YOUR LIE (3)

998 142 9
                                    

Happy Reading..

Kali ini dia akan mecoba lagi berbicara dengan Taeyong. Kebetulan sekali Taeyong tidak mengurung diri di kamar hari ini. Padahal biasanya Taeyong akan menghabiskan waktunya seharian di dalam kamar setelah berjemur di pagi hari. Tetapi kali ini, Taeyong berdiam diri di depan sebuah piano yang terletak di ruang keluarganya. Dia hanya berdiam diri disana, menatap kosong piano itu.

Johnny berjalan menghampirinya. Sejak pertemuan pertamanya dengan Teayong dia belajar akan satu hal. Yaitu untuk selalu memastikan apakah Taeyong menggunakan alat bantu dengarnya ketika akan memulai percakapan. Beruntunglah, karena Taeyong memang sedang mengenakan alat bantu dengarnya saat ini.

Johnny mendudukkan dirinya di bangku piano yang bersebelahan langsung dengan Taeyong yang sedang duduk di kursi rodanya. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat Taeyong terhenyak sedikit terkejut. Johnny memberikan senyum hangat untuk mencairkan suasana. Sekarang dia sudah mulai terbiasa berkomunikasai dengan Taeyong, sudah tidak canggung seperti pertemuan pertama mereka.

"Hai.. tidak biasanya kau berdiam diri diluar kamar saat pukul segini?". Taeyong tidak menjawab, namun tidak terlihat terganggu juga akan pertanyaan itu.

"Kau bisa bermain piano?". Taeyong masih tidak menjawab.

"Kau tahu, aku ini pemain piano yang handal. Yaaa lumayan handal sebenarnya haha. Aku pernah belajar memainkan piano selama empat tahun bersama seorang guru saat aku kanak-kanak. Mau melihatku memainkannya?". Sebenarnya Johnny sudah menduga jika Taeyong tidak akan menjawabnya. Tapi Johnny cukup merasa lega, karena Taeyong tidak terlihat ingin beranjak dari tempatnya.

"Well... akan aku anggap itu sebagai mau, oke?"

Johnny mulai menggerakkan jemarinya diatas tuts piano. Dia memainkan sebuah lagu bermelodi lambut dengan tempo yang lambat, namun tetap terdengar indah dan dinamik.

Lagunya memang terdengar menyedihkan, namun tidak bisa ditolak untuk dinikmati. Dia memainkan lagu itu dengan tenang dan penuh penghayatan. Sesekali dia memejamkan matanya terlihat menikmati permainannya sendiri. Suara yang dihasilkan dari setiap notnya mengalun seirama dengan pergerakkan jemari Johnny.

Tanpa dia sadari permainannya telah menghipnotis seseorang yang ada disampingnya bahkan sejak bait pertamanya dia mainkan. Taeyong begitu terbuai dan tidak bisa melepaskan pandangannya dari jemari Johnny yang masih bergerilya diatas tuts piano. Dia bahkan tidak sadar saat Johnny sudah hampir sampai di puncak permainannnya.

Dia tampak sedikit terkejut dan tidak rela saat Johnny menyelesaikan lagunya. Namun Johnny Nampak tidak peka dan tidak melihat raut kekecewaan di wajah Taeyong. Dia sedikit memiringkan tubuhnya dan sedikit tersenyum sebelum mulai berbicara lagi.

"Ini lagu kesukaan mendiang nenekku. Setelah aku mulai belajar bermain piano dia selalu memintaku untuk memainkan lagu ini. Judulnya Moonlight Sonata dari Beethoven. Ini adalah salah satu karya Beethoven yang paling terkenal. Kau pasti pernah dengar kan?"

Taeyong menggelengkan kepalanya dengan cepat. Hal itu sontak membuat Johnny terkejut. Bukan perihal Taeyong yang belum pernah mendengar lagu ini. Tetapi dia terkejut, karena untuk pertama kalinya Taeyong merespon pertanyaannya. Meskipun hanya dengan sebuah gelengan kepala. Johnny segera menjernihkan kepalanya. Dia harus bisa memanfaatkan keadaan ini. Dia harus tetap menghidupkan percakapan ini.

Johnny ingin mencoba kembali peruntungannya dengan mengajukan sebuah pertanyaan lagi kepada Taeyong. "Kau bukan penikmat musik seperti ini ya. Musik klasik?".

Taeyong kembali menggeleng. Hal itu membuat Johnny secara spontan tersenyum bahagia. Tampaknya tuhan dan dewi fortuna sedang berpihak kepadanya hari ini. Namun dia segera menormalkan kembali ekspresinya ketika menangkap ekspresi bingung di wajah Taeyong. Tampaknya dia tidak paham apa yang memebuat Johnny tersenyum seperti itu.

Your Lie (JohnYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang