Kang Daniel

166 11 0
                                    

**
Kang A Ra, gadis yang saat ini memasuki tahun ketiga SMA itu berjalan di lobi stasiun kereta sembari menggandeng oppa-nya yang akan pergi.
Ara semakin mengeratkan tangannya di lengan oppa tampannya itu.
Ya.. hari ini ia mengantarkan oppa-nya ke stasiun busan untuk berangkat ke seoul.

"Ara-ya, jangan menggandeng tangan oppa seperti itu," tegur oppa tampannya itu, Kang Daniel, seorang idola terkenal yang saat ini sedang naik daun itu.

"Kenapa oppa? Ara bakal kangen sama oppa," ucap Ara.

"Oppa janji, akan sering-sering ke busan."

Ara mendongak, menatap wajah babby face oppa-nya itu.

"Yakso oppa." Ara menjulurkan jari kelingkingnya. Daniel tersenyum, lalu mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking yeodongshaeng-nya.

"Yakso," ucapnya.

**
Ara menatap langit busan malam ini. Liburan musin panas telah tiba. Seharusnya oppa-nya pulang untuk berlibur dengannya. Tapi kenyataanya, oppa-nya malah sibuk dengan album terbaru Wanna One.

"Ara-ya, kenapa belum tidur?" Eomma berlajan mendekatinya.

"Eomma baru pulang?" Tanyanya dan di balas anggukan oleh eomma.

"Ne, sedang memikirkan apa Ara-ah?"

"Ara geuriwoyeo oppa, eomma. Oppa sedang apa ya sekarang?"

Eomma mengelus rambut anak gadisnya.
"Oppa mu pasti sedang bekerja keras untuk membuat kita bangga."

"Sinca eomma?"
Eomma mengangguk.

"Yasudah. Sekarang kamu tidur ya. Annyeonghi chumusipsiyo."

"Ne eomma, gomawopta."

**
"Ara-si, Ara-si."

Ara semakin mempercepat jalannya ketika pria paruh baya dengan tubuh besarnya itu mengejarnya.

"Ara-si, sungguh tidak sopan kamu sama appa."

Ya... pria paruh baya itu appa-nya yang telah lama tak ia jumpai.
Eomma dan appa-nya telah pisah saat ini masih sangat kecil.

"Appa, jangan ganggu Ara," ucapnya takut.

"Kamu tak perlu takut sama appa, Ara."

"Apa mau appa? Palli katakan!"

"Appa mau uang mu, Ara-ah."

Ara menatap appa-nya tak percaya. Jadi, appa-nya memalaknya.

"Ara tak punya uang appa," ucap Ara. Tetapi appa-nya malah merampas tasnya dan di bawa lari.

"Appa, hiks.. apa appa sedang kesusahan," batinya. Ia mengusap air matanya.

**
"Daniel oppa, bogosihoyeo." Ara berlari memeluk oppa-nya yang sedang duduk di teras rumah.

"Ara-ya, dari mana kamu? Kenapa pulang telat?" Tanya Daniel. Ara tampak gelagapan. Sudah hampir seminggu ini ia bertemu dengan appa yang selalu merampas uangnya.

"Kerja kelompok oppa," dustanya.

"Benar?"
Ara mengangguk.

"Ara.. kamu mengambil uang eomma lagi?" Eomma muncul dari dalam rumah dengan wajah marahnya.

"Aniyo, Ara nggak pernah mengambil uang eomma."

"Sudah pintar bohong kamu ya. Eomma tahu, seminggu ini uang eomma selalu kamu ambil."

Ara menunduk.
"Mianheyeo eomma," ucapnya pelan. Eomma memalingkan wajahnya, ia kecewa dengan putrinya.

"Daniel, urus adik pencurimu itu." Eomma kembali memasuki rumah.

Ara menangis sesenggukan.

"Kenapa kamu mencuri Ara-ya?" Tanya Daniel sembari menuntun Ara memasuki rumah.
Ara diam saja. Ia tak mau oppa-nya tahu sikap appa yang sekarang.

"Ara capek oppa. Ara mau tidur. Mianeyeo oppa." Setelah mengucapkan kalimat itu, Ara beranjak.

"Kamu sebenarnya kenapa, yeodongshaeng?" Batin Daniel bertanya.

**
"Mian appa, eomma tak memberiku uang," Ara menatap takut appa-nya yang saat ini sedang marah itu.

"Appa nggak peduli."

Plak...
"Ampun appa, appo." Ara meringis menahan sakit. Sudah setengah jam ia di gang kecil sekolahnya dengan appa yang menyiksanya.

"Cukup! Cukup hentikan semua ini!" Daniel berlari menghampiri adik dan appa-nya.

"Apa appa kekurangan uang." Daniel menatap appa-nya remeh. Ia teringat dulu appa-nya di puncak kesuksesan dan meninggalkan eomma, dirinya, dan donshaeng-nya.

"Aku bisa memberi uang appa," ucapnya lagi.

"Jangan sombong kamu Daniel."

"Ani, Daniel tidak sombong. Daniel cuma ingat aja dulu appa ninggalin kita saat appa mempunyai uang banyak."

"Hentikan omong kosongmu Daniel."

Daniel mengeluarkan dompetnya dan melemparkannya ke appa-nya.

"Jangan ganggu dongshaeng Daniel lagi," ucapnya kemudian pergi meninggalkan appa-nya. Ia menggandeng yeodongshaeng yang tampak kesakitan itu.

"Kenapa nggak cerita sama oppa, Ara-ya."
Ara menunduk.
  "Mian oppa. Ara fikir, oppa selalu sibuk."

"Nggak ada yang lebih penting dari kebahagiaan kamu, Dongshaeng."

"Mian oppa."

Daniel tersenyum tipis. Lalu, ia berjongkok di depan Ara.
"Naiklah ke punggung oppa, palli!"

Ara menaiki punggung oppa-nya dengan senang hati.
"Gomawo oppa, saranghae," ucapnya tulus.

"Na do, saranghae yeodongshaeng," balas Daniel.

"Na do, saranghae yeodongshaeng," balas Daniel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading😙

Wanna SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang