Vinny tersenyum ke arahnya.

"Maaf ya gue malah bawa lo kesini" ucap Vinny masih dengan senyumnya.
"Gapapa kok" jawab Hansen cepat.

"Iya keliatannya tempatnya biasa aja kan? Tapi serius deh baksonya enak banget Han" ucap Vinny yakin.

Hansen tersenyum karena mendengar Vinny memanggilnya Han. Sudah seperti teman dekat saja. Padahal baru bertemu tadi. Hansen akui Vinny perempuan yang cukup berani mengajaknya makan dan tidak jaim di depannya.

Bakso mereka sudah tiba dan disajikan oleh Bu Aisyah, si pemilik warung bakso. Dengan sigap Vinny menuangkan banyak saos dan cabai rawit ke dalam mangkuk baksonya. Hansen ngeri sendiri melihat perbuatan Vinny.

"Awas sakit perut" Hansen refleks berkata seperti itu dan Vinny menghentikan aktivitasnya karena perkataan Hansen. Vinny kemudian tertawa dan melanjutkan kembali menuangkan cabai rawit ke mangkuk baksonya.

"Gapapa, makin enak kalo pedes. Emang lo ga suka pedes? " ucap Vinny.
"Suka sih suka. Tapi gak segila elo" ucap Hansen yang membuat Vinny tertawa lagi.

Setelah memakan bakso hingga habis Vinny mengambil beberapa lembar tissue dan mengelap hidungnya yang berair. Bibirnya makin memerah karena makanan yang ia makan terlalu pedas. Matanya berair bahkan air matanya sampai menetes.

"Aduh gue meler anjir" ucap Vinny sambil mengambil tissue lagi.

"Tuh kan apa gue bilang. Air mata lo tuh sampe banjir" ucap Hansen menanggapi.

"Maaf" ucap Vinny terkekeh.

Hansen hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya singkat.

"Keliatannya gue kayak gak tahan pedes ya?" tanya Vinny.

"Iya, keliatan suka makanan manis. Cokelat misalnya" jawab Hansen.

"Suka juga sih tapi lama-lama enek. Kalo pedes engga. Gue merasa tertantang untuk mencoba lagi dan lagi" Ucap Vinny dan terkekeh geli.

"Btw, teman-teman lo pada kemana?" tanya Hansen tiba-tiba.

"Gatau gaje" ucap Vinny mengangkat bahu.

"Kenapa lo mau makan sama gue? Lo ga takut?" Vinny lantas tertawa mendengar pertanyaan Hansen yang dinilainya lucu.

"Ya enggalah. Ngapain takut? Muka imut kek lo itu ga ada tampang menakutkannya sama sekali tau" ucap Vinny tertawa kecil ke arah Hansen. Hansen hanya balas tertawa singkat dan kemudian berdehem.

"Ya sebelumnya kita kan ga deket. Bahkan baru saling sapa tadi. Emang sih kita satu sekolah, sering paspasan juga. Cuma kan ga pernah saling negur" jawab Hansen.

"Nah makanya itu. Biar kita jadi deket sekarang" jawab Vinny cepat.

"Mulai dari sekarang kita temenan ya. Kalo ketemu sapa. Jangan sombong. Kalo sombong hukumannya harus buka baju seragam dan lari disepanjang koridor sekolah ya" ucap Vinny dan memandang Hansen dengan senyum jahilnya.

"Seram banget itu hukuman" balas Hansen dengan wajah yang terlihat tengah membayangkan apa yang akan terjadi jika hukuman itu malah menimpa Vinny.

GreenhornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang