(DILARANG PLAGIAT)
*****
"Jadi kenapa nyokap lo kasih gue kue gini?" tanya Kinara dengan alis menaik dan senyum kecil di wajahnya. Matanya menatap Dirga dan menunggu jawaban dari cowok itu.
Beberapa kue yang berada di dalam kotak makan sudah tergeletak di atas meja kantin.
"Nggak tau, Kin. Ibu langsung suruh aja kasih ini sama lo. Katanya Ibu bikin gue kebanyakan. Kebetulan ingat lo jadinya kasih ke lo aja biar nggak mubazir."
Kinara mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, gitu. Emangnya nyokap lo bikin kue buat apaan?" tanya Kinara seraya mengambil satu potong kue, "gue makan yah, Dir."
Dirga mengangguk. "Katanya ada acara di sekolahnya. Jadi Ibu bikin kue gitu," jawab Dirga, "gimana, enak kuenya?"
Kinara mengangguk dengan mulut masih dipenuhi kue. "Enak. Banget malah."
Dirga menyunggingkan senyum. "Syukur deh, kalau lo suka."
Kinara tersenyum lagi dan kembali mengambil satu potong kue. Di depannya diam-diam Dirga duduk sambil menatapnya dengan seulas senyum kecil. Mengingat curhatan Kinara tempo hari tentang dirinya yang selalu diledek, Dirga jadi teringat sesuatu, teringat kepada salah satu temannya yang pernah diledek juga.
"Oh ya, Kin?"
"Kenapa?"
"Lo sekelas sama si Koko?" tanya Dirga.
Mata Kinara membulat terkejut. "Lo kenal sama dia?!"
Dirga mengangguk. "Dia temen SMP gue."
"Seriusan?!" tanya Kinara tidak percaya.
Dirga mengernyitkan dahinya melihat reaksi Kinara yang berlebihan. "Serius. Lo kok kaget gitu denger gue se-SMP sama dia."
"Jelas gue kagetlahs. Soalnyai Koko itu orangnya nyebelin pake banget! Bener nggak?"
Dirga mengangguk. "Iya, sih. Dulu waktu gue sekelas pas kelas 7 Koko emang nyebelin banyak yang nggak suka sama dia. Soalnya suka jahilin cewek-cewek di kelas. Belum lagi omongannya yang nyakitin."
"Ya ampun! Jadi itu orang udah dari dulu omongannya nyakitin?"
"Iya, emangnya kenapa? Dia masih suka gitu juga?"
Kinara mengangguk. "Iy dan...." Kinara tidak melanjutkan lagi kata-katanya ketika ia akan mengatakan jika dirinyalah yang suka mendapatkan perkataan tajam dari Koko.
"Dan ... apa?"
Kinara langsung berdeham. Di dalam hatinya, ia meringis. Hampir saja ia keceplosan kalau Koko dan teman-temannya terkadang mengatainya.
"Ya gitu...." Kinara menggaruk lehernya yang tidak gatal sama sekali
Dirga menghela napas pelan. "Koko emang gitu dari dulu."
"Lo deket sama si Koko?"
"Nggak juga. Dulu SMP sempat sekelas satu tahun waktu kelas 7. Di kelas si Koko emang suka kadang ngomongnya nyakitin orang. Tapi, asal lo tau aja, Kin. Walaupun dia gitu, Koko masih punya rasa peduli kok sebenarnya. Dia paling pertama gerak buat ngajakin galang dana gitu waktu ada temen sekelas kita yang lagi kena musibah."
Kinara tertawa pelan. "Kok gue jadi inget scane Upin-Ipin yang rumah si Ijat kebakaran yah."
Dirga ikut tertawa. "Mungkin dia terinpirasi dari sana."
Tawa mereka kemudian menggema. Kinara kemudian terdiam sambil menundukkan kepalanya. Ia memang selalu sakit hati dengan segala ucapan Koko yang menyinggung warna kulitnya. Koko memang selalu melakukan ledekan body shaming kepadanya. Walaupun begitu Kinara tidak menaruh kepada benci Koko sebab ia sudah terbiasa dan lapang. Hanya saja Kinara memang kesal sama cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara: Love Yourself
Teen FictionKinara ingin merasakan dikejar cowok semasa SMA. Dia ingin tahu bagaimana rasanya dicintai. Masalahnya dia tidak menarik dan tidak cantik. Jadi mana ada cowok yang mau dengannya? Belum lagi Kinara menaruh rasa iri kepada sahabatnya sendiri karena sa...