9 [21+]

29 2 0
                                    

Raline pov

Daniel mengantarku ke rumah Rico, aku segera masuk kedalam dan sepi disana tidak ada satupun yang menjawabku. Aku langsung melangkah ke kamar Rico, kulihat dia sedang merebahkan dirinya di ranjang besarnya.

"Rico". Panggilku lumayan kencang, dia membuka matanya dan kulihat betapa dia menyesal mungkin karena telah memperlakukanku seperti tadi. Sorot penyesalan terlihat jelas lewat tatapan matanya.

"Aku pinjam hp mu, cepat".

"Tanpa mampu menjawabku dia memberikan hp nya padaku".

Aku langsung menuju gallery dan menghapus semua foto2 kami saat di villa. Setelah selesai aku kembalikan hp nya.

"Kau tau, saat itu aku hanya berpikir bahwa foto itu yang terbaik dari foto kita yang lainnya, lalu aku setting sebagai wallpaper tanpa berpikir kalau aku akan menggantikan foto almarhumah istrimu sebagai wallpaper nya. Aku tidak pernah berpikir sejauh itu. Aku minta maaf kalau aku menggangu hal yang menurutmu pribadi. Aku tidak akan mengulanginya". Aku segera pergi dan meninggalkan Rico yang diam mematung.

Aku segera meminta Daniel untuk kembali tapi ternyata Rico mengejarku. Dia menarik tanganku hingga tubuhku berputar kearahnya. Dia langsung memelukku erat ..

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakitimu, menyakiti hatimu, maafkan aku Raline". Ucapnya sambil terus memelukku.

Aku hanya diam tanpa membalas pelukannya.

"Ya aku mengerti". Jawabku lalu kembali meninggalkannya.

Aku dan Daniel segera pergi, Rico hanya bisa menatap kepergian kami begitu saja.

Daniel mengantarku sampai kerumah, dia masih setia menemaniku.

"Apa kesalahanmu?"

"Aku mengganti wallpaper hp nya. Tadinya dia memakai foto istrinya, aku menggantinya dengan foto kami berdua. Aku tidak ada maksud apapun Niel, sungguh".

"Hanya karena itu kenapa dia bisa semarah itu?" Tanya Daniel bingung.

"Karena dia masih sangat mencintai mantan istrinya itu".

"Dan kamu masih bertahan dengan posisimu seperti ini?"

"Aku mencintainya".

"Masih banyak laki2 yang bisa membalas cintamu Raline, untuk apa kalau bertepuk sebelah tangan seperti ini. Hanya kamu yang tersakiti disini".

"Dia juga mencintaiku".

"Kau yakin?" Tanya Daniel tidak percaya akan ucapanku.

"Hanya saja dia jauh lebih mencintai istrinya".

"Tapi dia sudah meninggal".

"Cintanya abadi untuk istrinya".

"Lalu untukmu?"

"Entahlah Daniel, aku sangat mencintainya". Ucapku terisak, Daniel segera memelukku dan berusaha menenangkanku.

"Sudahlah jangan nangis lagi. Dugem yuk". Ajak Daniel padaku.

"Aah males ahh, udah lama ga dugem jadi males".

"Ngaffe aja yuk".

"Nah kalo ini hayooooo".

***
Keesokan harinya pagi2 sekali Rico sudah ada dirumahku.

"Mau ngapain? Ini kan hari minggu, aku ga sekolah". Ucapku sinis.

"Maafkan aku sayang, semalaman aku gak tidur. Mau tlp kamu tapi aku yakin kamu masih marah sama aku".

"Lagian percuma kalo mau tlp ga akan aku angkat karena semalaman aku pergi sama Daniel". Mampus lo, pasti kesel kan dengernya.

My Boyfriend As Cold As IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang