Tenang Berada di Sekitarmu (part 3)

22 0 0
                                    

Sebelum lanjut, aku masuk sebentar ya.

Setiap subjudul punya kaitan erat satu sama lain, khususnya pada saat klimaks dan ending nanti. Jadi, sedikit saran dariku. Kudu sabar dan tenang dalam membaca cerita ini.

Tapi aku gak maksa kok kalau teman2 merasa gak srek dgn ceritaku. Boleh ditinggalkan. Dan terima kasih buat teman2 yg tetap stay.

Oh ya, buat teman2 yg nungguin bagian romantis-nya, maaf saja. Aku gak menghadirkan itu di cerita ini. Meski unsur percintaan tetap kusinggung disini
Yah, namanya ABG. Ye kan 😆 .

Itu saja untuk saat ini. Selamat membaca 😊

-----

04 Januari 2011

“Sibuk?” keheningan yang kuciptakan pecah.

“menurutmu?"

"Sibuk... sibuk melamun." Gadis itu terkekeh.

“Temanmu mana?” lanjutnya.

“Hosan? Kantin. Keberadaannya gampang banget dilacak."

Nana tertawa cekikikan.

“Lah kamu, temanmu dimana?” tanyaku balik.

“Ini, kami lagi ngobrol.”
Aku tersenyum.

"Sini duduk." Kusapu dedaunan menggunakan telapak tanganku.

Nana menyambut ajakanku sembari berkata, "makasih."

"Anu... Ponselmu,” lapor gadis berlesung pipit ini. Aku tak sadar ada pesan singkat permisi.

Aku merasa tenang berada di sekitarmu

“Siapa?” Nana ingin tahu.
“Biasa, operator kurang kerjaan,” jawabku bohong.

-----

Aku ke kelas sebelah. Jam istirahat lima menit tersisa.

Nana nampak asyik bercengkerama bersama teman-teman kelasnya. Haha hihi para kaum hawa yang berisi segudang topik tanpa batas, kadang tidak berbobot sama sekali, bermuara di ghibah.

Nana sekadar menjadi pendengar diantara mereka yang heboh bercerita tidak jelas itu.

Kami bertatapan.

Nana mengatakan bahwa akan menemuiku sepulang sekolah nanti lewat isyarat.

Gerombolan siswi yang kumaksud tadi kini memperhatikanku. Mereka tersenyum simpul.

Aku membalas dengan senyum tipis, lantas segera kukejar ibu guru agama yang hampir mendahuluiku ke kelas.

-----

Beranda kelas XII IPA 1 aku berada. Sambil sesekali kulirik arloji yang baterainya hampir suap.

Suasana kelas mengalahkan riuhnya air hujan yang menghantam seng. Bapak guru curhat masalah pribadinya disela mengajar. Anak-anak ngerumpi. Aku menggerutu, bosan.

Empat orang siswi menghalangi Nana dariku. Mereka ketawa, saling mencolek, ada yang berbisik, melirikku, kemudian berbisik lagi, lalu ketawa lagi.

Benang KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang