Mansyur mengencangkan sabuk pengaman di mobil. Dia duduk di depan bersama ayahnya untuk berangkat menuju ke tempat seleksi futsal club Deking’s Futsal Academy di Bogor. Terlihat sudah ada beberapa orang yang datang untuk menunggu waktu registrasi pendaftaran peserta seleksi di lapangan De King’s. Manyur bersama ayahnya turun dari mobil menuju ke kantin sejenak untuk menunggu juga waktu registrasi pendaftaran peserta seleksi. Mansyur datang ke sini tidak main-main, seolah sudah mengetahui akan terdapati seleksi di club De King’s Futsal ia menyiapkan segalanya, dari segi mental, fisik, strength dan memantapkan visi bermain futsalnya.
Di kantin terdapat beberapa orang menjajakan dagangannya seperti Mie ayam, Batagor, Minuman dingin dan Warung kopi diantaranya. Terdapat juga beberapa anak seumuran Mansyur sedang menikmati roti di ujung kantin mengenakan sweater abu-abu bercoak hitam dengan earphone di telinganya.
Sepertinya Mansyur mengenali itu. Dan benar ternyata itu adalah Bischoff, teman satu tim futsal di SMP dulu. Mansyur pamit kepada ayahnya untuk menhampiri anak yang sepertinya ia kenal di ujung kantin itu. Dan ayahnya pun mengizinkan. Mansyur lalu menepuk bahu kanan Bischoff, lalu Bischoff menoleh.
“Assalamu’alaikum”, salam Mansyur.
“wa’alaikumussalam”
“Hei Funky, apa kabar bro?”, Mansyur bertanya sambil bersalaman. –funky adalah panggilan akrab dari satu timnya dulu di SMP kepada Bischoff—
“yoi What’s up man, baik gue. Gimana kabar?”, aktif Funky sambil bals menyalami Mansyur.
“baik gue Alhamdulillah. Lu ngapain di sini?”, tanya Mansyur.
“seleksi gua. De King’s man, kapan lagi ya kan jadi pemain pro”, sambil tertawa Funky mengucapkannya.
“lu seleksi juga kan ke sini?”, sambung Bischoff.
“yoi seleksi juga”, Mansyur menjawab.
“sama siapa lu ke sini mus?”
“sama ayah gua, tuh”, jawab Mansyur sambil menunjuk ke lokasi ayahnya.
“ohyaudah kalo gitu ke tempat ayah lu aja yuk”, ajak Bischoff.
“oke yuk”
Mereka berdua jalan menuju ke lokasi ayah Mansyur berada. Ketika sampai, Mansyur mengingatkan kembali bahwa ini Bischoff temen satu tim futsal di SMP dulu. Bischoff menyalimi dan menyapa ayah Mansyur.
Pendaftaran registrasi pemain seleksi telah di buka. Tak disangka, begitu banyak orang yang berpartisipasi terhadap seleksi ini. Mansyur yang berposisi sebagai flank kanan berbsrid tertib mengisi formulir registrasi di barisan nomor tiga dari arah kiri. Funky yang berposisikan sebagai pivot berbaris mengisi di barisan nomor lima dari arah kiri. Setelah mengisi formulir, semua pemain seleksi diharapkan bersiap-siap mengenakan pakaian seleksi yang sudah ditentukan. Pemain mengenakan jersey berwarna merah dan kiper mengenakan jersey berwarna putih.
Mansyur telah siap akan segalanya. Mansyur menghampiri ayahnya dan menitipkan tas pribadinya ke ayahnya.
“pak do’ain ya, semoga lancar dan bisa ke terima”, ucap Mansyur dengan menyalimi ayahnya.
“iya bapak do’ain. semangat ya mus. Fight!”, ucap Pa Sardono menyemangati.
Mansyur memasuki lapangan futsal untuk menjalani seleksi bersama ratusan orang lainnya. Mansyur mendapati giliran bermain pada tim nomor tiga puluh delapan, sedangkan temannya Funky mendapati giliran tim nomor empat puluh.
Sekarang memasuki tim nomor dua puluh empat. Mansyur berbincang dengan Funky mengenai bagaimana sekarang kehidupan masing-masing, tanya-jawab soal futsal dan tentunya; masalah perempuan. Mereka tertawa satu sama lain di percakapan perempuan tentunya. Banyak cerita lucu dan hal aneh mungkin menurut mereka. Hingga akhirnya pertandingan sudah sampai nomor urut tiga puluh lima. Mansyur merasa mesti harus pemanasan. Mansyur mengajak Funky sekalian pemanasan, karena memang jarak nomor urut seleksi tidak jauh berbeda.
Kali ini nomor urut tiga puluh delapan di panggil, Mansyur pun memenuhi panggilan tersebut. Mansyur bermain dengan cekatan menggunakan kaki terkuatnya, yaitu kaki kiri.
Selama penyeleksian, nyaris Mansyur tidak melakukan kesalahan apapun. Setelah pertandingan seleksi selesai, Mansyur di tunjuk. Entah apa maksud dari gerakan penyeleksi tersebut. Namun yang jelas Mansyur sudah memberikan yang terbaik untuk diri nya pada penyeleksian tersebut.
Kali ini giliran Bischoff yang bermain. Bischoff sangat kuat di posisinya sebagai pivot. Dia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak lulus dari SMP. Setelah pertandingan selesai, Bischoff mendapati gerakan yang sama dari penyeleksi, yaitu di tunjuk.
Pelajaran berharga bagi Mansyur dan Bischoff bisa mengikuti seleksi tim professional De King’s.
Pengumuman pada setiap pertandingan akan diumumkan secara resmi langsung dari tangan coach Doni Zola. Tiba saatnya pada pertandingan nomor ke-38 dan 39.
“Mansyur Mustafa, nomor rompi 3, Indra Gusti Satria, nomor rompi 7”, coach Donzol mengucap menggunakan microphone.
“alhamdulillah mus lu lolos”, ucap Funky kepada Mansyur yang sedari tadi juga mendambakan namanya di sebut.
“pertandingan nomor 40 dan 41. Kiper: Adit Herlambang, Meta Herdiansyah nomor rompi 2 dan Eric Bischoff nomor rompi 9”, ucap sambung lagi coach Donzol.
Mereka berdua lolos seleksi tahap pertama di club De King’s Futsal Academy.
Keluar lapangan, Mansyur memeluk ayahnya dan mengucapkan terima kasih dengan sangat haru.
“yaudah nih minum dulu pasti kamu haus kan”, ucap Pa Sardono dengan menodongkan air mineral ke Mansyur.
Mansyur mengambil air mineral tersebut dan meminumnya. Mansyur menghampiri seseorang penyeleksi dan bertanya kapan akan dilanjutkan seleksi tahap berikutnya, Mansyur mendapati jawaban yang cukup mengejutkan.
“maaf tidak memberitahu sebelumnya, kami akan umumkan terlebih dahulu”, kata seorang penyeleksi.
Penyeleksi berjalan menuju pusat microphonoe dan mengumumkan.
“bagi nama-nama yang disebutkan tadi, harap menuju sumber suara”
Bergegaslah mereka-mereka yang merasa nama-namanya disebutkan tadi berjalan menuju sumber suara.
“bagi kalian yang namanya disebutkan tadi, silahkan tuliskan nomor telfon kalian di kertas ini. Karena kami akan memberitahukan kalian kapan akan kami selenggarakan seleksi tahap selanjutnya”, sambung penyeleksi tadi.
Peserta yang lolos menuliskan nomor telfon mereka masing-masing lalu dipersilahkan oleh penyeleksi untuk meninggalkan kawasan lapangan De King”s.
Mansyur pulang ke rumah bersama ayahnya setelah berkemas dan yakin tidak ada yang tertinggal. Di mobil, Mansyur merekatkan sabuk pengamanan lalu mendengarkan musik menggunakan earphone yang ia bawa dari rumah sambil menikmati perjalanan kota Bogor-Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Historical FictionPertemuan dengan seorang perempuan memang membuatnya trauma, di satu sisi ia ingin menatap masa depan yang lebih tertata, terencana, sukses, dan tentunya bahagia. Sampai saat datanglah seorang wanita bernama Sina Zubaidah yang membuatnya jatuh hati...