Kebetulan hari ini sekolah pulang lebih awal dikarenakan ada rapat antar walikelas di Sekolah Menengah Atas Negeri 219 Jakarta. Sebelumnya Candra –‘dut’ panggilan akrabnya—sudah bernegosiasi dengan Erka perwakilan dari kelas 12 IPA 2. Mereka mendapat kesepakatan untuk bermain futsal antarkelas di lapangan futsal Sudirman Sport Centre pukul 15:00.
Candra yang ditemani Hasymi kala itu langsung pulang ke rumahnya untuk mengabari teman-temannya via WhatsApp. Karena di sekolah tidak diperkenankan untuk membawa samrtphone ke sekolah, maka dari itu Candra bergegas pulang ke rumahnya.
Candra menunggu Hasymi untuk mempersiapkan apa yang harus dibawa futsal nanti. Kebetulan rumah mereka tidak berjauhan jadi mereka saling tunggu-menunggu. Setelah Hasymi siap bergantian sekarang giliran Hasymi yang mesti ke rumah Candra untuk mempersiapkan apa yang harus dibawa futsal nanti.
Setelah semuanya siap, Candra dan Hasymi bergegas menuju rumah Haris yang sebelumnya sudah ada Mansyur di sana. Memang mereka semua jika tidak ada kendala apapun, seperti biasa mereka berkumpul terlebih dahulu di rumah Haris sebelum berangkat.
Hanya Haris dan Mansyur saja ketika mereka sudah sampai dirumah Haris.
Untuk mengisi waktu luang mereka berempat memainkan game Mobile di smartphon mereka masing-masing untuk bermain bersama sambil memutar lagu menggunakan sound system yang berada di rumah Haris.
Lima belas menit berjalan mereka hampir menyelesaikan pertandingan game Mobile nya Fahri bersama Bram datang di rumah Haris.
Setelah menyelesaikan permainan game Mobile mereka semua berangkat menuju lapangan, yang mana di lapangan sudah menunggu Yoga dan Ardi. Mereka berangkat dengan raut-raut muka yang menjanjikan kemenangan.
Ketika sampai di Sudirman Sports Centre mereka langsung menemui Yoga dan Ardi. Berbeda dengan Candra yang menemui Erka terlebih dahulu karena yang bernegosiasi sebelumnya –mereka menyebutnya calo—di sekolah.
Setelah Candra dan Erka sepakat, mereka semua memasuki lapangan nomor 2 yang telah di bayar. Seperti biasa, yang main pertama adalah Fahri, Haris, Mansyur, Bram dan Yoga. Karena memang mereka lah yang mempunyai kemampuan yang mumpuni di olah raga futsal ini –tentunya dalam internal kelas nya–.
Bukan anak IPS namanya jika mereka tak bisa menguasai olahraga ini. Karena jurusan IPS cenderung menonjolkan keahlian mereka di bidang non akademik dibandingkan keahlian di akademik. Mereka menang dengan skor 12 – 7 dari anak IPA.
Mansyur yang biasa memimpin teman-temannya di lapangan kali ini bermain dengan performa terbaiknya dengan mencetak 4 gol 2 assist pada pertandingan tersebut.
Mansyur mengenal futsal sejak ia kelas 4 sekolah dasar. Kala itu ia masuk akademi futsal dibiayai oleh ayahnya yang sangat mendukungnya di futsal. Kemana pun Mansyur dan tim nya berlaga, ayahnya selalu datang untuk mensupport anaknya bertanding. Sempat di taksir beberapa klub luar kota dia tetap tidak mau untuk meminang klub tersebut. Alasannya adalah karena ia tidak bisa jauh dari kedua orang tua nya. Anak yang mudah rindu terhadap orang tua nya.
Namun masa kelam di futsal pernah mengahmpiri Mansyur. Ia mengalami cidera patang tulang pada lengan kanan nya yang mengakibatkan ia harus menepi dari futsal selama 2 bulan. Cidera itu membuatnya putus asa, apakah ia masih bisa mewujudkan citacita nya sebagai pemain futsal professional?. Cidera itu juga yang memutuskan Mansyur untuk keluar dari akdemi futsal nya dan fokus untuk kegiatan belajar akademik di sekolah. Keluar dari akademi futsal Mansyur masih tetap bermain futsal di sekolah nya, dan masih masuk tim utama di futsal sekolah nya. Ia telah membuat sejarah bersama tim futsal nya dengan memenangkan kejuaraan tingkat kotamadya Jakarta Barat. Ia membuat sejarah karena di sekolah nya belum ada trophy futsal setingkat kotamadya. Itu membuat sejarah terpenting di sekolah nya dan tentunya dalam hidup Mansyur tersendiri. Ya seperti itulah terkadang hidup tidak selamanya berbuah manis dan tidak selamanya berbuah busuk.
Mansyur pulang ke rumah dengan raut wajah lelah. Mansyur langsung menuju kamarnya, melempar tas futsalnya lalu menjatuhkan tubuh nya ke kasur sambil meregangkannya. Mansyur meraih ponselnya membuka Instagram miliknya melihat-lihat instastory milik teman-teman nya dan beberapa akun yang di ikutinya. Ia menuju explore-nya melihat foto seorang wanita yagng sepertinya ia pernah lihat di sekolah nya, di telaah olehnya, di lihat olehnya tempat foto itu dan benar ternyata di lingkungan sekolah nya.
Mansyur memutar lagu dari Dialog Dini Hari – Hiduplah Hari ini yang ada di ponselnya. Mansyur mengikuti irama lagu dengan nada pelan yang membuatnya lama-lama terlarut dalam tidur yang dicampurkan dengan lelah.
Mansyur terbangun dari tidur lelahnya. Ia mencari ponselnya untuk melihat waktu dan ternyata sudah hampir memasuki waktu Maghrib, Mansyur memanfaatkan waktu dengan mandi dan bersiap-siap menuju masjid. Setelah mandi ia mengambil wudhu. Mansyur memakai baju gamis warna biru tua dengan peci bulat yang biasa dipakai nya ketika menuju ke masjid. Mansyur melangkah dengan hati-hati agar tidak terkena kotoran, karena ketika ia tidur hujan ternyata turun membasahi bumi. Pulang dari masjid ternyata ayah dan ibu nya telah pulang ke rumah setelah berkerja. Mansyur mencium tangan kedua orang tua nya dan ia menuju kamar nya kembali, di kamar Mansyur memainkan smartphone melihat beberapa aolikasi sosial media seperti WhatsApp, Instagram, Line, Pinteres dan Facebook. Tapi dari sosial media yang ia mainkan ia begitu lama memainkan Instagram. Karena masih penasaran dengan postingan perempuan yang sebelum tidur tadi tak sengaja di lihatnya, ia mencari postingan nya untuk mengetahui siapa pemilik akun tersebut. Tapi usaha nya nihil tak membuahkan hasil.
Adzan Isya’ berkumandang itu tanda nya Mansyur mesti bergegas menuju masjid melaksanakan sholat berjamaah. Mansyur keluar kamar nya mengambil air wudhu lalu mengajak ayahnya untuk bergegas menuju masjid juga. Lalu ayah nya mengiyakan. Mereka berdua pun berangkat menuju masjid dekat rumah mereka.
Bapak Sardono Mustafa dan Ibu Siti Utijah. Pasangan pasutri ini adalah ayah dan Ibu dari Mansyur Mustafa. Orang yang sudah membesarkan Mansyur sejak kecil.
Bapak Sardono dan Mansyur pulang ke rumah setelahh melaksanakan sholat Isya’ berjamaah. Mansyur menuju ke ruang tengah untuk menonton televisi setelah berganti berpakaian. Mansyur menonton acara Mata Najwa yang biasa ia tonton setiap Rabu malam, kebetulan program Mata Najwa kali ini tidak membahas politik tapi membahas kependidikan yang ada di Indonesia.
Ibu Utijah menghampiri serta memanggil Mansyur untuk makan malam bersama yang sebelumnya sudah disiapkan Ibu Utijah. Mansyur mematikan televisi yang ia tonton untuk makan malam bersama.
Setelah menyelesaikan makan malam nya, Mansyur izin kepada kedua orang tua nya untuk menuju ke kamar nya terlebih dahulu karena harus ada yang dikerjakan oleh nya, kedua orang tua nya pun mengizinkan nya. Di kamar Mansyur kembali melihat ponsel nya. Kali ini bukan untuk melihat postingan perempuan yang tadi namun membuka WhatsApp untuk melihat keadaan grup kelas nya apakah ada yang membahas pr atau tidak, namun tidak ada. Mansyur menanya kepada Candra apakah ada pr atau tidak, Candra menjawab tidak ada.
Mansyur meraih novel yang ia pinjam di perpustakaan sekolah nya untuk ia baca. Ia membuka buku yang ada pembatas buku nya, itu menandakan di situ lah pembacaan terakhir nya. Beberapa halaman ia baca satu per satu dengan detail agar mudah dipahami. Ia menghabiskan pembacaan buku nya malam ini. Setelah membaca ia menyiapkan buku pelajaran yang harus di bawa esok hari ke sekolah, ia mengecek peralatan sekolah nya, seragam sekolah nya dan sebagainya. Mansyur lalu menarik selimut, tak lupa juga ia membaca do’a untuk tidur. Tak lama Mansyur pun terlelap dalam tidurnya.
Di depan kamar Mansyur, Ibu nya mengintip anak nya yang seperti nya kelelahan menjalani hari ini. Ibu Utijah memasuki kamar Masnyur merapikan rak buku yang sedikit berantakan. Ibu Utijah mendekati anak nya dan mencium kening anak nya dengan penuh kasih sayang sambil mengucap “selamat tidur anak ku Mansyur”.
Dari depan pintu kamar Mansyur ada yang berbicara dan ternyata itu Bapak Sardono.
“ma ayo tidur, biarin anak nya tidur sendiri”, ucap Pa Sardono sambil menuangkan air putih ke gelas yang di bawa nya.
“aduh bapak ini ngagetin saja, kirain siapa. Iya tidur orang aku sedang kangen kok sama Mansyur”, papar Bu Utijah sambil menarik selimut di badan Mansyur yang sempat turun.
“yaudah ayuk masuk kamar”, ajak Pa Sardono.
“iya pa”, jawab Bu Utijah sambil melangkahkan kaki keluar kamar.
Bu Utijah memandangi kembali anak nya Mansyur dengan diberengi gerakan menutup pintu kamar. Ibu Utijah dan Bapak Sardono menuju kamar nya yang tidak jauh dari kamar Mansyur Mustafa anak nya lalu bergegas tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Tiểu thuyết Lịch sửPertemuan dengan seorang perempuan memang membuatnya trauma, di satu sisi ia ingin menatap masa depan yang lebih tertata, terencana, sukses, dan tentunya bahagia. Sampai saat datanglah seorang wanita bernama Sina Zubaidah yang membuatnya jatuh hati...