Buku Milik Wali Kelas Kami (Part 2)

14 0 0
                                    

Pkl 19. 47.

Jantungku berdetak kencang begitu 'dihidangkan' pemandangan di depan.

Gedung persekolahan gelap dan tentu lengkap dengan para 'penghuni'nya yang sedang berpesta pora.

"Aku di luar." Kukirim pesan singkat.

"Aku di dalam," balas si Nona Kotak Pos.

"Sebelah mana?"

Tadinya mau kutulis --kenapa menunggu di dalam--.

Tapi, bagaimana kalau dia menjawab --kenapa? Takut ya?--.

Wah, harga diriku sebagai seorang pria bisa terjungkir.

"Masuklah. Aku tunggu."

Aku di'gantung'.

-----

"Berani?"

"Sikat!!"

Hosan mendahuluiku.

Satpam berjaga di gerbang sekolah. Terpaksa, tembok samping yang menjulang tinggi menjadi pelarian.

"Pluk, horor!" bisiknya di telingaku. Kudorong ia menjauh.

"Siapa tadi yang bilang 'sikat'?" ledekku.

Aku juga ngeri.

Hosan menyenteri sembarang pelosok. Sunyi. Halaman kelas tak terlihat sampahnya. Ranting pepohonan banyak yang bergoyang sendiri. Padahal, tiada hembusan angin, pun sepoi-sepoi.

Sebuah lampu di tengah lapangan menyala.

Semakin menambah kesan horor.

"Heh, matikan!" kutepis tangannya.

"Kemana nih?" tanyanya sambil memukul lengannya yang digigit nyamuk.

"Aku di dekat lapangan voli." Kutekan tombol 'kirim'.

Aku menggeleng.

-----


Pkl. 20.05

"Lihat ini!" Hosan melapor.

Lantas kurebut benda itu dari tangannya.

SMS dari Nona Kotak Pos.

Okamara nemasighooku

Tulisan 'asing' itu tertera jelas di layar.

"Maksudnya apa?" Aku buntu.

"Pernyataannya diterjemahkan ke dalam bahasa Muna," Hosan berkata asal.

"Apa artinya?"

"Tunggu..." Hosan mode pelajar ON.

"Okamara' artinya ruangan ..... nemashigooku..."

"Nemashigooku .... hmmmm ... Ayolah otakku yang cemerlang!"

"Akhirnya, kepake juga itu otak." Ingin kuberkata begitu, tapi tidak jadi.

Hosan mode o'on ON.

"aish lupa!" Ia memukul jidatnya yang pantas dipukul.

Aku sedikit lemas.

"Masa tidak tahu? kau'kan bocah Muna asli!"

"Aku'kan bilangnya lupa, bukan tidak tahu!" Hosan membela diri.

"Biarpun aku ini orang Muna, kan bisa khilaf." Hosan belum berhenti membela diri.

Kami terkena karma akibat tidak memperhatikan dengan baik penjelasan dari ibu Usma, guru mata pelajaran bahasa Muna yang tenggorokannya sakit gara-gara berteriak tadi siang.

Benang KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang