6. Black Out

337 48 2
                                    

Perlahan, seperti gelombang yang makin dekat, suara-suara samar terdengar makin jelas. Mark membuka matanya dan langsung diserang nyeri tak tertahankan dari sekujur tubuhnya. Ia terbatuk-batuk berusaha memasukkan lebih banyak udara ke paru-parunya. Kepalanya menoleh ke samping hanya untuk menemukan Bambam yang menangis kencang sambil menggenggam tangan Youngjae yang tengah diberi pertolongan pertama oleh tenaga Ambulance yang baru datang.

Sekuat tenaga Mark berusaha mengangkat tubuhnya. Nyatanya, tubuhnya tidak bergerak sedikitpun.

"Hyung, bertahanlah!" Dari belakang, Jackson datang memeriksa Mark. Tangannya tidak lepas dari perutnya yang mengeluarkan darah. Mark bisa melihat cukup jelas wajah Jackson yang pucat pasi dan terlihat kesakitan.

"J-jack ..."

"Aku bisa tahan." Jackson meremat lengan Mark.

"Youngjae?"

Ekspresi Jackson berubah sendu. Namun, belum sempat menjawab, beberapa orang datang membawa tandu dan segera mengangkat tubuh Mark dan membawanya ke Ambulance. Begitu juga dengan Jackson. Dengan kekuatannya yang masih tersisa, Jackson berusaha menanyakan tentang Yugyeom yang tidak ia lihat di mana-mana. Bukan jawaban jelas, petugas itu hanya menjawab pendek, "Tidak apa-apa."

________

Satu kejap pun Jinyoung tidak bisa tidur. Selain karena tidak nyaman dengan ide dia yang akan bekerja esok di rumah sakit ayahnya, kepala dan hatinya dipenuhi kegelisahan. Entah karena apa. Jinyoung merasa sangat gelisah malam ini.

Karena itu, ketika pintu kamarnya dibuka dengan kasar, ia langsung melompat turun dari ranjang. Dan, tubuhnya kontan gemetaran ketika dengan terburu-buru ayahnya memerintahkan ia untuk ikut ke rumah sakit. Terjadi kecelakaan. Ini akhir pekan. UGD kekurangan staf.

Ayah dan anak itu tidak berbicara selama perjalanan. Mobil Hyundai hitam itu melaju kencang di atas jalanan lengang kota Seoul dini hari. Sampai di jembatan di atas sungan Han, mobil memelan. Jinyoung menahan napas melihat bekas kekacauan akibat kecelakaan. Pecahan kaca berceceran. Tetesan darah terlihat di beberapa tempat. Mobil van yang sudah tidak berbentuk sedang dievakuasi menggunakan mobil gerek. Suara sirine Ambulance semakin menambah suasana mencekam.

Dari parkiran rumah sakit, Jinyoung dan ayahnya berlari menuju UGD. Sebelumnya, Jinyoung tidak lupa menyambar snelli dan memakainya asal. Mereka disambut seorang perawat yang tanpa basa basi menjelaskan keadaan pasien begitu pintu otomatis UGD terbuka. Ayah Jinyoung memerintahkan perawat itu mendampingi Jinyoung sementara ia menuju salah satu pasien yang, berdasarkan penjelasan perawat tadi, terluka paling parah dan harus segera dioperasi.

Jinyoung menyibak tirai yang menutupi ranjang pasiennya. Napasnya seketika tertahan ketika mendapati laki-laki yang berbaring di sana adalah Jackson dengan pakaian yang tak jelas lagi warnannya karena bercampur darah. Di sampingnya berdiri seorang laki-laki jangkung berambut ikal yang ia ketahui bernama Yugyeom. 'Ada apa ini?' Kegelisahan Jinyoung makin menjadi.

Atas dorongan pikiran buruk, Jinyoung berbalik dan menyibak kasar tirai di belakangnya hanya untuk memekik melihat tubuh Mark terkulai di atas ranjang itu. Ia menutup mulutnya dan mundur beberapa langkah. Matanya membulat tidak percaya. Yugyeom dan perawat yang bersama Jinyoung memandang heran.

"Dokter, Anda tidak apa-apa?" Perawat itu bertanya pelan dan ragu.

Jinyoung tidak menanggapi.

Perawat itu menggeleng-geleng. Maju dan menutup kembali tirai yang terbuka itu. "Pasien itu sudah ditangani. Ia hanya mengalami shock dan luka-luka ringan. Saat ini keadaannya stabil, namun masih harus menunggu hasil CT scan untuk memastikan kemungkinan luka dalam. Sekarang ini, kita punya pasien yang lebih mendesak." Perawat itu berkata cepat sambil mengambil suntikan dan memeriksa perut Jackson.

Resfeber [MarkJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang