*****
Pagi hari menyambut baik hari ini. Matahari hari ini terbit menyinari dengan terang bersama warna oranye yang menyilaukan dan indah di pandang. Mansyur bersiap untuk melakukan olahraga pagi di Gelanggang Olahraga Ahmad Yani. Mansyur biasa melakukan jogging ketika di sana dan melkukan latihan tambahan fisik semacam push up, sit up dan pull up. Latihan itu ia lakukan agar fisik nya tetap bugar ketika libur bermain futsal.
Mansyur menuju Gelanggang Olahraga menaiki sepeda motor berwarna merah bercorak hitam. Mansyur tanpa ditemani siapa pun tetap berangkat menuju Gelanggang karena itu memang sudah kebiasaan nya.
Kegiatan Mansyur yang pertama ketika di Gelanggang Olahraga adalah berlari dengan jogging sebanyak delapan sampai sepuluh putaran. Setelah ber-jogging, Mansyur melatih kecepatan kaki dengan metode naik turun anak tangga tribun Gelanggang Olahraga. Kegiatannya yang ketiga yaitu push up sebanyak dua puluh kali, dilanjutkan sit up lima puluh kali, lalu pull up sebanyak sepuluh kali dan diakhiri dengan pendinginan atau pelemasan otot kaki dan anggota tubuh.
Mansyur menyudahi kegiatan pagi ini dengan menuju kantin Gelanggang terlebih dahulu untuk membeli air mineral, karena tubuh nya mungkin lelah sekali setelah olahraga satu jam lebih.
Mansyur melihat arloji nya sudah menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh lima menit, itu tandanya ia harus pulang karena jam delapan pagi sudah ada janji dengan Ayah dan Ibu untuk pergi berkunjung ke rumah paman Mansyur atau adik dari Bapak Sardono.
Mansyur segera menuju ke sepeda motor nya untuk pulang ke rumah. Dengan raut wajah sedikit kelelahan Mansyur mengendarai motor dengan santai sambil menikmati angin yang datang menepis rambut nya ke atas, kanan dann kiri. Lima belas menit saja waktu yang dibutuhkan Mansyur untuk sampai di rumah. Mansyur segera menuju ke kamar nya dan segera membersihkan diri yang sedari tadi kotor akibat berolahraga.
Sebelum menuju kamar nya ada percakapan yang sebelum nya terjadi antara Mansyur dengan Ibu Utijah. Ibu Utijah menyuruh Mansyur agar segera mandi serta menyuruh Mansyur agar menggunakan pakaian yang pantas digunakan ketika berkunjung ke rumah paman nya.
Setelah semua telah siap, Mansyur keluar kamar menggunakan kemeja berwarna hitam dengan kain lengan yang di gulung setengah tangan nya yang dikombinasikan dengan celana jeans warna biru dongker. Mansyur menghampiri rak sepatu dan memilih sepatu yang akan ia gunakan, dan di pilih nya sepatu piero casual hitam.
Ibu Utijah menghampiri Mansyur dan bertanya kepada Mansyur.
“Mansyur, gimana kamu udah siap?”
“Alhamdulillah. Yuk berangkat, ma”, jawab Mansyur sambil membenarkan baju nya.
Ibu Utijah dan Mansyur menuju ke depan gerbang untuk menaiki mobil yang di dalam nya sudah terdapat Bapak Sardono.
“pak ayo berangkat”, ucap Bu Utijah sambil membuka pintu mobil.
“gimana kamu Mansyur, sudah siap?”, bertanya Pa Sardono kepada Mansyur.
“Alhamdulillah sudah pak”
“yuk berangkat, Bismillahirrahmanirrahim”, ucap Bapak Sardono.
Mansyur duduk di kursi belakang nomor dua, tepat di belakang Ibu nya. Di depan di isi Bapak dan Ibu nya. Mansyur sangat menikmati perjalanan dengan tenang. Tak lama setelah melihat-lihat pemandangan kota Jakarta, Mansyur meraih ponsel nya dari kantong dan meraih earphone yang ia bawa untuk disambungkan keduanya. Mansyur memutar lagu dari Efek Rumah Kaca yang berjudul Seperti Rahim Ibu. ‘Menikmati lagu tidak hanya irama nya tapi arti dan makna nya’. Itu yang pernah ia kutip dari Candra tentang musik. Karena memang benar terselip sebuah pesan dan makna dari si penulis lagu ketika menulis nya.
Selain memutar lagu, Mansyur juga memainkan media sosial nya yaitu Instagram. Dia melihat-lihat postingan terbaru teman-teman nya dan beberapa akun yang ia ikuti di Instagram. Di sela-sela keasyikan irama lagu, rupanya Ibu Utijah telah memanggil nama Mansyur dua kali. Ibu Utijah mencubit paha Mansyur yang membuat Mansyur tersentak kaget dan mencopot earphone nya.
“e e eh iya ma ada apa?”
“kalo di panggil nengok makanya biar ga di cubit”
“hehe iya ma aku ga kedengeran tadi”
“noh bapak kamu manggil, makanya nengok”
“iya pak ada apa?”, tanya Mansyur dengan mendekatkan wajah nya ke Bapak nya.
“futsal kamu gimana piala walikota?”, Pa Sardono bertanya.
“oohhhh itu. Alhamdulillah juara satu. Insya Allah tim Mansyur wakilin Jakarta Barat di tingkat DKI”
“kok ga bilang ke bapak kalo kamu tanding?”
“iya sengaja. Mansyur pengen ngerasain ga di lihat bapak kalo lagi tournament. Gimana sih atmosfer nya. Udah gitu aja”
“oh yaudah, tapi juara kan bener?”, Pa Sardono memastikan.
“iya pa Alhamdulillah”
“lihat aja nih kalo ga percaya aku ada fotonya”
“mana coba bapak lihat”
Mansyur menunjukkan foto nya bersama trophy yang dimenangkan nya pada tournament tersebut.
“wih iya canggih dah anak bapak”
“jangan lupa bersyukur kamu Mansyur”, ucap Ibu Utijah.
“siap ma. Alhamdulillah”
Mereka bertiga telah sampai di tujuan yaitu di rumah Paman Ismail. Ibu Utijah dan Mansyur turun terlebih dahulu sementara Bapak nya memakirkan mobil. Mansyur mencium tangan Paman Ismail ketika bertemu. Mansyur dan Ibu Utijah lebih memilih menunggu Pa Sardono dahulu sebelum masuk ke rumah Paman Ismail. Setelah selesai memakirkan, Pa Sardono menghampiri Mansyur dan istri nya lalu bersalaman dengan Paman Ismail. Setelah dipersilahkan masuk, mereka bertiga masuk ke dalam rumah Paman Ismail.
Di rumah Paman Ismail, mereka berbincang-bincang mengenai keadaan masing-masing, kabar keluarga nya, kesehatan, pendidikan dan yang lain-lain sampai dibicarakan.
Setelah tiga jam berkunjung di rumah Paman Ismail, mereka bertiga berpamitan untuk segera pulang karen ada keperluan lain yang harus dipenuhi. Mereka bertiga pamit dan pulang ke rumah. Di dalam mobil Mansyur hanya memutar lagu dan tidak lama ia terlarut dalam irama lagu sehingga tertidur pulas di dalam mobil. Bu Utijah mencabut earphone yang digunakan Mansyur memutar lagu setelah mengetahui Mansyur telah tertidur.
Mansyur dibangunkan oleh Pa Sardono setelah sampai di rumah dan menyuruh Mansyur melanjutkan tidur nya di kamar dan berpesan: ‘jangan lupa bangun kalo udah adzan ya, kamu solat’. Mansyur mengiyakan dan menjawab
“bangunin aku aja kalo udah adzan, takut ga bangun”
“yaudah jangan di kunci kamar nya ya”
“iya”, Mansyur menjawab dengan mata yang tersisa lima watt saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Historical FictionPertemuan dengan seorang perempuan memang membuatnya trauma, di satu sisi ia ingin menatap masa depan yang lebih tertata, terencana, sukses, dan tentunya bahagia. Sampai saat datanglah seorang wanita bernama Sina Zubaidah yang membuatnya jatuh hati...