Jika suatu saat nanti, tuhan sedang berbaik hati pada umatnya, semoga Tuhan tidak lupa menuliskan nama Jeongin dalam guratan takdir yang akan dijalani Hyunjin suatu hari nanti.
[empty]
"Ati-ati disana. kalo ngerasa badan kurang fit, langsung ke dokter, jangan sampe sakit kea kemarin. Gaada gue di sana, jangan bikin gue khawatir pas denger lo opnam-""iyaa babang Hyungwon ku sayang~" Ujar Hyunjin cepat saat Hyungwon mulai berpidato kalau kata Mark.
Sebenarnya Hyungwon cerewet karena dia peduli. Dua adik sepupu tersayangnya Harus lepas landas ke Sydney hari ini pukul 6 sore, dan sebagai kakak sepupu yang baik, dia dengan senang hati membantu Mark dan Hyunjin berkemas di Apartment Hyunjin.
"kalo gue ga ketemu Jeongin disana, gimana?" gumam Hyunjin di sela kegiatan nya.
Changkyun yang kebetulan mendengar gumaman Hyunjin lantas menjitak kepala Hyunjin dengan kencang. "pikirin kuliah lo dulu. Tentang Jeongin, gampang lah. Gue ada temen disana, katanya sodara sepupunya Jeongin. Dah tenang ae lo tai."
"jadi lo keluar dari geng?" tanya Mark sambil memakan pringles yang ia curi dari lemari Hyunjin.
Hyungwon mengangguk mantap sebelum Hyunjin sempat menjawab. "diambil alih dulu sama Jisung, dia kan yang paling muda di geng."
Keempat pemuda itu terdiam sejenak, memikirkan masalalu kelam mereka sebagai anggota geng balapan ilegal dan tukang tawuran.
Berkesan, dan meninggalkan kenangan tersendiri.
"tiba-tiba gue kangen Tongkat Baseball yang tahun lalu gue beli pake Uang Kas Negara." celetuk Changkyun membuat Hyunjin tertawa, karena dia tahu benar apa maksud Changkyun.
"gue bakalan kangen seorang cowok yang sering banget bawa tambang sama gir waktu tawuran sama SMK tetangga." seru Hyungwon sambil mengacak gemas rambut Mark.
Sekarang, yang bisa mereka lakukan hanya Mengenang semua moment kejahatan itu. iya, hanya Mengenang, tanpa ingin terjerumus ke dalam nya lagi.
well, yang bisa dilakukan setelahnya adalah ibadah. Mengurangi dosa yang tidak bisa dihitung jumlahnya layaknya fans oppa.
"nih, ini gue taroh sini," tunjuk Hyungwon pada Al-kitab yang ia letakkan di dalam tas Hyunjin dan Mark.
"Loh kak, kok bawa itu?!" protes Mark.
"Pantes ga sih gue berdoa sama tuhan buat minta sesuatu? terakhir gue ibadah itu kira-kira pas gue umur 6 tahun." lanjut Mark, setengah hati membawa nya.
Sementara Hyunjin diam saja. Dia memang berniat Mengurangi dosa, kok. Malahan rencana nya saat sampai di Australia, dia ingin pergi ke Gereja setiap minggu dan saat ada waktu luang.
"yaudah, berangkat yuk? bandara jauh loh, kalo macet bisa sampe 30 menitan. Kuy lah" seru Changkyun sambil menarik koper Mark dan Hyunjin keluar dari Apartment Hyunjin.
****
"Je, turun yuk, keluarga nya Chan udah nungguin di bawah," ujar Ibu Jeongin dengan Hati-hati saat melihat Jeongin duduk melamun di pinggir tempat tidurnya.
Jeongin meremas ujung jas yang sedang di pakainya. Bukan Chan yang dia mau, Bukan pemuda sok baik itu yang dia inginkan. Bukan.
"kenapa sih semua orang selalu maksa?" kata Jeongin, tak peduli dengan perasaan wanita paruh baya disebelahnya yang berstatus sebagai ibu kandungnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY | HYUNJEONG ✔
FanfictionSemesta suka mengada-ngada, hal buruk memang bisa saja terjadi bahkan ketika kamu tak pantas untuk mendapatkannya. Jie©2018 Highest rank : #1 in Hyunjeong 10.02.19 #2 in Hyunjeong 04.09.22