BAB 1

64 6 1
                                    

Jam di tangan kirinya menunjukkan pukul 15:00 WIB. Menunjukkan bahwa sebentar lagi Sina akan melaksanakan sholat ashar berjama'ah di sekolah nya lalu setelah itu pulang ke rumah masing-masing. Karena waktu pulang sekolah di SMAN 219 pukul 15:10, tapi biasanya para guru sengaja keluar kelas lebih awal hanya untuk memberikan waktu kepada para murid supaya membersihkan kelas mereka masing-masing agar tetap bersih dan nyaman di pandang mata.
Tapi setelah keluar gerbang sekolah hari ini, Sina dan teman-teman tidak akan pulang kerumah masing-masing melainkan ingin pergi makan-makan bersama ditempat yang sudah di tentukan. Teman-teman Sina diantara lain adalah Ella, teman duduk sebangkunya sejak semester awal mereka bersekolah di SMAN 219 Jakarta. Sahabat karib yang dipercaya oleh Sina untuk berbagi cerita, pengalaman, bahkan keluh kesah. Orang yang setiap hari menemani Sina kemana saja, entah itu izin ke toilet saat jam pelajaran, ke kantin, ke perpustakaan, ke masjid dan kemana pun.
Ada juga Khadijah dan Kultsum yang menjadi teman Sina saat pergi ke tempat makan. Khadijah, orang yang menjadi temannya saat Masa Orientasi Siswa berlangsung di SMAN 219 Jakarta. Awalnya Khadijah menjadi teman sebangku pertamanya Sina, tapi karena bapak wali kelasnya masuk mereka dipisah duduknya karena wali kelasnya lah yang berhak menentukan tempat duduk para siswa dan siswi dikelasnya.
Ada juga Kultsum. Berbeda dengan Khadijah dan Ella, Kultsum dikenal Sina sejak pertama ia pindah dari sekolah SMPN 192 Banten ke SMPN 21 Jakarta. Kultsum dikenal baik oleh Sina, ia juga yang menemani Sina waktu pertama kali belajar di kelasnya sewaktu di SMPN 21 Jakarta. Kultsum dikenal royal oleh Sina, anak si pembawa bendera merah putih atau biasa yang disebut pembawa baki pada tim paskibraka di sekolah SMAN 219 Jakarta. Dan juga 2 teman lainnya yaitu Lusi, Nabil.
Sholat Ashar telah usai mereka pun berkumpul di tempat yang sudah ditentukan yaitu dirumah Nabil yang jaraknya sangat dekat dengan sekolah mereka.
"udah kumpul semua belum?", buka suara Nabil selaku tuan rumah.
"belum tinggal tunggu si Sina", ucap Kultsum sembari melihat smartphone nya yang ia genggam.
"kok lama banget sih dia?", ikut nimbrung Khadijah membalas.
"si Sina doang kita nungguin?", tanya Nabil lagi.
"sama si Ella bil", Khadijah jawab.
"ohiya kan tuh anak selalu berdua ya", Nabil jawab.
"coba dijah telfon si Sina dia lagi dimana", perintah Kultsum kepada Khadijah.
"yaudah nih gua telfon ya", sambung Khadijah.
"gadiangkat jah, bil", tutur Khadijah.
"yaudah tungguin aja, paling bentar lagi kali", sambung Kultsum.
Beberapa menit kemudian, selang lima belas menit Sina dan Ella datang dengan sepeda motornya, Sina yang mengendarai dan Ella diboncengi Sina.
"nah tuh kan nongol", ucap Nabil sambil menunjuk Sina dan Ella.
"darimana aja sih lu lama banget? Gua telfonin ga diangkat lagi", tanya Khadijah.
"gua dari rumah Ella ini dia ambil hp katanya", jawab Sina.
"sejauh apasih rumah Ella kayanya lama banget", sinis Khadijah.
"yaudah kalian kalo ngomong terus kapan berangkatnya dodol, udah ayo cus", potong Kultsum.
"yaudah ayo ah keburu malem", Nabil sambil menaiki motornya.
Mereka pergi kemana terdapat mall ternama yang ada di Jakarta untuk bermain permainan arena timezone. Setelah bermain mereka berempat merasa perut mereka harus diisi. Mereka tanpa basa-basi langsung beranjak ke tempat makan yang ada dalam mall tersebut. Mereka memesan makanan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Mereka memakan makanan sesuai dengan ajaran Islam yang telah diajarkan.
Jam menunjukkan pukul 17:30. Sina mengusulkan sepertinya mereka harus pulang ke rumah masing-masing karena keadaan semakin malam jika ia teruskan hanya di dalam mall. Mereka berempat lantas pergi meninggalkan tempat makan tersebut dan segera menuju ke parkiran kendaraan yang dimana mereka parkir.
Perjalanan menuju rumah mereka masing-masing dari mall sekitar 17 menit jika tidak terkena macet. Sina pulang mengantar Ella terlebih dahulu.
Sesampainya di rumah Sina ditanyakan oleh orang tuanya sebagaimana siswi biasanya yang pulang terlambat ke rumah, 'dari mana?', 'abis kemana?' dan sebagainya. Sina menjawab dengan jujur dan tidak ada yang dipermasalahkan oleh orang tuanya. Sina tak lagi mau berbohong karena dulu ketika sempat berbohong, ia kepergok karena tidak pergi ke tempat yang ia izin kepada orang tuanya. Karena orang tuanya sayang terhadapnya dan tidak ingin putri bungsu nya itu kenapa-napa, orang tuanya membuntutinya hingga ke tempat bohongnya itu. Dan sampainya dirumah Sina dimarahi oleh orang tuanya yang memang sedikit garang ketika anak-anaknya berbuat kesalahan atau berbuat perbuatan tercela.
Dirumahnya Sina tinggal bersama kedua orang tuanya yang bernama ibu Sephia-bapak Pamuji, kakak lelakinya, dan juga bibi nya.
Sina mempunyai kakak perempuan yang sudah berumah tangga bernama Lita. Ia sudah tidak tinggal satu atap lagi dengan kedua orang tua nya karena ia telah berkeluarga. Ia wanita yang dikagumi Sina karena sifatnya yang apatis terhadap laki-laki yang belum dikenal dirinya. Mungkin saja sifat itu turun kepada Sina Zubaidah yang begitu acuh tak acuh terhadap semua laki-laki yang belum dikenalnya.
Apatis. Ya seperti itulah dulu teman pria di kelasnya menilai diri nya. Namun jika sudah kenal mungkin asyik-asyik saja terhadap laki-laki yang dianggap nya baik. Bahkan teman sebangkunya sekali pun Ella menilai dirinya seperti itu. Ya mungkin ini sudah bawaan sifat turun-temurun di keluarganya.
Sina yang kala itu mengenakan baju hijau gelap dihiasi loreng dibawah bajunya menghampiri kakak perempuannya Lita di depan teras dengan membawa dua cangkir teh hangat untuk kakaknya yang sedang duduk sembari melihat tetesan air gerimis membasahi rumput ilalang depan rumahnya.
"nih kak tehnya", tutur Sina sambil memberi cangkir teh yang ia genggam di tangan kanannya.
"eh iya makasih nih adik tercinta", ucap Lita dengan gerakan menerima pinangan gelas dari Sina.
"baju bagus tuh, dari siapa Sin?", tanya kakak nya.
"oh ini? Mama yang bikin. Bagus ya? Bilang aja iri ga dibikinin kan sama mama", ledek Sina dengan nada bercanda.
"ah gue mah udah sering dulu dibikinin mama baju, kerudung, sampe rok mah", papar Lita dengan niat meledek kembali adiknya.
"iyadah serah lu aja. Oh iya kak gua mau tanya nih sama lu", pasrah danlangsung bertanya kepada kakaknya.
"tanya apa?", ucap Lita.
"Ihsan -anak dari Lita-gimana kabarnya? Ngomong-ngomong gua kangen juga ya, kenapa ga di bawa kesini? Kan bisa main-main kalo dia kesini", Sina menanyakan kabar anak Lita yang sekarang mungkin sudah begitu besar.
"Ihsan baik-baik aja, dia sekarang udah jauh lebih pintar dari dulu", papar Lita ke adik nya.
"iya emang? Tapi masa ngejelasin gitu doang sih ka, ga deskriptif banget, wu", cemberut Sina sambil menyeruput teh yang ada di meja diantara mereka berdua. Dengan semilir angin hujan yang berhembus begitu dingin di depan teras, tiba-tiba ibu Sephia memanggil nama Sina, yang membuat Sina langsung bergegas menemui ibunya itu.
"anak pintar kalo dipanggil langsung nemuin mamanya", bergumam Lita setelah Sina meninggalkannya.
"tapi bagaimana pun semua itu ada masanya, ketika lu lagi rajin-rajinnya membantu orang tua dan malas suatu saat nanti ketika orang tua lu memanggil. Ehhmmkkhhh semua itu memang ada waktunya", gumam lagi Lita dalam hati.
Dulu memang Lita saat seumuran Sina sedang rajin-rajinnya untuk membantu orang tua yang dia sayang. Namun ketika beranjak masa remaja, yaitu masa kelas dua atau tiga SMA, disitulah rasa malas, bosan, dan tekun bercampur aduk ketika nanti orang tua memanggil.
Sina memenuhi panggilan dari mama nya lalu ia diperintahkan agar melipat baju yang di waktu mendung tadi diangkatnya. Bu Sephia menanyakan perkembangan kegiatan les Sina di bimbel semangat empat lima dekat rumahnya. Les disini tidak hanya belajar tentang ilmu dunia namun juga ilmu agama. Bu Sephia menanyakan banyak hal mengenai pelajaran, kreatifitas dan bahkan kemampuan psikomotorik Sina yang diajarkan di tempat lesnya. Sina menjawab dengan jujur bahwa dia les disana sudah mengalami banyak perkembangan yang ada dalam dirinya yang sebelumnya belum berkembang seperti saat ini. Sina juga menceritakan kalau teman-teman disana sangat respect terhadap dirinya dan orang baru yang ingin mengikuti bimbel disana. Sina menyertakan guru-guru di sana yang begitu penyabar menghadapi anak yang belum paham terhadap materi yang diajarkan.
Belajar dengan bimbingan belajar di tempat orang lain memang menguras tenaga dan waktu bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Sina ia begitu besemangat ketika ingin berangkat ke tempat lesnya itu. Sina anak yang berbeda, ia sangat ingin belajar hal-hal baru yang belum ia ketahui tentang pelajaran, terutama bahasa negara-negara luar Indonesia seperti bahasa Arab ia sangat suka. Katanya huruf Arab itu unik bisa di hias-hias juga menarik dan yang tentu katanya itu kan bahasa akhirat. Jadi nanti kalo ditanya malaikat kita jadi bisa jawab pertanyaan.
"hari ini les apa kamu Sin?", tanya Bu Sephia kepada Sina.
"les bahasa Arab mah sama Biologi", jawab Sina dengan melanjutkan melipat baju.
"siapa yang ngajar kedua mata pelajaran itu?", tanya lagi Mama Sina sambil membantu anaknya melipat pakaian yang diambil tadi.
"kalo bahasa Arab pak Ahmad Dahlan. Kalo biologi itu yang ngajar Bu Ema Sudarmi", jawab Sina bebarengan dengan senyum yang diberikan ke Bu Sephia.
"lagi ngomongin apasih? Kayanya seru banget sambil melipat pakaian aja", nimbrung Ka Lita yang berjalan dari teras menuju ke arah mereka berdua.
"ini loh ka Mama lagi tanyain perkembangan dia setelah Mama lesin di empat lima-maksudnya tempat les Sina tadi-", jawab Mama ke Lita.
"lah kamu les de?", tanya Lita ke Sina .
"iya Alhamdulillah ka, Sinaa udah mengalami banyak perkembangan sejak les disitu", jawab Sina ke kakaknya dibarengi gerakan menyelesaikan pakaian terakhir.
"oh gitu ya, yaudah bagus semoga kamu bisa lebih berkembang lagi les di sana entah itu dari segi agama ataupun yang lain", papar Lita sambil mengelus kepala adiknya.
"iya makasih kaka do'a nya", jawab Sina sambil tersenyum.
Smartphone Lita berdering. Mengakhiri juga percakapan Bu Sephia, Sina dan Lita. Bu Sephia pergi meninggalkan Sina dan Lita ke dapur, Lita meninggalkan Sina kembali ke halaman rumah, Sina pun membawa pakaian itu untuk di simpan ke tempat setrika yang berada di ruang belakang rumahnya.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang