7. Pilihan

25 6 0
                                    

"kalo gue pikir-pikir dari awal, gue udah mulai kenal sama gaya tempur mereka, awalnya memang gue kira kelompok Heri adalah kelompok peledak yang dianggap sebagai ancaman terbesar, bahkan di gadang-gadang bakal muncul saat beberapa kelompok udah banyak yang gugur, ntah kelompok ini ada di kelompok berapa, yang jelas kelompok ini sangat berbahaya. Itu awal yang gue pikirkan, tapi setelah gue lihat pertarungan tadi, kan kalian bertiga dateng, orang yang jadi tahanan adalah anak buah Heri sendiri," ujar Deva berjalan menatap ke arah sungai dari jembatan tempatnya berdiri dan membelakangi teman-temannya.

"itu artinya, mereka kelompok Penyamar," sambung Harry sembari berjalan perlahan menghampiri Deva.
"iyaa, namun lebih tepatnya mereka Kelompok Peniru, karena ga sekedar menyamar aja, bahkan jika mereka tau kemampuan kita, mereka bisa menyamar jadi kita dengan mengambil DNA kita sekaligus mereka bisa meniru kemampuan kita, Itu tangan lu buktinya Ko. Yang membuktikan mereka bukan kelompok peledak adalah daya ledak yang mereka buat tidak terlalu besar namun dengan jumlah banyak, jika memang mereka ingin menghancurkan, kelompok peledak seharusnya bisa meledakan gedung itu dengan satu bom rakitan. Tapi tadinya gue pikir mereka mengulur waktu untuk menghancurkan, tapi setelah gue telaah itu hanya cara mereka untuk mengelabui kita dan menggertak kita aja, jadi mereka pake bom," kata Deva membalikan badannya mengarah pada teman-temannya berdiri.

      Deva mulai kebingungan dengan keadaan di mana teman-temannya adalah pemain, bahkan sahabatnya adalah seorang server dari salah satu kelompok yang bertanding.

Kalau pun pertemuan selanjutnya tidak ada saling membunuh, namun rasa canggung akan benar-benar terasa, tidak hanya Heri yang berhasrat membunuh Deva, namun juga halnya dengan Deva yang sangat berambisi besar untuk menjadi pemenang utama.
    
     Sore yang membosankan saat menonton televisi, Deva menerima panggilan Telfon dari pacarnya yang sudah sekitar 8 bulan bersama. Namanya Esci yang lebih tua satu tahun dari Deva.

"Halo Dev, kemana aja sih? Ga ada kabar beberapa hari ini," ucap Esci nada bicaranya seperti orang yang sudah menahan rindu

"iyaa maaf Ci, kemarin-kemarin emang sempet sibuk. Jangan marah ya, mending kita ke festival kembang api, jam 5 aku jemput kamu ya," balas Deva dengan lembut.

"yeayyy, aku tunggu ya," jawab Esci.

Sudah tepat pukul 5 Deva sedang membenarkan jam tangannya, dengan sedikit terburu-buru. Alat server Deva berbunyi sangat nyaring saat Deva sudah meninggalkan ruang tamu dan sedang menuju ke pintu, dengan sigap Deva mengambil alatnya untuk mengetahui maksud dari bunyinya alat tersebut,

"ha? Rasando memanggil semua server?" gumamnya sembari memperhatikan alat di tangannya.
Deva mengacuhkan panggilan tersebut dan tetap pergi ke festival kembang api bersama Esci.

*Dunia para dewa*

        Semua pemimpin dari kelompok yang di sebut sebagai server berkumpul dengan posisi setengah lingkaran, dan menghadap  Rasandoyang tepat berada di depan semua server.

Rasando yang berada di hadapan para server, di kawal oleh Poseidon di sebelah kanan, Hefaistos di sebelah kiri, Athena di belakang kursi yang Rasando dudukan, dan Ares di sebelah kiri Rasando dengan posisi lebih maju di depan Hefaistos.

"Di mana server kelompok 10?" Tanya Ares kepada semua yang hadir termasuk Rasando.

"saya pikir dia sudah menyerah, karena sempat hampir kalah dengan kelompok saya kemarin, hahaha," sambung Heri penuh rasa angkuh.

"kita lihat saja nanti," sambung poseidon.

"saya minta kepada kalian memberikan laporan secara jujur sudah ada berapa korban dalam kelompok kalian, sudah beberapa hari ini tapi baru hanya satu kelompok yang gugur yaitu kelompok 4. Dari kelompok 1 tolong jelaskan beserta kronologinya secara jujur," ujar Rasando mengeraskan nada bicaranya.

"kelompok 1 masih aman, belum ada korban dan bahkan identitas kami belum sama sekali ada yang tau," jawab server kelompok 1 sembari menundukan kepala tanda hormat kepada para dewa atau dewi.

      Semua server sedang berbincang dan melaporkan semua kejadian yang telah di alami setiap kelompok. Sore menjelang malam Deva sudah berada di tempat festival kembang api bersama Esci.

Keduanya sangat menikmati hiburan yang di tampilkan dalam festival tersebut. Esci menggenggam sebuah makanan ringan untuk penambah mood untuk menyaksikan puncaknya kembang api. Sembari menyuapi Deva dengan hiasan senyum yang merekah, menatap tajam mata Deva penuh rasa cinta.

"Ci, kalo nanti aku mati duluan kamu jaga diri baik-baik ya," ucap Deva menundukan kepalanya.

"kamu ngomong apa sih? Aku sama kamu terus kok," balas Esci dengan mengelus pipi Deva dan kemudian merapikan rambutnya.

"ada sesuatu yang pengen ceritain, tapi pasti kamu ga akan percaya Ci," kata Deva matanya berkaca-kaca

"nanti aja, kita nikmatin aja dulu suasananya, kamu jangan sedih-sedih gitu. Kamu tau terjemahan lagu Kiseki kan? Coba apa yang kamu inget," ucap Esci menghibur Deva dengan sikap manjanya dan periang yang terlukis di wajahnya.

"Terimakasi dan ah aku mencintaimu, sebenarnya kata-kata itu masih belum cukup, tapi setidaknya biarkan aku mengatakan, aku bahagia," balas Deva menatap Esci dan membelai rambutnya.

Terimakasi
Maaf masih banyak banget kekurangannya

DEATH SERVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang