I'm sorry
Semangat ya belajarnya
It's for your breakfastFrom: Vinny
To: HansenHansen menjatuhkan tasnya ke bangku asal, fokusnya tertuju pada sekotak kue yang ada di atas mejanya. Apa ada yang salah menaruh makanan ke mejanya? Ia menggapai kotak kue itu dan melihat note yang ada diatasnya. Ia terdiam tak percaya, bingung harus bereaksi seperti apa.
"Weh gila, enak bener aromanya. Tumben lo beli cake. Biasanya juga cuma makan roti atau biskuit kantin yang rasanya keras kayak batu" komentar Leo sambil melirik kotak cake itu dengan seksama.
"Baca" Hansen menyodorkan note yang tadi ia genggam kepada Leo.
"Vinny?!" mata Leo membola tak percaya.
"Lo ada apa sih sama nih anak?" tanya Leo.
"Ga ada apa-apa" jawab Hansen sekenanya.
"Gue curiga" ucap Leo dengan pandangan menyelidik.
"Awalnya gitu" Hansen menghembuskan nafasnya panjang.
"Sekarang?" tanya Leo lagi.
"Gue gatau apa mau nih anak" jawab Hansen dengan wajah tanpa ekspresi.
"Uda ah gue mau ke kelas dia dulu, mau nanya apa maksud dia giniin gue" ucap Hansen tegas.*****
Vinny mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di meja dengan sorot mata panik. Ia mencoba tenang. Tetapi ia takut apa yang akan terjadi selanjutnya malah hal buruk yang akan memperparah suasana. Lamunannya buyar dan fokusnya teralihkan oleh Natalie yang memanggil namanya heboh.
"Beruntung banget lo. Tau gak sih Vin, Hansen nyariin loh tuh di bangku keramik koridor kelas kita" ucap Natalie tersenyum senang ke arah Vinny.
"Hah?" sepertinya otak Vinny makin lambat mencerna sesuatu.
Hansen bersandar di dinding luar kelas Vinny sambil memperhatikan jam yang melingkar di tangannya.
"Nyari gue?" Vinny muncul dengan senyum kaku.
"Kenapa lo ngasi gue cake?" tanya Hansen langsung.
"Lo ga suka?" Vinny bertanya balik.
"Bukan itu, tapi gue mau tau apa tujuan lo giniin gue" ucap Hansen dengan memandang Vinny dalam.
"Gu-gue, ehm mau minta maaf" Vinny entah kenapa malah gugup karena hal itu. Ia menunduk malu mencoba mengalihkan pandangan matanya dari Hansen.
"Maaf? Buat yang makan bareng dan bolos les itu?" tanya Hansen menaikkan alis sebelah kirinya. Vinny mengangguk pelan sebagai jawabannya.
Setelahnya Vinny melongo tak percaya. Sebab yang ia lihat sekarang sungguh indah. Indra penglihatannya dipenuhi oleh Hansen yang bercahaya. Remaja laki-laki itu tertawa pelan dan kemudian tersenyum manis sekali.
"Makasih ya Vinny" ucap Hansen lembut dengan senyum yang masih setia ia tunjukkan. Ia mengelus puncak kepala Vinny lembut.
Vinny kaku. Ia membatu bagai patung pahatan seorang seniman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Greenhorn
Teen FictionMengapa Kevin menjadi incaran Vinny? Bagaimana dengan Hansen? ----- Ok, ini work baru aku. Semoga suka ya. Kalau banyak yang minat bacanya cerita ini bakal aku publish sampai part 10. Aku bakal liat respon kalian dulu. Kalau banyak yang tertarik ya...