6

1.5K 114 2
                                    

Sholikin duduk di ruang tamu sendirian menunggu Langit. Ia tahu bahwa Langit bersama dengan Silfin, Tapi ini sudah terlalu lama dan Sholikin mulai khawatir. Sampai akhirnya yang ditunggu pun tiba.

“Aku sudah menunggumu lama sekali. Kuharap kau tidak melakukan kebiasaan burukmu pada Silfin.” Sholikin tampak serius.

“Aku melakukannya. Aku mengatakan rencana jahatku seperti biasanya. Tapi sepertinya Silfin tidak takut dan dia baik-baik saja.”

“Kau selalu seperti itu. Kemudian Silfin hanya mengangapnya sebagai lelucon padahal apa yang kau katakan akan benar-benar kau lakukan. Mengapa kau selalu mempermainkan orang seperti itu?” Sholikin bersuara lebih keras.

“Ayolah semua orang punya sifat masing-masing. Seperti kau, kau selalu mengatakan tentang harga diri dan prinsip hidup. Bahkan ketika kau tidak bisa mengerjakan soal ujian, kau pun tidak mencontek dan tetap bangga mendapat nilai C. Lalu Abdul yang selalu bercanda soal pornografi, bahkan kepada para gadis. Lalu apa masalahnya?” Langit membela diri.

“Entahlah kawan. Kurasa kau benar. Tapi aku dan Dul tidak pernah mempermainkan orang. Kami berdua sudah tahu sifatmu dan bisa membedakan mana yang serius dan mana yang bercanda. Tapi Silfin tidak mengenalmu. Dia akan terluka, kau tahu?”

“Kau boleh memberitahunya jika kau mau. Tapi bukan aku yang memulai. Tadi aku sudah memperingatkan dia bahwa aku tidak sebaik yang dia pikirkan. Dan aku juga sudah memberi nasihat untuk mencari lelaki lain” Kali ini Langit bersuara agak keras.

“Aku ingin ke kamar dan belajar” Langit yang sedari tadi berdiri perlahan meninggalkan Sholikin yang duduk di ruang tamu.

“Jika boleh tahu apa rencanamu?”

“Tidak ada. Aku ingin belajar psikologi, kurasa aku sedikit tahu tentang sifat Silfin. Aku tidak berniat jahat, sebagai ucapan terima kasih karena menyukaiku, itu pun jika ia tulus, aku akan meneliti cara menyenangkan hati seorang gadis.Dan itu hadiahku untuknya. Itu saja”
Langit mengatakan dengan suara rendah dan tersenyum sinis, lalu berlalu dari ruang tamu.

“Semoga kau tahu apa yang kau lakukan. Dan tidak semua orang bisa menjadi kelinci percobaan untuk ilmu pengetahuanmu” Sholikin berteriak.

Sebelum masuk kamar, Langit masih mendengar dengan jelas suara Sholikin. Langit menutup pintu dan mulai mempelajari segala sesuatu berkaitan dengan psikologi sesuai gambaran sifat Silfin.

“Lagipula dia yang menghampiriku lebih dulu. Setidaknya ia harus berguna untukku. Menjadi kelinci percobaanku”
Langit tersenyum sinis dan mulai membuka laptop dan berselancar mempelajari psikologi untuk menyenangkan hati  gadis dengan sifat seperti Silfin.

Langit hanya menganggap hubungannya dengan Silfin sebagai percobaan ilmiah saja, tidak lebih dari itu.

“Siapa yang menjamin Silfin tidak akan seperti Endah. Aku hanya harus berhati-hati ketika memainkannya” batin Langit.

(Bersambung…..)

Pria Bernama Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang