10-Penampilan

14 1 0
                                    

Mungkin gue belum pantes buat dapetin lo. Tapi siapa yang tau hati seseorang itu berlabuh ke mana?
---


Kini Tania telah selesai mandi dan berpakaian, namun tak memakai seragam sekolah. Kini seluruh siswa diperbolehkan memakai baju bebas, karena kedatengan tamu dari Bandung.

Tania kini memakai celana kulot hitam, denagn atasan kaos putih bertuliskan Imagination dan balut dengan denim jaket. Tak lupa Tania memoleskan sedikit bedak dan lip tint agar bibirnya tak kelihatan pucat.

Tania mengikat rambutnya dengan kuncir kuda, dan sedikit mengikalkan rambut belakangnya.

Tak lupa ia memakai sling bag nya, dan memakai sepatu adidas putihnya. And perfect.

Tania turun dan ikut sarapan bersama orangtuanya.

------

Jevin kini telah bersiap siap dengan memakai celana jeans hitamnya, dan diatasnya memakai kaos putih polos dengan balutan kemeja denimnya.

Tak lupa Jevin memakai sepatu nike hitamnya, dan membawa ponselnya.

Kini ia tak mau sarapan, karena waktu yang mepet, mungkin ia akan ke kantin nanti.

Jevin kini membawa motornya keluar dari perkarangan rumahnya menuju sekolah

Tak butuh lama buat Jevin mengendarai motornya sampai ke depan gerbang sekolah.
Kini sekolah sudah ramai oleh anak anak Harapan Murni. Dan terlebih lagi papan bunga yang menyambut para tamu undangan nanti.

Jevin tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari sesuatu, dan ternyata ketemu. Tatapan tajamnya berhenti melihat sosok cantik menurutnya kini tak jauh darinya. Tania.

Menurut Jevin kini Tania sangat lah cantik.

Saat Tania melihat sekitar, matanya menubruk mata seseorang, dan ternyata Jevin yang tengah lagi menatapnya. Tatapan mereka terkunci, dan ada gelemuar sesuatu di rasakan Tania, tidak hanya jantung yg berdegub kencang, namun aliran darahnya seperti terasa mengalir.

Dan Tania lah yang memutuskan kontak itu, dan pergi dari tempat berdirinya tadi. Ia tau kini wajahnya sudah merah akibat malu kepergok melihat seseorang, padahal Jevin lah yang melihat Tania dahulu.

Jevin tersenyum kecil melihat tingkah gugup Tania. Wajahnya memerah akibat malu. Ada ada saja.

---

"Selamat datang semuanya, saya selaku kepala sekolah Harapan Murni, mengucapkan terima kasih atas kedatangan tamu kita dari Bandung untuk melihat bagaimana kondisi sekolah kita ini.

Sebelum memulai rapat yang kami adakan secara privasi, kami persilahkan kepada mc untuk membawakan acara kita pagi ini. " ucap kepala sekolah, sambil turun dari panggung aula.

Kini, ibu Yani memimpin acara sebagai mc di acara ini.

"Terima kasih atas kesempatan waktu yang diberikan kepada saya. Kini saya persilahkan kepada Andreas kelas XII Ipa 4, untuk menaiki panggung."

Setelah itu, bu Yani turun dari panggung dan menuju ke samping aula.

"Kalian Berdua Jevin dan Tania, kalian tampilan ke tiga. Persiapkan sekarang, jangan ada yang ketinggalan." Jevin dan Tania mengangguk.

Kini Tania gugup setengah mati, kini ia akan tampil didepan banyak orang. Biasanya dia bernyanyi hanya di kamar, di depan teman temannya, dan orangtuanya.

Tani meremas jari jarinya hingga memutih. Itu tak lepas dari pengamatan Jevin, ia hanya tersenyum kecil melihat tingkah Tania yang menurutnya lucu, seperti akan dihukum oleh orangtuanya.

Kini telah terdengar suara Bu Yani memanggil penampilan yang ke dua, gugup Tania semakin menjadi jadi. Tangannya sudah gemeteran, dan kini perutnya sakit.

Tania meringis, dan memegang perutnya. Jevin yang melihat itu mendadak khawatir.
"Lo kenapa?" Tania melirik Jevin dan kembali lagi fokus pada sakitnya ini.
"Gue kalo gugup, suka sakit perut" Jevin yang melihat itu khawatir. Apa yang harus dilakukannya?

Aha! Tapi apa iya Jevin melakukan ini, seperti terlalu berani.

Jevin memutuskan untuk melakukannya. Kini Jevin mencoba meraih tangan Tania. Digenggam nya tangan itu, dan Tania terkejut.

Degupan jantungnya semakin cepat, apa lagi ditambah melihat wajah Jevin yang sedang melihatnya kini.

"Remas aja kalau sakit,, biar gue juga ngerasain sakit lo." ucapan itu membuat Tania mematung. Dan tanpa disadari, kedua tangan Tania sudah berada di genggaman Jevin. Lama kelamaan sakit di perut Tania mulai mereda, dan Tania bisa bernafas lega.

"Udah baikan?" Tania mengangguk. Tapi Jevin belum melepas tangan Tania, dan saat itu juga Bu Yani memanggil nama mereka berdua.

"Kita sudah dipanggil" ucap Tania sambil bangkit dari tempat duduknya.
Lantas Jevin juga bangkit, tanpa melepaskan tangan Tania. Membuat Tania semakin gugup kalau begini.

"hmm, Jevin. Tangan gue." Jevin melirik tangannya. Bukannya melepaskan, ia malah memperbaiki genggamannya, dan mengambil gitarnya dengan tangan sebelahnya. Lalu mengajak pergi Tania untuk ke pelaminan. Salah. Wkwk

Mengajaknya pergi ke panggung aula.
Kini tepuk tangan meriah saat mereka berdua berjalan di atas panggung.

Jevin melepaskan genggamannya, membuat Tania menghela nafas, seperti kehilangan. Lalu Tania mengambil posisi duduk di didepan microphone nya.

Kini Jevin memulai intro dengan petikan jari di senar gitarnya. Membuat isi aula diam sejenak untuk mendengarkan mereka.

There goes my heart beating
Cause you are the reason
I'm losing my sleep
Please come back now

There goes my mind racing
And you are the reason
That I'm still Breathing
 I'm hopeless now

 

[Chorus]
I'd climb every mountain,
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, cause I need you to see
That you are the reason

             

There goes my hands shaking
And you are the reason
My heart keeps bleeding
I need you now

If I could turn back the clock
I'd make sure the light defeated the dark
I'd spend every hour, of every day
Keeping you safe

 [Chorus]

I'd climb every mountain
And swim every ocean
Just to be with you
And fix what I've broken
Oh, cause I need you to see
That you are the reason

       

Setelah selesai, para penonton bertepuk tangan meriah. Bahkan ada yang bersorak, bersiul,dan lainnya.

Tania menghela nafas lega. Akhirnya ia telah selesai. Kemudian mereka turun dari panggung.

"Akhirnya, selesai juga." gumam Tania.
"Tapi urusan lo sama gue belum selesai." ucap Jevin yang membuat Tania bingung.

"Urusan? Gue?" Jevin mengidikkan bahunya. Lalu pergi dari hadapan Tania.

Semakin bingung dengan sikap Jevin, Tania tersadar karena ponselnya berbunyi.

"Sebagai hadiah untuk hari ini, gue traktir lo makan."

"Oh iya, liat pesan ini jangan senyum senyum. "

Ternyata itu pesan dari Jevin, yang membuat Tania semakin menyunggingkan senyumannya.

Ah, ia semakin berdegup kencang.
Segera Tania menyusul Jevin ke parkiran.

------
Tbc.
     

 

Perfect Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang