03. not straight

4.8K 809 69
                                    

Pukul 5 pagi, Jeongin terpaksa bangun dengan memegangi lehernya yang nyeri, tadi malam dia salah tidur. Padahal dia selalu membawa bantal leher. mungkin dia lupa karena terlalu kelelahan.

Teman-teman Hyunjin yang semalam datang ternyata tidak pulang. Mereka menggelar karpet kecil tepat dibawah ranjang Hyunjin dan tidur dengan berdesakan.

Sekarang, jeongin harus pulang. Setidaknya mandi dan mengganti pakaian dulu, lalu dia akan datang kembali.

"Kak hyunjin," jeongin menghampiri Hyunjin yang ternyata sudah bangun, kemudian tersenyum kecil. "Aku pamit pulang, kak"

"Eh? Gue bangunin bang changkyun dulu ya, Buat nganterin lo?" jawab Hyunjin, jeongin menggeleng tegas. "Aku bisa nunggu bus di halte depan. Udah pagi, nggak akan ada begal"

"Yaudah ati-ati. Nanti ke sini lagi ya, bawain makanan," seru Hyunjin sebelum Jeongin berjalan semakin jauh dan hilang di balik pintu.

Hyunjin tersenyum samar, dia tertarik dengan Yang Jeongin.

* * *

Jeongin berhasil pulang dengan naik bus. Untung saja bus nya datang lebih cepat, jadi dia tidak menunggu lama seperti biasanya.

Sampai dirumahnya, Jeongin lantas bergegas mandi dan menyusul ibu nya ke toko Laundry.

"Temen kamu udah baikan?" tanya ibu Jeongin sambil memasukkan beberapa pakaian ke mesin cuci. Saat melihat Jeongin muncul dari balik pintu masuk.

"Udah. Tapi masih belum bisa ngapa-ngapain, bonyok semua muka nya" jawab Jeongin lalu mengangkat keranjang cucian bersih untuk di jemur.

"Kasian ya, kok bisa sih? Kamu kan saksi mata, itu anak anak nakal bisa di pidana. Tapi nggak tau lagi ya kalau itu anak orang Penting di sekolah kamu" cerocos ibu Jeongin.

Pemuda itu membenarkan letak kacamatanya. "Kasihan banget, bu. Mana orang tuanya pada sibuk, jadi nggak ada yang jengukin dia dari kemarin, satu pun"

Ibu Jeongin menggelengkan kepalanya. "Orang tuanya workholic itu pasti, kamu temenin dia aja, cuciannya nggak begitu banyak kok. Ibu bisa sendiri. Oh iya, sekalian bawain dia makanan ya, kemarin ibu masak opor" ucap ibu Jeongin.

"Bawain yang banyak, kata kamu kemaren temennya pada nginep" lanjut ibu Jeongin.

"Iya ibuu iyaa,"

* * *

Sampai di rumah sakit, Jeongin heran, teman-teman Hyunjin semuanya duduk di bangku panjang koridor, tidak di dalam ruangan.

"Loh? Kalian kok disini?" tanya Jeongin. Jooheon tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi nya, "ada pacarnya si boss di dalem. Jadi kita keluar dulu,"

Jeongin terdiam. Tidak tahu harus bereaksi apa. Panas matahari yang menyengat di luar rumah sakit tidak berarti apa-apa. Jeongin paham dengan dirinya sendiri, ada perasaan aneh yang menyusup ke rongga dada nya.

Jeongin mengusap tengkuknya dengan canggung. "Ini aku bawa Opor ayam, kalian kan dari tadi malam belum makan" ucapnya kemudian menyerahkan Opor ayam yang tadi ia bawa kepada Jinhwan. "E- eh makasih loh, kok repot-repot" jawab Bobby.

Jeongin menggeleng. "Nggak apa-apa. Kalau gitu aku pamit dulu ya, salam buat Hyunjin," ujar Jeongin, suaranya bergetar.

Pemuda itu meremas ujung kemeja nya kuat-kuat, melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit itu dengan perasaan kalut. Jeongin tahu, dia bodoh. Hyunjin itu cowok normal, maksudnya; dia bukan Jeongin yang orientasi seksualnya menyimpang. You-know.

tapi dia tidak tahu kejadian sebenarnya..








* * *

"Boss, tadi si somi kenapa?" tanya Felix. To the point.

"Kenapa gimana?" Hyunjin kembali bertanya pada Felix.

"Tadi kita ngeliat si somi nangis sesengukan pas dia keluar dari sini." ucap Changbin penuh penekanan. "Kenapa?"

"End." jawab Hyunjin singkat.

Mulut Jinhwan menganga tidak percaya. "Seriusan? Anjir lo.. maksudnya lo udah ada yang baru? Etapi biasanya lo ga gini tuh?" seru Jinhwan bertubi-tubi.

Hyunjin mengangguk takzim. "Iya, dia si behel. Kacamata bunder. Lola. 2G. Lemot. But, dia perhatian. Itu nilai plus dia." jawab Hyunjin sambil tersenyum.

Changkyun menepuk jidatnya. "Si kapten Bucin," keluh Changkyun sementara Jooheon malah tertawa kencang.

"Lo beneran selesai sama Somi? Tapi bagus sih keputusan lo, gue setuju kalo lo sama Jeongin" ucap bobby, lirih. "Maksud lo?"

"Somi itu loh deket banget sama Kang Daniel. Kemaren gue liat si somi tukeran ludah sama Daniel di restoran daerah Gangnam. Astagfirullah gue mau cuci mata." jawab Bobby takut-takut. Hyunjin menghela nafas dengan kasar.









"Jadi keputusan gue buat belok ke Jeongin, ga salah kan?"




"Btw itu Opor dari siapa? Mendadak gue laper" sahut Hyunjin setelah melihat bungkusan yang dibawa oleh Jinhwan.

ㅡtbc.

EMPTY | HYUNJEONG ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang