*****

17 6 0
                                    

“ma, kok rumahnya gelap?”, berjalan Sina ke ruang tengah sambil mengucek matanya karena terbangun dari tidurnya yang letih setelah latihan paduan suara di sekolahnya.
“iya ini katanya lagi pemadaman dari PLNnya 1 jam”, jawab Ibu Sephia dengan memberikan segelas susu.
“kok malem-malem gini ya ma, aneh sekali. Kerjaan hacker kali”, tutur Sina.
“halah kamu ini ada-ada saja, korban film kamu”, tukas Ibu Sephia.
Sina menghiraukan ucapan mamanya dan berjalan keluar rumah, berdiri di depan teras rumah dengan menggenggam segelas susu memandangi langit yang di penuhi bintang.
“kamu suka bintang?”, Ibu Sephia mengagetkan Sina dari belakang yang sedang menatap ke arah langit malam.
“engga juga, Sina cinta sama penciptanya”
“mama suka bintang?”, sambung Sina.
“mama suka. Sang penciptanya meniciptakan ini dengan begitu indah soalnya”.
“aku ga terlalu suka bintang, ma”
“kenapa?”, tanya Ibu Sephia mentap anaknya.
“bintang datang setiap malam doang, belum lagi kalo cuaca mendung, dia ga datang gabisa nemenin Sina di malam harinya”, jawab Sina dengan nada melemas memegang segelas susu.
“mama suka senja juga?”, tanya Sina lagi.
“mama suka. Soalnya dari kecil mama suka oranye”
“aku ga suka sama senja ma, tapi aku cinta penciptanya”, tutur Sina.
“kenapa?”, tanya Bu Sephia.
“dia datang hanya sebentar memberi keindahan lalu pergi dengan kegelapan”, papar Sina lagi melemas. Menggenggam erat gelas dengan kedua tangannya.
“disaat semua orang suka dengan bintang dan senja kenapa aku lebih suka dengan bumi ya ma”, papar Sina menatap wajah ibunya dengan senyum.
“kenapa kamu suka bumi?”, tanya Ibu Sephia.
“karena menurut aku bumi itu baik. Bumi akan selalu terima Sina meskipun Sina sudah mati. Sedangkan orang yang suka bintang dan senja itu menurut aku adalah mereka para penghayal kehidupan yang indah dalam gelap nan sekejap. Makanya aku kurang suka sama apa yang orang lain suka. Aku mau berbeda sama mereka-mereka dengan cara pandangan Sina sendiri. Bukankah hidup itu diri kita sendiri yang nentuin, mau sama dengan mereka atau berbeda namun dengan cara pandang yang benar?”
“kamu benar Sina. Bumi akan selalu menemani dan menerima kita seperti apapun keadaannya. Kamu dari mana filosofi itu? Nyontek ya? Plagiat ya?”, tanya Ibu Sephia meledek Sina dengan mencubit bahu kananya.
“ih sakit tau ma”
“sebenernya itu cara pandang Sina sendiri tentang alsasan orang banyak menyukai hal yang sama”, sambung Sina.
“wah kamu hebat. Ini baru anak mama”, ucap Ibu Sephia sambil mengelus kepala anaknya.
Tak lama setelah gerakan itu, Sina menghampiri Ibunya lalu memeluknya dengan erat dengan mengucapkan ‘aku sayang mama’.
“kamu kenapa?”, tanya Ibu Sephia.
“gapapa. Aku mau peluk mama aja, aku sayang mama”
“iya? Yaudah sini peluk lagi”
Listrik yang padam sudah menyala lagi.
“alhamdulillah sudah nyala lagi”, ucap Ibu Sephia.
“yeeeaaaayyyy aku bisa nonton tv yeaaayy”, kegirangan Sina.
“nonton bareng dong, mama ga diajak?”, cemberut Ibu Sephia.
“iya ayooo mama nonton tvvvv”, ucap Sina sambil menggandeng tangan ibunya.
Sina dan ibu Sephia menonton televisi dengan ketenangan yang luar biasa, penuh kasih sayang. Selang beberapa menit merekamenonton televisi, suara gemericik hujan terdengar dari dalam.
“ma, ujan ya?”, tanya Sina ke Ibu Sephia.
“iya. Mama ngantuk tidur yu”, jawab Ibu Sephia
“ayo ah aku juga udah ngantuk ni ma”
“yaudah sono kamu duluan ke kamar, nanti mama cek ya ke kamar kamu”
“iya ma”, tukas Sina.
Sina menuju kamarnya dengan sedikit mengantuk menuju kamar nya. Sampai di kamar, Sina mencari ponselnya hanya ingin melihat notifikasi di ponselnya. Ternyata lagi-lagi ada Bayu yang mengirim pesan pribadi ke WhatsAppnya. Tidak hanya mengirim pesan, namun juga menelfon Sina beberapa kali sejak ia berbincang dengan ibu nya di ruang keluarga.
“kamu sudah tidur sayang?”, tanya Ibu Sephia melongok dari pintu kamar Sina.
“belum ma, paling sebentar lagi aku tidur”, ucap Sina.
“yaudah jangan lupa matiin lampunya kalau tidur”
“iya siap mama”
Bayu menelfon Sina lagi. Diangkat oleh Sina.
“halo Assalamu’alaikum”, ucap laki-laki di seberang telfon sana.
“wa’alaikumussalam”
“Sin, udah tidur?”, tanya Bayu dari telfon.
“belum”
“besok ada jadwal pergi ngga?”, tanya Bayu lebih spesifik.
“gatau, kenapa?”
“mau minta anterin sih, gua mau beli baju di pusat perbelanjaan. Lu bisa ngga? Kalo jadwal lu kosong bilang gue aja ya”, papar Bayu.
“gatau lihat aja ntar jadwal gue”, tukas Sina.
“yaudah gue ngantuk daahh”, sambung Sina. Sambil mematikan arus telfon mereka berdua.
‘Perempuan paling dingin dasar’ gumam Bayu memandangi ponselnya yang baru saja dimatikan arus telfonnya oleh Sina.
Dengan sedikit imajinasi, Bayu bergumam dalam hati ‘selamat malam dan selamat tidur Sina’. Bayu memejamkan mata dengan lelap hingga tidur dalam kegelapan malam yang tenang.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang