11. broke up

3.4K 648 67
                                    

"Ai, gue nanti mau balapan" ujar Hyunjin memecah keheningan diantara mereka. Jeongin melirik sekilas kemudian mengangguk singkat. Bukannya ia tidak peduli, tapi dia mencegah adu mulut memuakkan yang sering terjadi karena perbedaan pendapat antara mereka.

"..gue ga bakal berangkat kalau lo ga pengen gue pergi ke Arena." Jeongin menoleh, menatap wajah Hyunjin dari samping dengan tidak percaya.

"Aku takut sebenernya.." jawab Jeongin lirih. "...tapi kalau kakak emang pengen pergi, ya nggak apa-apa," Lanjut Jeongin dengan senyum terpaksa.

Hyunjin menghela nafas. "Nanti malem gue jemput lo aja, kita jalan." tukas Hyunjin tanpa menoleh ke arah Jeongin. Pemuda dengan kacamata bundar itu hanya berdehem sebagai jawabannya.

Menurut Jeongin, Hyunjin adalah pemuda yang sulit menepati janji, dia selalu ingkar dan itu menyesakkan bagi Jeongin. Hyunjin sering berjanji tapi tak pernah ia tepati. Seperti saat ia berjanji untuk menjadi sang setia, nyatanya? Hyunjin masih sudi untuk tidur dengan salah satu teman wanita nya seusai balapan, -jeongin tahu fakta ini dari Jisung. Gebetan minho sekaligus teman dekatnya-

Jeongin memilih diam. Meskipun diam tak menyelesaikan masalah dan tidak memberi jalan keluar, tidak apa-apa. Lebih baik seperti ini. Jika bisa, sudah dari dulu Jeongin melepas genggaman itu. Tapi dia masih belum bisa. Hatinya masih terikat jauh dengan Hyunjin. Ikatan yang rumit dan menyakitkan.

"Ai, lo baik-baik aja?" tanya Hyunjin saat menangkap ekspresi sedih dari wajah kekasihnya. Jeongin menggeleng samar. "Kak, udah sampai, aku turun dulu ya. Sampai jumpa nanti malem.."

Hyunjin tersenyum lebar. "Pasti"

"...kalau kakak nggak ingkar" ucap Jeongin tanpa suara saat mobil Hyunjin meninggalkan halaman rumahnya dan hilang dibelokan ujung gang komplek rumahnya.

* * * * *

Hyunjin tidak datang.

Hampir 3 jam Jeongin menunggu, pemuda dengan ferarri biru itu tak kunjung datang. Harusnya dia tahu kenyataan pahit itu dari awal, bahwa Hyunjin lebih memilih pergi ke Arena dan melupakan dirinya.

Seungminnie

| kenapa sih tetap mau berharap?

| Hyunjin nggak pernah nganggap kamu, sudahi perjuangan kamu!

Maaf. |

| kadang kita memang harus mundur, bukan berarti kita sudah tidak mampu bertahan, tapi itu suatu bentuk kesadaran bahwa cinta sepihak adalah cinta yang tak wajar.

Tapi aku nggak bisa |

| kadang memang harus sendiri. Karena sebagian orang hanya sekedar menemani dan akhirnya pergi.

| see?

Jeongin menguatkan hatinya beberapa saat sebelum akhirnya dia beranjak dari tempatnya menunggu Hyunjin tadi dan masuk ke kamarnya.

****

"Kak.." Jeongin menatap mata Hyunjin lama, mungkin untuk yang terakhir kalinya. "Let's end it"

Hyunjin membulatkan matanya, mengguncang bahu Jeongin dengan tangan bergetar "Why!" teriak Hyunjin meminta penjelasan Jeongin.

"Maafin tangan Jeongin karena ngga bisa ngegenggam erat tangan kakak. Maafin kaki jeongin karena ngga mampu jalan beriringan dengan kakak. Maafin jeongin karena ngga bisa jadi yang terbaik."

Hyunjin baru paham. Berpisah itu semenyakitkan ini. dia paham, dia terlalu bodoh karena menyakiti Jeongin, namun ia tak menyangka kalau Jeongin pada akhirnya menyatakan perpisahan padanya. Benar-benar tak menyangka.

"Gue masih sayang." ujar Hyunjin sambil memeluk erat tubuh Jeongin.

"Aku juga. Tapi, terimakasih karena udah pernah jadi alasan bahagianya Jeongin"



"Terima kasih untuk setiap langkah, hembusan nafas dan keinginan kalian untuk berbagi walau setitik rasa"ㅡawthorr

{...}

EMPTY | HYUNJEONG ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang