12. Penguntit

5 2 0
                                    

      Cuaca menjadi tidak membaik, hujan mulai turun cukup deras. Dalam sebuah kekhawatiran besar, Deva terus bersikap waspada karena musuh dapat menyerang kapan pun bila Deva lengah. Sunset mulai terlihat ketika Deva memandang ke arah langit, dengan tangan kanannya yang masih merangkul Risa.

     Hujan semakin deras di iringi dengan gemuruh petir, rasa takut yang wajar pada wanita juga menjadi wajar bagi Risa meski sedang berperang. Rasa takutnya terhadap gemuruh membuatnya spontan memeluk Deva yang ukuran tubuhnya 10cm lebih tinggi dari Risa.

'kalau yang mengawasi menyerang saat ini berarti dia bisa menguasai kondisi, namun jika dia menyerang kita saat hujan reda, artinya dia lemah dan tidak bisa memakai kemmpuannya, tapi dalam keadaan apapun aku sudah berjanji untuk menjagamu, tenang saja,'  Tutur Deva membalas pelukan Risa.
     
        Kehangatan keduanya membuat kelengahan yang cukup membuat musuh leluasa menyerang. Sebuah pisau kecil menjadi alat untuk penggertak awal, tujuannya membuat Deva dan Risa panik, pisau tersebut tiba-tiba saja mendarat di lengan Deva yang sedang merangkul Risa, 'tenang saja, tetap tenang,' ujar Deva  menenangkan Risa sembari mengelus punggung Risa dan kemudian membuang pisau yang mendarat di lengannya.

Risa hanya tersenyum, karena baginya Deva benar-benar orang yang kuat dan menjamin keamanan dirinya, selain itu Deva memiliki cahaya besar dimana setiap orang yang dekat dengannya tetap akan mendapat dampak cahaya tersebut.

'tolong kumpulkan semua batu-batu atau ranting di depanku, kamu kan ahli telekinesis, aku punya rencana,'

'apa rencanamu?'

'lakukan saja, tolong'

'sudah'

      Deva menggerakan tangan kirinya dan mulai membungkuk menyentuh semua benda-benda hutan yang ada di hadapannya. 'lempar semuanya ke atas, Risa' seru Deva dengan senyum lebar. Ketika semua barang tersebut melayang di udara dalam kendali telekinesis Risa, dengan hitungan semuanya di lepas dan secara magic semua terlempar ke segala arah, saat itu terjadi Deva memegang erat tangan Risa dan kemudian berteleportasi ke arah salah satu benda. Tibalah Deva dan Risa tepat di belakang penguntit mereka,

'siapa pun yang mengawasi, nyawanya sebagai taruhan, ku beri waktu 5 menit untuk menjelaskan semuanya, atau ranting pohon yang ada di dalam tubuhmu dengan segera menusuk jantungmu,' ujar Deva.

'maafkan aku, aku hanya di perintah, dari kelompok 3,' ucap penguntit nampak sangat ketakutan

'kau anggota kelompok 3?'

'iiiiii iyaaa' gugupnya

       Tak mendengar semua penjelasan lebih lanjut, setelah mendengar bahwa penguntit itu adalah anggota kelompok 3, Deva tidak berpikir panjang dan langsung meludah ke arah penguntit, sebagai tanda bahwa ranting siap menusuk, kemudian matilah dengan satu kedipan mata.

'kamu hebat Deva, tapi sepertinya ini jadi bahaya besar bagi kamu, kelompok 5 dan 7 berkoalisi dengan kelompok 8, dan mereka menargetkan orang-orang yang memiliki kekuatan yang setara dengan mereka, dan aku rasa itu kamu,'

'kamu kurang tau lebih aku rasa, hanya server kelompok 8 yang aku segani, 5 dan 7. Aku bisa saja membunuhnya, terutama server kelompok 5 yang telah membunuh kekasihku 10 tahun lalu, aku menjamin kematiannya,'
     
        Kedatangan kelompok 3 untuk memata-matai tidaklah sendiri, kelengahan Deva menjadi keuntungan bagi Kelompok 3 lainnya. Melihat temannya tewas dibunuh,  tentu membuat emosi memuncak, yang tak dapat ditahan lebih lama lagi. Kelompok 3 yang bersembunyi mulai menunjukkan dirinya dan bersigap membalas kematian temannya. 

'kematian Zidan, akan menjadi kematianmu,' Ujar Bagas server kelompok 3

'bagus kalian keluar dengan sendirinya, membunuh orang lemah seperti kalian ummmm aku pikir hanya butuh tiga menit,'

'Dev,  kita pergi ke camp lagi aja yuk,  udah kita jangan ngurusin hal ini lagi,

' sela Risa menarik perlahan lengan Deva.'

Bakal sering publish nih
Terimakasih untuk yang baca...

DEATH SERVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang