Daniel pov
Entah kenapa sejak Raline memutuskan persahabatannya denganku ada sebagian dari diriku yang hilang, hampa, sunyi sudah menjadi temanku saat ini.
Niatku hanya ingin melindunginya, menjaganya, selalu seperti itu, sejak dulu dan tidak pernah berubah. Tapi Raline memandang lain atas sikapku. Dia salah paham, dia anggap aku perusak hubungannya dengan Rico. Kau salah Raline.
Aku tetap memantaunya, menjaganya dari jauh agar wanita ular seperti Neli tidak lagi menyakitinya. Aku pernah nyaris kehilangan Raline saat dia koma dulu, aku rasa aku tidak akan sanggup jika aku benar2 kehilangan Raline dari dunia ini. Akan kupastikan Neli tidak akan pernah bisa menyakiti Raline.
Melihatnya hanya menambah rasa sakit dihatiku, aku tidak lagi bisa bercanda dengannya atau sekadar bertegur sapa dengannya.
Aku melihatnya, yaa saat ini aku melihatnya sedang berjalan bersama kekasihnya, pandangan kami bertemu namun dengan cepat dia melempar pandangannya ke arah yang lain.
"Woiii liatin apa sih? Oohhh Raline, kenapa? Cemburu ya lo?" Tanya Radhit yang mengikuti arah pandangku.
"Gue dah lepasin Raline sebagai sahabat gue Dhit".
"Loh kenapa?"
"Dia yang minta".
"Why Daniel ??? Sumpah yaa kalian kayak orang pacaran tau gak".
"Ya, emang gitu deh .. gue sama dia ada ikatan, sama kayak org pacaran, ada ikatan kan?? Tapi ikatan yang kita bangun sejak kecil adalah ikatan persahabatan. Ga tau ya mungkin bagi sebagian orang bahkan bagi lo, gue ke Raline tuh terlalu berlebihan. Tapi persahabatan gue sama dia benar2 berarti bagi gue".
"Aaahh gak ko Niel, gue sih ga anggap berlebihan. Gue sih coba ngertiin aja karena lo ama dia kan dari kecil. Jadi wajar kalo perasaan lo sampe benar2 ke hati sama dia. Btw apa alasan dia mutusin persahabatan kalian?"
"Menurut dia gue adalah perusak hubungan dia sama cwoknya. Padahal gue cuma mau lindungin dia, jaga dia tapi dia salah paham".
"Niel, mungkin lo terlalu masuk kedalam hidupnya Raline".
"Jujur aja gue liat gerak gerik ga bener dari tuh cowok. Dia masih hidup dibawah bayang2 istrinya yang sudah meninggal dan dia mau macam2 sama Raline".
"Tunggu2 .. macam2 sama Raline maksudnya apa?"
"Sorry gue ga bisa jelasin secara detail".
"Oke, gue gak tau apa yang lo maksud tapi selama Ralinenya nyaman kenapa musti lo yang repot?"
"Raline jg bilang gitu, masalahnya macam2 disini tuh lebih ke negatif. Dan gue ga mau itu terjadi sama Raline".
"Kadang, kita ga bisa maksain segala sesuatu yang kita anggap benar ke orang lain. Karena apa yang menurut kita benar belum tentu dinilai benar juga oleh orang lain". Ucap Radhit yang kupahami memang ada benarnya juga.
"Ya, mungkin bagi Raline apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar". Ucapku memandang Raline dari jauh.
Kulihat Rico mencium kening Raline dan pergi sambil melambaikan tangannya. Raline kembali ke kelas karena jam istirahat akan segera berakhir.
Hari ini akan ada pelajaran tambahan, kulihat Raline justru bersiap akan pulang.
"Lin, mau pulang?"
"Iya".
"Ada pelajaran tambahan, lo ga ikut?"
"Gak".
"Kenapa Lin?"
"Gue mau jalan sama Rico".
"Lin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend As Cold As Ice
FantasyWarning:> cerita ini murni hanya imajinasi saya, murni khayalan saya. Jadi please ya bagi yg anggap cerita ini mustahil tolong di abaikan saja karena semua hanya IMAJINASI 😊😊 Rico: Ganteng, pintar, tajir, dingin, kaku, korban patah hati, cinta ban...