2. Teleportasi

36 8 4
                                    

        Deva pulang bersama Dean, di samping itu Riko, Harry dan Doni pulang bersama karena satu arah.

"gue ga pernah nyangka Dev ada game kayak gini, taruhannya nyawa kita," ujar Dean.

"tetap bersikap tenang, dan jaga alat lu baik-baik," balas Deva.

        Sore itu, dalam bising kendaraan di sekitar, dalam perjalanan Deva dan Dean berpapasan dengan seseorang yang menggunakan hoodie dengan buff, dan seketika alat koneksi Deva, Dean, dan orang itu berbunyi saat jarak mereka berjalan sudah cukup jauh. Bunyi koneksi itu di mulai saat mereka sudah bersamping-sampingan, namun volume suaranya bertahap, pelan hingga cukup keras "ngggggggggggg".

       Deva menengok pada orang itu, begitu pun Dean dan orang yang di tuju. Mereka saling menatap,

"Dev, kayanya itu termasuk musuh kita," ujar Dean gugup.

"tenang, kita tidak boleh terlalu gegabah dan merasa takut seperti itu" tegas Deva memegang pundak Dean.

Orang itu pergi sembari melambaikan tangan dengan senyumnya yang sinis.

"Dia, koneksi kedua dari kelompok 4," lanjut Deva.
"hahh? Tau darimana?" tanya Dean.

"setiap server, akan tahu lebih dari koneksi, di server milikku tertulis sambungan sinyal dari tim musuh kelompok 4 koneksi nomor 2. Jadi, jangan heran" sambung Deva.
        
       Saat perjalanan pulang Riko, Doni, dan Harry, mereka bertiga di halangi oleh 4 orang yang mereka tidak tahu siapa, tidak ada server. 4 orang itu mendekati 3 orang dari kelompok 10 yang berjalan perlahan mundur, semua memegang sebuah pisau dan menyodorkan ke arah Doni yang berada di tengah.

"kemarikan alat kalian, terutama lu pemegang server," kata seseorang yang memakai jaket dan topi merah.

"kayanya dia server, tapi kalo dia server seharusnya dia tahu mana server dari kelompok lain hmmm," gumam pelan Riko.

"semuanya, ikuti gue sekarang," ujar Riko sembari membalikan badan dan berlari.

"jangan jadi pengecut dong, ngapain kita lari?" teriak Harry sambil berlari.
"ikuti saja," lanjut Riko berteriak.
       
         Ada sebuah gedung kosong dekat dengan tempat mereka di berhentikan oleh sekelompok orang, Riko mengajak dua teman di timnya untuk berlari dan menuju gedung tersebut. Sesampainya di dalam, ketiganya mencari beragam senjata untuk melawan. Dalam tempat yang sangat kurangnya pencahayaan. Belum sempat menemukan senjata yang pas, pintu didobrak oleh musuh. Mereka bertiga berlari ke lantai atas sebelum atap, dan saat sesampainya di atas di ikuti oleh musuh-musuh yang ternyata tergabung dalam game.

"kita siap saling membunuh," ujar Harry.

"hahahahaha kalian mencari tempat bagus untuk kita bisa membunuh mereka satu per satu, atau langsung sekaligus" sambung Deva yang setibanya datang dari arah belakang musuh.

       Riko mengarahkan pisau yang ia temukan di lantai 7, dan mengarahkan ke pria bertopi merah yang di duga sebagai server, namun dengan kecerdasan Riko tidak salah pendugaan.

"sekarang Riko, serang!!" teriak Deva.

Riko dengan sigap melempar pisau, mengarah pada bagian tubuh server asli, seorang wanita dengan paras cantik, namun pisau tersebut sengaja tidak dikenai, hanya tipis dan dengan cepat Riko langsung berada di belakang wanita itu, dengan melilitkan pisau pada lehernya. "teleportasi" ujar kaget server kelompok 4 atau Dhirana.
       
        Keadaan seketika menjadi hening, kelompok 4 tidak tahu harus berbuat apa, karena sever sudah kena, jika mereka bertindak gegabah maka sama saja dengan bunuh diri.

"kenapa? Kenapa bisa seperti ini," kata Dhirana dengan menahan tangis.
"gue tidak suka mengasari wanita, jadi gue borgol aja ya," ujar Riko.

"Harry, tahan wanita ini," sambung Deva.
"siap ketua" sigap Harry.

Semua anggota kelompok 4 tidak dapat bertindak selain pasrah.

"kenapa bisa?" rintih Dhirana.

Dengan memutari musuh, Deva tertawa mengejek.

"Dean jaga di lantai bawah, orang yang tadi kita temui akan menjadi kejutan jika kita tidak antisipasi," perintah Deva.

Kembali memutari dan berhenti di hadapan Dhirana

"kenapa apanya? Kenapa kalian kalah? Kalian bodoh, saat gue sama Dean jalan pulang gue nemuin salah satu anggota lu mengarah ke arah temen-temen gue pulang, tentulah gue curiga, dan gue udh bilang ke Riko untuk tetap waspada sebelum kalian mencegat temen-temen gue, gue yang nyuruh Riko buat ngulur kalian sampai ke sini, saat Riko ngulur, dia juga udah ngehubungin gue, dan gue tau apa kemampuan kalian, kalian bisa ngeliat arah gerak-gerik dengan membaca pikiran kan? Gue udah tau itu semua saat temen lu melambai dan memberi isyarat ke gue sm Dean yang berarti kami ga bisa ngejar dia, gua juga udah tau dari gerak-geriknya yang terlihat bisa membaca apa yang gue pikirkan. Tapi sorry, gue sama temen-temen gue lebih cerdas, gue udah bilang ke Riko soal kemampuan musuh atau kelompok terlemah, haha kelompok 4. Gue instruksikan bergerak dengan membuat pikiran seolah-olah memikirkan satu hal yang mudah di hindari, dan bergerak tanpa rencana di otak. Contoh kalian membaca pikiran gue yang bakal mukul kalian, lalu kalian menghindar dari pukulan,dan ternyata gue akan nyerang dengan membokong, tanpa kalian bisa baca gerak-gerik gue. Kalian juga ga ngebaca soal rencana ini kan? Kalian hanya mengira, Riko dan yang lainnya ketakutan. Cobalah lebih cerdas, Jadi jangan memikirkan hal atau rencana yang di buat, kelemahan kemampuan kalian, kalian setelah merespon pikiran yang kalian baca, kalian akan tidak akan bisa lagi, dalam waktu 5 menit. Bukankah begitu?" Ungkap Deva.

"Sekarang kumpulkan, semua alat koneksi termasuk server, gue sama temen-temen gue malas mengotori tangan," ujar Doni
    
Alat koneksi dan server kelompok 4, di bakar oleh Doni, dan satu per satu dari mereka lenyap seperti alat yang terhubung.
  
  *Dari dunia para dewa*
"Ares, lihat lah kelompok yang kau kucilkan, menggugurkan kelompok yang kau banggakan" ejek Rasando

Terimaksi telah membaca
            

DEATH SERVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang