Kevin mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya. Hal yang pertama kali dirasakannya adalah perih. Ia meringgis kesakitan. Digerakkannya jari-jarinya untuk menyentuh dahi dan pipinya. Sangat sakit sepertinya bagian itu lebam. Tidak sepertinya jauh lebih buruk, ia tadi sempat merasakan bahwa ada bagian yang luka juga.
Dan yang membuat Kevin terkejut ialah luka-luka pada wajah dan tubuhnya sudah di obati. Di perban dan di plester oleh seseorang. Yang membuat Kevin tidak kalah terkejutnya lagi ialah ia terbaring entah di kamar siapa. Sepertinya ini kamar seorang perempuan karena dindingnya berwarna merah muda dengan segala macam pernak-pernik bernuansa perempuan. Tapi siapa?
Ia tidak ingat. Karena setelah ia dipukul habis-habisan oleh Gerald beserta antek-anteknya dari geng RK ia merasa lemas dan kehilangan kesadarannya. Sempat terlintas walaupun sangat singkat ia mengingat bahwa ada perempuan dengan pakaian super ketat dan rok mini yang ketat berlari kearahnya yang saat itu tengah di pukuli oleh geng RK. Tepat setelah itu Kevin sangat sakit rasanya sehingga tak bisa menggerakkan tubuhnya dan ia pun kehilangan kesadarannya.
Terdengar suara orang yang membuka pintu. Kevin segera menoleh cepat ke arah pintu kamar yang berwarna putih. Ia menemukan seorang anak perempuan bertubuh ramping. Ia bisa menyimpulkan itu karena sekarang ia melihat langsung bahwa anak perempuan itu hanya mengenakan tanktop yang melekat dengan pas ditubuhnya dan hotpant. Ia langsung terperanjat melihat pemandangan di depannya.
"Wah, akhirnya bangun juga" ucap remaja perempuan itu dengan senyum manisnya. Kevin tak mau berlama-lama memandang perempuan yang menggunakan pakaian yang minim bahan seperti itu. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Vinny mulai mengerti akan kegelisahan Kevin pun tidak tahan untuk tertawa. Ia mengurungkan niatnya untuk tertawa dan hanya tersenyum melihat Kevin yang enggan menatapnya.
"Hei, gapapa. Ini aku bawain roti sama hot chocolate" Vinny segera menaruh nampan ke atas meja yang ada di sisi tempat tidur dengan perlahan.
Kevin masih juga enggan untuk bergerak dari tempatnya, bahkan ia tidak mau mengeluarkan suaranya sepatah kata pun.
Vinny pun merangkak ke ujung tempat tidur menuju posisi Kevin yang dekat dengan dinding. Kevin tersentak merasakan ada seseorang yang berusaha mendekati posisinya.
"Stop!" ucap Kevin langsung membuat Vinny melongo. Hah? akhirnya dia mau bersuara juga batin Vinny senang. Namun Vinny makin merangkak ke arahnya. Kevin terus mundur dan akhirnya tubuhnya benar-benar telah menabrak dinding.
Vinny tertawa singkat membuat Kevin menjadi makin gelisah saja. Ia terus merangkak hingga berada di hadapan Kevin yang bersender pada tembok dengan kaki yang mengangkang memberikan Vinny ruang untuk makin maju pada dirinya.
"Hai, kamu kenapa?" ucap Vinny dengan wajah yang terlihat seperti seseorang yang telah mendapatkan mangsanya.
"Ugh, ka-kak mau apa?" ucap Kevin gugup. Setelah melihat wajah Vinny dengan jelas akhirnya dia ingat bahwa Vinny adalah kakak kelasnya dari ekskul cheerleader.
"Mau cium kamu". Perkataan Vinny sontak membuat Kevin terlonjak kaget. Peluh mengalir dari pelipis Kevin menandakan bahwa dirinya jengah dengan keadaannya yang sekarang ini. Ia bingung harus bagaimana menghadapi kakak kelasnya yang super agresif ini.
"Jangan kakk!" ucapnya tiba-tiba membuat Vinny makin tersenyum lebar melihat wajah Kevin yang ketakutan dan juga wajahnya yang tengah memelas kepada Vinny. Tetapi tentu saja hal itu tidak akan menghentikan aksi Vinny yang kian menjadi-jadi.
Vinny menatap Kevin lekat-lekat. Wajahnya sekarang tepat berhadapan dengan wajah Kevin. Sangat dekat sampai-sampai hembusan nafas mereka beradu. Dan Vinny dapat mendengar detak jantung Kevin yang berbunyi keras.
Kevin yang masih bingung dengan apa yang terjadi malah terdiam kaku. Semuanya sangat cepat terjadi. Dan ia masih berusaha untuk memahami kondisinya sekarang.
Kevin merasa jengah dengan hembusan nafas Vinny pun membuang tatapannya dari Vinny, ia membuang pandangannya ke arah kanan namun dengan cepat Vinny mencengkram dagu Kevin untuk tetap menatapnya.
Kevin tidak kehabisan akal. Ia pun menunduk. Yang terpenting ia tidak lagi bertatapan dengan Vinny.
"Kevin" ucap Vinny. Sontak Kevin mengangkat wajahnya dan satu kecupan mendarat di pipi kanannya di dekat sudut bibirnya. Kevin mematung seketika. Matanya melotot sempurna. Vinny memandangnya dengan tersenyum penuh arti.
Kevin tak mampu bersuara. Tenggorokannya terasa tercekat. Bahkan ia sempat menahan nafasnya beberapa waktu lalu. Vinny masih memandangi Kevin, menunggu respon remaja laki-laki tampan yang wajahnya sedang memerah seperti tomat.
"Sayang akhirnya kita ketemu lagi yah, aku kangen sama kamu. Kamu ingat aku gak?" ucap Vinny menatap manik mata Kevin yang jernih dengan lekat.
Kevin masih berusaha mencari tahu sebenarnya apa yang sekarang ia rasakan. Tapi pikirannya seolah buntu. Ia tak mampu berpikir dengan tenang karena detak jantungnya kian berdetak kencang.
"Ka-kak kenapa giniin aku?" setelah sekian lama tenggelam dalam kebingungan ia akhirnya mulai bertanya. Kevin tak menjawab pertanyaan Vinny yang sebelumnya padahal itu adalah kata-kata yang sangat berarti untuk menjawab segala rasa penasaran yang sedang dirasakan oleh Kevin.
Vinny hanya tersenyum mendengar pertanyaan Kevin. Ia tak mau menjawab pertanyaan Kevin yang selalu saja mempertanyakan mengapa dirinya terlalu perhatian kepada remaja laki-laki yang berusia satu tahun di bawahnya itu. Terlalu cepat untuk ia memberitahukan apa yang sebenarnya kepada Kevin. Itu hanya akan membuat Kevin semakin bingung saja.
"Kenapa kamu bisa dihajar sama Gerald?" Vinny mengalihkan topik. Untuk sekarang memang lebih baik mengetahui lebih dahulu apa yang bisa membuat Gerald bertingkah gila kepada Kevin.
Kevin menundukkan kepalanya kemudian menghembuskan nafasnya perlahan. Merasa gugup jika terus diperhatikan seperti ini. Apalagi ia dan Vinny hanya berdua saja di kamar milik Vinny. Ditambah lagi pakaian Vinny yang ketat dan melekat sempurna di tubuhnya yang indah membuat Kevin merasa berdosa jika ia berlama-lama di tempat ini.
"Katanya aku udah gangguin pacarnya" ucap Kevin sendu.
"Pacar? Siapa?"
"Iya katanya pacarnya itu Kak Aurel anak osis itu. Dia marah karena aku deket sama Kak Aurel. Padahal aku gak ada deketin Kak Aurel. Sebaliknya malah Kak Aurel yang sering emhh- gimana ya bilangnya.." ucap Kevin bingung. Ia takut salah bicara. Karena nyatanya Aurel selalu saja mengejar-ngejar Kevin dan selalu saja meminta Kevin untuk memperhatikannya.
"Kamu suka Aurel?" Vinny ingin memastikan apa jawabannya dari mulut Kevin sendiri.
Hening sesaat sebelum akhirnya Kevin tersadar akan pertanyaan Vinny. Lantas Kevin langsung menggelengkan kepalanya mencoba menjelaskan kepada Vinny bahwa disini ia hanyalah korban kesalahpahaman antara Aurel dan Gerald.
Namun belum sempat remaja laki-laki itu menjelaskan Vinny langsung tersenyum dan percaya pada bahasa isyarat Kevin tadi. Melihat tingkah Kevin dan dari kedua bola matanya Vinny benar-benar yakin dengan apa yang dikatakan Kevin. Vinny memang selalu mengetahui tingkah Kevin. Jika kevin berkata jujur atau pun bohong sekali pun Vinny sudah bisa membacanya lewat kedua manik mata Kevin yang selalu saja mencurahkan perasaan sang pemiliknya. Bahkan sudah sedari dulu, Vinny memang tahu.
*****
Hayo. Apa ada yang kalian bingungkan? Sampai di sini apa sudah ada yang tahu mengapa Vinny kelakuannya begitu terhadap Kevin? wkwk
Silakan menerka!
-Alya ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Greenhorn
Novela JuvenilMengapa Kevin menjadi incaran Vinny? Bagaimana dengan Hansen? ----- Ok, ini work baru aku. Semoga suka ya. Kalau banyak yang minat bacanya cerita ini bakal aku publish sampai part 10. Aku bakal liat respon kalian dulu. Kalau banyak yang tertarik ya...